Langsung ke konten utama

MOSI TIDAK PERCAYA, GEJALA BANGKITNYA BAHAYA LATEN KOMUNIS

 


Oleh : Moh. Homaidi*

Sejuknya sore terbungkus kabut putih, gedung cakar langit Al Fattah tertutup lebatnya hujan yang diiringi gelapnya hawa, senyum indahnya tampak setelah hempasan rintik hujan mulai reda, mengambarkan suasana batu city amat sejuk, terlihat jelas irisan kabutnya seusai hujan, membuat penghuni sekitar kedinginan dan menggoda agar tetap di dalam rumah.

Penulis memberanikan diri keluar rumah karena tercium aroma sampah yang terletak di pojok dapur mulai menyengat, mengajak diri agar segera dibersihkan dan membuang ke tempatnya.

Hawa dingin sangat terasa dan  kulit mulai menggigil saat tangan memegang gagang pintu serta membukanya, sambil memegang plastik sampah, kaki melangkah agak kencang sambil melirik pemandangan yang menyejukkan, tiba-tiba penulis melihat bapak pos menyapa dan memberikan paketan lalu saya terima, tidak lupa terucap sambutan terimakasih, tukang pos pun mengangguk dan berpamitan.

Penulis cari tahu apa sih gerangan isi paketan tersebut?, isinya adalah buku yang berjudul Banjir Darah, ternyata buku inilah yang beberapa pekan terakhir habis terjual dengan ribuan eksemplar, dan penulispun jatuh cinta untuk menikmati kalimat demi kalimat, bingkisan cerita yang tertuang, lagi-lagi karena masih megang plastik sampah, membukanyapun tertunda. 

Selepas penulis buang sampah, bergegas balik kanan dan masuk rumah sambil mencari tahu  siapa pengirimnya ternyata beliau adalah ketua Pemhida Jatim Bang Syahri Sauma, M.Si., lewat  tulisan singkat ini penulis menyampaikan terimakasih banyak atas pemberiannya semoga buku ini bermanfa'at, waja jazaakallah ahsanal jazaa'.

Buku karangan Anab Afifi dan Thowa Zuharon ini mengambarkan bahaya laten komunis dan antek-anteknya, buku ini layak untuk dibaca, disajikan dengan gaya bercerita (storytelling), bahasa yang mudah dicerna dengan alibi yang cukup kuat, lewat research dan bertemu langsung dengan keluarga korban, anak dan cucu-cucunya, tentu sebagai saksi hidup yang senantiasa kita jadikan kewaspadaan dini.

Bengisnya partai komunis dan bahaya kebangkitannya tersingkap luas dan nyata pada buku ini, lalu apa dan  bagaimana cara pemuda menyikapinya?

Buku ini layak dibedah dan kita selami bersama, apa yang melatar belakangi penulisan ini dengan semangat yang membara, berani mengumpulkan informan dan  menyatukan manuskrip-manuskrip yang sudah mulai sirna?

Ditengah terjadinya pengakaburan sejarah dengan alibi fitnah dan humanisme, memutar balikkan fakta integritas, apalagi oknum X yang sengaja membungkam kebenaran.

Penulis sekilas membaca, tidak terasa kepala mulai memanas, tangan bergetar sekan menyaksikan kekejaman yang terjadi saat itu, para kiyai, santri dan kepala daerah di bantai tanpa ampun, tanpa keprikemanusiaan.

Teringat rangakaian bertubi-tubi di tingkat pemerintah pusat, melalui DPR yaitu usaha pengesahan RUU yang menabrak ediologi pancasila dan UUD 45, terkesan ada upaya penggalakkan bangkitnya paham komunis, apakah ini ada hubungannya dengan bangkitnya musi tidak percaya?

Gejala Bangkitnya Komunis

Antek-antek komunis sudah mulai berani unjuk gigi dengan semangat ingin merubah ediologi Pancasila menjadi badan pembinaan ideologi pancasila (BPIP) dengan dalih mufakat DPR , gelombang penolakan silih berganti, ormas dan mahasiswa turun ke galanggang, akhirnya RUU BPIP ini di cabut.

Apakah berhenti di situ? Tentu tidak, beberapa pekan terakhir media dikagetkan dengan di sahkannya Omnibus Law UU Cipta Kerja melalui Sidang Paripurna pada 5 Oktober 2020. Ciptaker ini disinyalir merugikan rakyat khususnya kaum buruh dan mengagkat kekuatan kapitalis ke tingkat yang lebih tinggi dengan menabrak hukum humanisme.

Gejolak demosntranpun meradang, di berbagai daerah, hampir seluruh kota/kabupaten, provensi dan ibu kota penolakan-penolakan meluas hingga sampai pengruskan dan pembakaran fasilitas umum, anehnya pemerintah tetap dalam pendiriannya.

Tunggangan, Mosi Tidak Percaya

Hati-hati dengan pergerakan massa yang mulai meluas, rakyat sudah mulai pudar kepercayaannya kepada pemerintah, fasilitas umum di rusak, kasihan pemerintah daerah yang tidak bisa berbuat apa-apa, mereka di demo, hampir-hampir massa menghantam penjaga, mereka berani dan siap menyerbu. 

Terlihat sebagian pendemo ada kelompok yang bertubuh kekar dengan peralatan yang lengkap memakai masker asap agar terhindar dari bom melotop yang mereka di bawanya, tampak mereka berbaur dengan kerumunan massa.


Inilah gambar tersebar yang membuat gaduh gerombolan mahasiswa sekaligus ia sebagai oknum pengandali kericuhan. Kutipan Media lingkar madiun.com  mencatat ada oknum polisi yang sengaja berpakaian ala mahasiswa dan bergabung dengan kerumunan massa, ke khawatiran yang timbul ialah, ada apa ini? Adakah upaya massa yang tujuan awalnya benar-benar menuntut cabut UU Omnibus law cipta kerja, akhirnya tergiring kearah kepentingan makar.

