Oleh : Moh. Homaidi*
Profesi guru kurang begitu diminati, dikalangan aktifis mahasiswa kala itu, bahkan menjadi mumuk dan lelucon, “carilah pekerjaan, jika tertolak, jalan terakhir jadilah guru” sambil tersenyum sinis, itulah yang terjadi saat penulis masih menginjak semester 1 pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Tidak sampai di situ, pendapatan gurupun di persoalkan, gaji kecil dan penghormatanpun di kalangan masyarakat kepada guru sangat menurun. Beda dengan tampilan pengusaha, bisnismen, dengan mobil mewah dan rumah besar menjadi momok tumbuh kembangnya kemuliaan. Bahkan harta menjadi tolok ukur seseorang dikatakan sukses. Dan terkesan menjadi seorang guru itu kurang bahagia.
Padahal jika Allah menaruh kebahagiaan itu pada harta, maka orang yang bahagia itu hanya orang kaya dan pengusaha. Jikalau bahagia itu Allah taruh pada rumah mewah dan mobil mewah maka orang yang bahagia itu hanya orang yang punya rumah mewah dan mobil mewah. Tapi nyatanya Allah taruh kebahagiaan itu di dalam hati, orang yang sabar dan tabah.
Nabi Muhammad SAW bersabada :
Artinya : Tidaklah kecukupan/kebahagiaan itu Allah berikan kepada harta/benda, akan tetapi Allah berikan kepada jiwa yang tenang. (HR. Buhari dan Muslim)
Dengan kesabaran dan ketabahannya, guru mampu menikmati profesinya dan bahagia denganya.
Saudaraku…!
Ketahuilah, “Pendidikanlah yang akan mengubah nasib seseorang dan Negara” sementara dalam Pendidikan butuh sosok yang di sebut guru, maka keberadaan seorang guru seharusnya menjadi perhatian serius dalam memperbaiki bangsa dan negara.
Pada tahun 2015 di kabupaten Trenggalek, wakil Bupati kerjasama dengan diknas untuk mengumpulkan semua guru dalam rangka halal bihalal dan disaat bersamaan bertepatan dengan hari pahlawan, acara tersebut bertempat di gedung serba guna Trenggalek. Saat itu yang tersebar informasi bahwa wakil bupati tersebut hanya lulusan SMA/sederajat, sebagian tamu undangan membicarakan hal tersebut. Tiba waktunya wakil Bupati meyampaikan sambutannya, mereka yang notabeni profesi sebagai guru dibuat mengerti sebagai guru yang sesungguhnya, seseorang yang ada di samping penulis bergumam, kok bisa ya..? bicaranya santun, dan sistemik, semua yang hadir terperangah, sang wakil Bupati menyampaikan ucapan terimkasih atas jasa yang telah diberikan kepada siswa/inya, termasuk keberadaan saya di sini, ucapnya. “Posisi saya sekarang, itu semua berkat jasa guru, nasib saya sebagai pengusaha dan sikap santun yang tersebar ini adalah hasil didikan guru baik di bangku sekolah dan di pesantren”. Di akhir sambutannya, Ipin panggilan akrabnya, mengatakan “Guruku adalah Pahlawanku”.
Berbanggalah kita sebagai guru, karena di pundak gurulah, negeri ini akan berubah, maju dan berkembang. Gurulah yang akan melahirkan genersi unggul dan tangguh. Berkat kesabaran dan bimbingannya dalam mendidik, mampu melahirkan pejabat yang jujur dan berani.
Jasa itu tidak akan hilang sampai kapanpun, karena sedikit kebaikan yang kita lakukan akan terbalaskan kelak di yaumul qiyamah, begitupula sebaliknya, sebagaimana yang di jelaskan pada QS. Al-Zalzah : 7-8
Allah tegaskan lagi dalam firman-Nya:
Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. (QS. Al-Isra' : 7)
Jangan ragu dan jangan bimbang, semua kebaikan itu akan kembali kepada kita.
Semoga ulasan dan uraian singkat tersebut bermanfa’at, amin. []
*Pegiat Pendidikan dan Da'i Kota Batu (Anggota PW Pemhida Devisi Pengkaderan-PGMNI)
Komentar
Posting Komentar