Oleh. Moh. Homaidi*
Keinginan lebih daripada yang lain adalah sifat dasar manusia. Insting hewani, seperti keinginan lebih kaya, berkuasa, sombong, senang mengganggu orang lain, serta mengusik, hingga sampai membahakan nyawa orang lain.
Imam al-Ghazali, dalam kitab Bidâyatul Hidâyah menjelaskan bahwa ada tiga kategori golongan manusia, dilihat dari cara mereka bergaul dan bersosialisasi dengan sesama manusia.
Pertama, manusia yang tergolong dalam derajat yang mulia sebagaimana derajatnya para malaikat. Orang-orang yang termasuk dalam kategori ini senantiasa berbuat baik dengan sesama manusia, tidak hanya berbuat baik, mereka juga senantiasa memberikan kebahagian kepada sesama. Tidak hobi menyakiti orang lain, juga tidak suka berperilaku menyimpang kepada orang lain.
Golongan manusia seperti inilah yang disebut Imam al-Ghazali sebagai golongan yang termasuk “Manzilatul kirâm al-bararah minal malâikah”, yakni golongan manusia yang sikapnya setara dengan golongan malaikat yang saleh.
Kedua, manusia yang setara dan sederajat dengan hewan dan benda-benda mati. Hal ini disebut setara dengan hewan dan benda mati, karena keberadaannya tidak memberikan dampak dan manfaat bagi orang lain, tetapi malah memberikan madharat dan bahaya bagi orang lain.
Sebagaimana benda-benda mati, ia hanya stagnan, tidak bergerak, dan pula tidak memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia yang lain.
Ketiga, Sedangkan golongan yang terakhir adalah golongan yang sama dengan golongan hewan-hewan buas, seperti ular, kalajengking dan hewan-hewan berbahaya yang lain. Golongan ini, adalah manusia yang menjadi momok bagi manusia lain. Tidak ada kebaikan yang bisa diharapkan, dampak bahayanya sangat dikhawatirkan.
Diakui atau tidak, dalam kehidupan bermasyarakat, pasti kita temukan orang-orang yang seperti ini, baik golongan pertama kedua maupun ketiga. Imam al-Ghazali menyarankan agar kita bergaul dan berinteraksi dengan golongan yang pertama, agar kita tidak mendapatkan bahaya.
Untuk menjadi bagian kelompok pertama. Jika kita tidak mampu, berusahalah agar tidak menjadi golongan kedua maupun ketiga.
Bersyukur
Ciri golongan yang berkrakter Malaikat ialah mereka yang senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan dengan punuh hikmat dan hal ini menjadi karakter orang mukmin, sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad SAW.
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya, “Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu baik baginya.” (HR Muslim)
Memperbaiki diri dan menerima apa yang telah dianugrahkan serta terus berusaha untuk lebih baik adalah serpihan syukur yang terus kita kuatkan dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan keluarga, masyarakat dan organisasi.
Rasa syukur yang dilestarikan ini menjadi tolak ukur lahirnya persatuan dan kesatuan dalam menjaga kerukunan, saling menjaga dan mengingatkan dalam kebaikan.
Cinta
Orang yang pandai bersyukur dicintai Allah swt. Jika Allah cinta kepada seorang hamba maka barang tentu semua mahkluk akan ikut mencintainya. Sabda Nabi Muhammad SAW.
"Jika engkau tidak mampu membalasnya maka doakan dia hingga engkau merasa bahwa engkau telah mensyukuri kebaikan tersebut, karena sesungguhnya Allah SWT sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur.” (HR Abu Dawud)
Dari hadits tersebut menggambarkan bahwa cinta Nya Allah diantaranya berlabuh kepada pribadi yang bersyukur, maka berutunglah orang yang masuk pada golongan ini.[]
*Guru SD Integral Al-Fattah dan Dai Kota Batu.
Komentar
Posting Komentar