Hal ini menunjukkan ada sekanario besar yang sedang di buat agar rakyat tidak percaya kepada pemerintah, pada saat yang sama massa mudah di tunggangi dan diarahkan, inilah titik balik sejarah yang terjadi pada tahun 1948 para nenek moyang kita di bantai mulai dari madiun, kediri, dan lain sebagaianya hingga sampai tegal jawa tengah, rakyat dikendalikan dan mudah terprofokasi, para ulama' dan pemerintah daerah seperti bupati, camat dan kepala desa di bantai, di bunuh dengan cara sadis, mereka berdalih mencari keadilan, kesamaan hak dan menuntut lebih sebagaimana dikutip dalam buku Banjir Darah hal.48 karangan Anab Afif dan Thwaf Zuharon.

Mari kita waspadai bangkitnya bahaya laten komunis, berbagai cara mereka lakukan demi merubah pancasila menjadi lambang palu arit.

Wahai pemuda, jangan mudah tersulut, cerna dan dalami setiap kejadian untuk mendapatkan informasi yang akurat, terus kordinasikan dengan para pakar hukumnya.

Wahai pemuda, mari kita bangkitkan kewaspadaan terhadap bangkitnya bahaya latin komumunis, manfa'atkan waktu sebaik-baiknya dengan memperbanyak koleksi buku sejarah ibu pertiwi dan mempelajarinya, mengambil sepirit humanisme dan keadilan. 

Semoga tulisan singkat ini syarat hikmah dan mengandung manfa'at, Aamiin.[]

* Ketua Pengkaderan Syabab Jatim, Pendidik YPI Al Fattah Batu Dan Da'i.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SD Integral Al-Fattah Meraih Penghargaan Dari Diknas Kota Batu 2024

  Kota Batu : Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Batu bekerjasama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Batu mengadakan puncak peringatan hari guru nasional ke 53 dan PGRI ke 79 di Hall Singhasari resort, Ahad (22/12/24). Perayaan tersebut dihadiri langsung Plt Wali Kota Batu, dan Ketua PGRI Jawa Timur dan tenaga pendidik (tendik) se-Kota Batu. Hal ini ditegaskan dalam laporan Kepalas Diknas bapak M. Chori, M.Si bahwa jumlah guru yang hadir kurang lebih 5000. Beliau melanjutkan, kegiatan ini di support langsung oleh pak Plt Wali Kota Batu Dr. Aris Agung Paewai. Terbukti kegiatan ini diselenggarakan di Hall Hotel bintang 5, tentu ini penghargaan yang luar biasa bagi semua guru, khususnya di lingkungan Kota Batu, disambut tepuk tangan meriah oleh peserta yang hadir. Pada acara yang cukup khidmat ini berbagai penghargaan diberikan, mulai peserta didik, guru, sampai sekolah yang berprestasi.  Tentu ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sekolah yang mendapatkannya. Sal...

Keseruan Kelas VI Angkatan 3 SD Integral Al-Fattah Go To Surabaya

  Batu : Merupakan momen tahunan yang ditunggu siswa/i kelas VI SD Integral Al-Fattah (SDIA) Kota Batu, yaitu study tour.  Rasa yang ditunggu siswa/i SDIA terbayar sudah. Karena kegiatan tersebut terlaksana pada Selasa (7/1/25).  Adapun peserta dari siswa/i SDIA kelas VI berjumlah 63 dan Ustadz/ah pendamping 15 orang cukup memenuhi dua bus, dari Batu menuju kota pahlawan Surabaya. Kenapa Surabaya menjadi jujukan study tour? Pertanyaan ini muncul, karena dua angkatan sebelumnya go to Jogja.  Surabaya merupakan Ibu Kota Provensi Jawa Timur, didalamnya terdapat wahana Kebun Binatang Surabaya (KBS), wisata  bahari, dan history (monumen kapal selam dan tugu pahlawan) tegas Bunda Issanu. Disamping itu lanjut ketua paguyuban kelas VI tersebut, bukan hanya itu anak-anak juga diajak bersenang-senang ke Trans Snow World (TSW), dan terkahir berlabuh ke Masjid Al -Akbar. Masjid terbesar se Jawa Timur tersebut juga sarat estetika timur tengah, tutupnya. Moment tersebut disem...

Mulia Dengan Berbakti Kepada Orang Tua

  Oleh : Moh. Homaidi * Seorang Ustadz yang santun dalam penyampaian nasehat dan senantiasa menyentuh hati. Suatu ketika beliau bercerita kepada jama'ah bahwa dua pekan sebelum ramadhan, ada seorang temannya datang dan bercerita. Bahwa ada salah satu anak buahnya di tingkat pemerintah, ia sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tiba-tiba mengajukan resign. Melihat dan mendengar surat pemunduran diri bawahannya si pemimpin kaget dan panik. Lantas si pemimpin bertanya kenapa mau mundur, apakah ada masalah pekerjaan atau gaji kurang? Pegawai yang bersangkutan diam tanpa mengeluarkan suara. Kalau begitu jangan dulu, pekerjaan kamu bagus dan tuntas. Apa yang menjadi dasar kamu mau memundurkan diri? Sanggahnya. Pengajuan surat resign ini bukan hanya sekali dua kali, tapi sudah berkali-kali, tapi ketika ditanya alasannya kenapa? Jawabanya sama, diam tanpa suara. Di bulan ke enam pemuda yang sederahana dan punya anak yang masih kecil-kecil tersebut kembali mengajukan resign. Sebagai pemimpin, d...