Oleh : Moh. Homaidi*
Kebiasaan dasar seseorang rentan menjas dan menyalahkan, karena memang sifat dasar nafsu mengajak kepada permusuhan, dan pertentangan, hanya dengan ilmu dan imanlah nafsu bisa di tundukkan.
Padahal diri ini pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka seyogyanya kita fokus pada hal yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Jika pandangan seseorang hanya fokus kepada persoalan yang negatif maka barang tentu bawaannya emosi dan sulit di kendalikan, hati tidak tenang dan pikirannya kurang seimbang.
Ali Bin Abi Thalib mengatakan "Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji kekuatan akarnya"
Seseorang itu mampu menghadapi masalah bukan terlihat seberapa besar postur tubuhnya, kuat ototnya, dan berapa orang yang telah ia robohkan dalam sebuah pergulatan, tetapi lebih pada seberapa kokoh kekimanannya, yang tertancap dalam dada, menghujam ke bumi dan menjulang ke langit.
Kuatnya sujud seseorang dan tawakkalnya kepada Allah swt menjadi tolok ukur seberapa kuat menyikapi sebuah persoalan dan selalu berfikir positif.
Karena seyogyanya persoalan itu muncul bukan untuk menguji kekuatan dhahir atau fisik, tetapi lebih kepada kekuatan iman, yang di poles dengan karakter sepiritual.
Salah satu karakter munafik itu ialah ia mudah menuduh dan megklaim bahwa orang itu tidak baik, dan lemah, lebih parahnya menjurus kepada pengkerdilan karakter, seperti mudah membuly, dan beranggapan dirinyalah yang paling bagus.
Sebagai orang yang berkarakter, seyogyanya ia fokus untuk berfikir positif atau husnudhan, dan menghindari perpecahan. Karena bisa jadi orang yang dianggap buruk, ternyata jauh lebih baik dari pada dirinya.
Hal ini sesuai firman Allah swt yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim“/(QS. Al Hujuraat :11)
Ayat tersebut sebagai warning, larangan mencela antar sesama, dan membuly, apalagi memvonis, padahal bisa jadi Allah suka kepadanya lewat ibadah yang kita tidak tahu, cukup dirinya dan Allah lah yang tahu.
"Semut di sebrang laut terlihat jelas, gajah di depan mata tertutup" pepatah ini cukup sebagai cerminan agar kita fokus kepada potensi diri jangan sibuk dengan persoalan orang lain, dan selalu berfikir positif.
Kita sibuk menilai orang lain sementara kewajiban diri kurang terkendali. Dan inilah sumber masalahnya. Sebaiknya berfikirlah positif, di saat orang lain lemah iman, kita doakan agar ia mendapat hidayah, belum apa-apa sudah memvonis ahli neraka.
Jika kita berfikir negatif maka dampaknya, yang ada makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, dan yang keluar pasti perkataan melaknat. Dada sesak dan emosi meledak.
Sementara dengan berfikir postif akan berdampak kepada ketenangan, urat saraf rileks dan hati tentran yang akan membuat tubuh lebih sehat dan sistem imun meningkat, sebagaimana di perkuat oleh dr. Muhammad Iqbal Ramadhan bahwa "manfaat berpikir positif bagi kesehatan tak sekadar bikin tenang. Hal tersebut juga bisa membuat seseorang terhindar dari berbagai penyakit berbahaya" seperti struk dan jantung.
Membiasakan membaca dan menulis adalah satu satu cara mengasah fikiran positif.
Bahayanya, jika kita berhenti berfikir maka waktunya kita yang difikirkan oleh orang lain, bagaimana semasa hidupnya penuh dengan kebahagiaan atau kesengsaraan.
Karena pepatah mengatakan "Gajah mati meninggalkan gading, sementara Manusia mati meninggalkan nama".
Tentu kita bersama-sama berharap agar kita meninggalkan nama yang baik, dengan selalu berfikir positif dan meningkatkan potensi diri.
Sejauhmana kemauan diri untuk berfikir? berfikit sekarang atau difikirkan nanti?
Oleh karena itu, berfikirlah positif, dan selalu fokus terhadap potensi diri adalah cara meraih kesuksesan dan kesehatan.
Jika, ingin imun kita sehat dan jiwanya kuat, jaga pola fikirnya, dan selalu fokus terhadap potensi dirinya []
*Praktisi Pendidikan Kota Batu dan Da'i
Mantap ustadz
BalasHapus