
Oleh : Moh. Homaidi*
Setiap tahun Indonesia merayakan kemerdekaan, tepatnya tanggal 17 Agustus, dan dijadikan pernyataan bahwa tanggal 17 Agustus menjadi cikal bakal hari kemerdekaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata merdeka mempunyai tiga arti yaitu: pertama bermakna bebas (dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya), berdiri sendiri. Kedua bermakna tidak terkena atau bebas dari tuntutan. Ketiga bermakna tidak terikat tergantung pihak tertentu, leluasa (dapat berbuat sekehendak hatinya).
Dalam bahasa arab kata yang lazim digunakan untuk merdeka adalah hurriyah, bermakna bebas dari penghambaan dan al istiqla, ditafsirkan sebagai "al-Taharrur wa al-Khalash min ayy Qaydin wa Saytharah Ajnabiyyah" (bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain), atau "al- Qudrah 'ala al-Tanfidz ma'a In'idam Kulli Qasr wa 'Unf min al-Kharij" (Kemampuan mengaktualisasikan diri tanpa adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya). Jika berpatokan dengan definisi diatas merdeka berarti bebas, bebas dari tuntutan, penghambaan, penjajahan, bebas dari rasa takut, bebas melakukan apa yang ingin dilakukan.
Merdeka adalah bebas dari tekanan, hukum, ekonomi dan budaya. Keamanan dan kesejahteraan terjamin. Dalam hal ini Negara bertanggung jawab dalam memberantas kemiskinan dan pengangguran.
Dikutip berita harian Compas.com Faisal Bashri ekonom senior menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia di kuasai asing.
Bahkan, porsi asing yang memegang SUN (Surat Utang Negara) banyak dipegang Asing, sebesar 38,3 persen. Angka itu paling tinggi di wilayah Asia Tenggara.
"Yang bikin (ketidakpastian) itu pemerintah. Kepemilikan asing atas SUN di China 4 persen, Malaysia 22 persen, Filipina di bawah 10 persen. Kita 38,3 persen. Jadi yang membuat ketidakpastian adalah pemerintah. Mohon maaf," kata Faisal Basri di Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Pertanyaannya, Sudahkah bangsa Indonesia sudah merdeka?
Di bidang hukum, bangsa besar seharusnya menuai kebijaksanaan bagi rakyatnya sekarang mulai runtuh, para pejabat pemegang kebijakan dalam hal ini kejaksaan, banyak yang tergelincir alih-alih karena kebijakan kesejahteraan diri, sebagaimana dikutip detikNews kasus seorang pengusaha terjerat kehebohan dari terpidana perkara pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali itu. Kasus ini berlarut -larut karena yang bersangkutan hilang tanpa jejak. Terakhir terpidana ini di tangkap, setelah di entrogasi banyak ditemukan keterlibatan oknom jaksa yang bermain di situ.
Apakah ini yang di namakan merdeka?.
Angka kemiskinan dan pengangguran setiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun cukup meningkat, terlebih masih masa pandemi yang tidak menentu arah berakhirnya. Hal ini diberitakan harian bhirawa.online :
Merujuk data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas memperkirakan jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat dari kisaran 24,79 juta pada 2019 menjadi 28,69 juta orang pada 2020. Proyeksi tersebut diramal tanpa menyertakan bantuan sosial (bansos) dan upaya pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, (cnnindonesia.com, 22/6)
Apakah ini yang dinamakan Merdeka?
Lalu bagaimana Islam berbicara merdeka?
Dalam pandangan Islam, merdeka sejatinya adalah bebas untuk bertindak sesuai dengan syariat Islam. Hal ini dapat dipahami karena manusia adalah makhluk yang diberikan otonomi dan kepercayaan sebagai khalfah fil ardh, pemimpin di muka bumi. Namun, bukan berarti bebas sebebas-bebasnya, tetapi kebebasan atau kemerdekaan itu dibatasi dengan hukum-hukum dalam syariat Islam. Batasan tersebut bisa ditemukan dalam al-Quran dan hadits yang menjadi sumber hukum Islam. Sehingga kemerdekaan yang sebenarnya adalah bebas melakukan keinginan asal mempunyai koridor dan batasan tertentu.
Para Ahli Tafsir dalam menjelaskan makna Quran Surat al A'raf ayat 172 bahwa sesungguhnya setiap manusia yang lahir dari kandungan ibunya seluruhnya merupakan makhluk merdeka, dengan fitrah yang bersih, yaitu mempunyai akidah dan tauhid sesuai dengan perjanjian yang telah dilakukan dengan sukarela di dalam Rahim ibu.
Contoh yang paling kongkret dalam agama Islam adalah kemampuan sayyidina Muhammad saw. memberantas perbudakan dengan ajaran yang di embankan kepadanya oleh Allah swt. Ketika diutus 14 abad silam, Nabi Muhammad menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami banyak penjajahan sekaligus: diantaranya disorientasi hidup, penindasan ekonomi, kebodohan dan kezaliman sosial.
Disorientasi hidup dimanifestasikan dalam penyembahan patung-patung oleh masyarakat Arab Quraish. Nabi Muhammad berjuang keras selama bertahun-tahun mengajarkan kepada umat manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan ''tuhan-tuhan'' yang tidak menaikkan harkat dan martabat manusia.
Islam sangat menjunjung tinggi arti keadilan, ber adab dan kebebasan.
Keadilan dalam arti yang sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Adab dalam bersikap dan berbicara yang melahirkan sikap penghormatan kepada yang lebih tua dan sikap penghargaan kepada yang lebih muda. Bebas artinya Islam tidak memaksa seseorang untuk ta'at, karena sejatinya, Allah telah menganugrahkan kepada diri manusia yaitu fujur (maksiat) dan taqwa (ta'at), dari sini seseorang memilih kemana arah yang hendak di capai.
Islam sangat menghendaki kemedekaan, kemerdekaan yang membebaskan dari tekanan penguasa lalim, kemerdekaan yang menghantarkan Rakyatnya tenang dalam beribadah, tenang saat melakukan transaksi bisnis dan keuntungan yang merata dalam ekonomi.
Merdeka..!
Akhirnya, merdeka yang sesungguhnya adalah saat manusia taat mengikuti perintah Rabnya dan menjahi larangan-Nya, serta memerangi ajakan nafsunya :
Allah berfirman :
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ
Artinya : Andaikan kebenaran itu menuruti kemauan nafsu manusia, maka langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya pasti telah binasa. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka peringatan (untuk) mereka (yaitu al-Qur’ân) akan tetapi mereka berpaling dari peringatan tersebut. [al-Mu’minûn/23:71].
Jadikan kemerdekaan ini, patre dalam jiwa untuk bangkit, bangkit dari ketidak tahuan, dan bangkit dari kejumudan sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah, menuju pribadi yang unggul, ber Akhlaqul karimah.
Mari jadikan hari kemerdekaan ini, momen melijitkan diri menjadi pribadi yang unggul, unggul dalam bidang ibadah, berbuat baik, berfikir inovatif dan Leadership Managemen.
* Pendidik, Da'i Dan Depertemen Pengkaderan Syabab Jatim.
Komentar
Posting Komentar