Oleh : Homaidi*
Profesi yang diperhitungkan dalam tinjaun islam adalah Guru, walau disadari berprofesi guru tidak banyak diminati karena gaji rendah apalagi bersifat bulanan, karena seyogyanya profesi tersebut adalah jasa dan perjuangan.
Guru dalam KBII (kamus besar bahasa indonesia) artinya seorang pengajar tapi dalam bahasa jawa Guru itu berarti digugu dan ditiru. Kenapa demikian? Tidak dipungkiri seorang Guru mejadi figur anak didiknya, ucapan dan tingkahnya menjadi sorotan. Kebaikannya akan dikenang, kesalahannya akan dimaafkan.
Maka menjadi celah, jika ada seorang Guru hanya pandai mentransfer ilmu, dengan melahirkan anak yang cerdas, bersaing dikancah kejuaraan, tapi dalam keseharian lupa menutup aurat, beranggapan prihal demikian cukup di sekolah, lebih parah lagi ia membiarkan anak didik bercinta dengan lawan jenis. Maka hal ini menjadi cambuk bagi dirinya. Karena pada prinsipnya guru itu bukan hanya menyampaikan ilmu, tapi bagaimana mendimpingi anak mengerti prihal adab dan akhlak.
Adab, mengajari anak mengerti batasan dan sikap kepada Guru, kedua orang tua, orang yang lebih tua, serta menyayangi yang lebih muda. Akhlak, mengajak anak mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari prihal adab, baik berupa ucapan atau tindakan.
Sifat Nabi
Profesi Guru ternyata sifat seorang Nabi, hal ini Allah gambarkan dalam firman-Nya:
Yang artinya: "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata" (QS. : Al-Jumu'ah 2-3)
Dalam Tafsir Al-Muyassar, bahwa Allah-lah Yang mengutus kepada orang-orang Arab yang tidak bisa membaca, tidak memiliki kitab dan tidak ada kerasulan pada mereka, seorang rasul dari mereka kepada seluruh manusia, yang membacakan al-Quran kepada mereka, menyucikan mereka dari akidah-akidah rusak dan akhlak-akhlak buruk, mengajari mereka al-Quran dan as Sunnah. Sesungguhnya mereka sebelum diutusnya Rasulullah berada di dalam penyimpangan yang nyata dari jalan kebenaran.
Allah juga mengutus Rasul tersebut kepada kaum lain yang belum datang dan akan datang dari kalangan orang-orang Arab dan lainnya. Hanya Allah semata Yang Mahaperkasa, Yang berkuasa atas segala sesuatu lagi Maha bijaksana dalam perkataan dan perbuatanNya.
Bagaimana Nabi Muhammad berjuang demi mengajari dan menyampaikan ilmu dari Allah Swt. Walau keluarga dan kaumnya menantang agar risalah kenabiannya dihentikan, tawaran yang menggiurkan, bersifat duniawi berdatangan, kata beliau "Andai ditangan kananku ada matahari dan ditangan kiriku ada bulan, niscaya aku tetap berpegang teguh pada risalah Allah."
Seyogyanya seorang Guru itu adalah utusan Allah yang diamanahi ilmu untuk disampaikan kepada anak didik dan masyarakat, yang awalnya belum bisa baca, belum paham adab dan akhlak, kemudian bisa dan paham. Maka serukan selalu kebaikan ini dengan sopan dan santun, baik lewat lisan atau tulisan.
Tentu untuk mengajari dan menyampaikan kebaikan ini jangan menunggu menjadi Guru, karena setiap kita berpotensi menjadi Guru dengan tekad menyampaikan kebaikan walau hanya satu ayat.
Dari Abdillah ibn Amr ibn Ash RA, “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Berkisahlah tentang Bani Israel dan tidak apa-apa. Barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiaplah mendapatkan kursinya dari api neraka.” (HR Bukhari).
Hadits tersebut menegaskan setiap kita berpeluang memiliki sifat mulia, dengan menyampaikan kebaikan walau hanya satu ayat, karena sifat dasar seorang Nabi ialah "menyampaikan" apalagi sampai memberikan efek jera kepada pelakunya.
Dan beruntunglah kita yang benar-benar berprofesi sebagai Guru karena kebaikan yang kita sampaikan dan bimbingan yang diberikan akan menjadi pelita bagi anak didiknya, dan penolong bagi kita dikala telah berada dihadapan Tuhan semesta Alam.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan sunah, dengan berpegang teguh kepada risalah-Nya, amin.[]
* Kepala Sekolah SD Integral Al-Fattah, Dai di Kota Batu, dan Pengurus PGMNI Jatim.
Komentar
Posting Komentar