Oleh : Moh. Homaidi*
Seusai sholat ashar, dzikir dan do'a lanjut dzikir sore yang senantiasa menjadi bumbu sore, menemani kita setiap saat, terucap syukur alhamdulillah ngalir lewat lisan seolah tanpa beban.
Teriring tanah dibasahi hujan yang tak kunjung berhenti hampir 4 jam berlalu, berprasangka baik itulah yang harus diutamakan, dan seyogyanya demikian seorang mukmin berfikir, musibah apapun yang menimpa baik lapang ataupun sempit, suka ataupun duka itu adalah nikmat.
Dari Shuhaib, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam bersabda: "Perkara orang mukmin itu mengagumkan. Sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin; bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya, dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya." (HR. Bukhari Muslim).
Perkara yang tidak dimiliki oleh orang lain selain orang mukmin, bagaiamana tidak?, disaat orang lain mendapatkan musibah atau masalah kebiasaan mereka sibuk mencari kambing hitam yang akan dijadikan target pembulian karena rasa sakit yang diderita.
Beda dengan orang mukmin, saat mereka mendapat musibah ia sibuk mencari solusi dan sabar menerima seraya berharap pahala dan pendewasaan diri, ia lebih mengedepankan maslahat daripada mudharat.
Berprasangka baik adalah separuh kenikmatan, separuhnya adalah sabar.
Berbaik sangka kepada Allah adalah kenikmatan yang agung dan menjadi jaminan kebahagiaan hidup seseorang di dunia dan akhirat. Hadits Qudsi lengkap tentang sangkaan kepada Allah dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW.
”Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits tersebut memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam situasi apapun ingat kepada Allah Swt dan berfikir positif adalah faktor dominan meraih kebahagiaan.
Disaat yang sama, melupakan Allah dan berprasangka negatif sungguh merugikan dan menggagalkan visi yang terbangun.
Maka berfikir positif atau berprasangka baik adalah kunci meraih kenikmatan baik di dunia ataupun di akhirat, hal ini menjadi perhatian serius Nabi Muhammad agar seorang mukmin mengedepankan husnudhan.
Dari Jabir r.a. dia berkata, aku mendengar Rasulullah tiga hari sebelum wafatnya beliau bersabda,
لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ ( رواه مسلم، رقم
2877
“Janganlah seseorang di antara kalian meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah.” (HR Muslim).
Apapun posisi kita, pimpinan atau bawahan, berprasangka baiklah, karena disinilah sumber kenkenikmatan.
Sebanyak apapun dosa yang dimiliki seorang hamba jika berprasangka baik (iman) dan kambali kepada-Nya, seraya mengerjakan 'amal sholeh, Surga layak sebagai tempat tinggalnya (Al-Bayyinah : 7), Semoga kita termasuk di dalamnya.[]
* Penggiat Pendidikan Dan Da'i/Batu
Komentar
Posting Komentar