Oleh : Moh. Homaidi*
Lemah lembut menjadi puncak keindahan karakter dalam bertutur dan bersikap. Merupakan pandangan menarik dan berharga mahal jika menjadi kebiasaan dalam sebuah pendidikan. Tidak semua Guru punya karakter lemah lembut, terlebih saat menemukan murid yang berbuat salah, tidak sesuai arahan apalagi sering berulah saat mengikuti pembelejaran.
Mata memirah, otot-otot tegang, pandangan mulai kabur, suara meninggi. Para murid diam karena ketakutan, diminta membaca suara gemetar. Ini yang menyebabkan anak-anak menjauh bahkan menjastivikasi bahwa pelajaran A nggak enak. Padahal ini hanya oknum.
Suatu saat seorang murid menimpali "saya senang kalau Ustadz tidak ngegas" celetukan yang sederhana tapi memberi makna yang luar biasa.
Akhirnya si Ustadz merenung, sambil lalu membuka buku, dan menemukan catatan tentang arti kelemah lembutan. Betapa berharganya sikap lemah lembut dalam sebuah pendidikan, karena disana tempat menampa adab/karakter.
Jika sejak dini dipertontonkan sikap kasar, maka apa yang terjadi saat mereka dewasa? Karena seyogyanya pendidikan mengahantarkan peserta didik menjadi orang yang berbudi luhur, santun dan sopan.
Dalam sebuah keluarga, menjadi suatu hal yang ditunggu oleh anak, melihat kedua orang tuanya bersikap lemah lembut, bahkan mereka sering mengajak bermain dan mendongeng. Sesekali mereka minta dilihat hasil coretannya, minta didengar tentang pergaulan dengan temannya. Tapi lagi-lagi betapa banyak orang tua yang kurang berkenan?
Kebaikan
Salah satu ahklak yang baik adalah kelemah lembutan. Nabi bersabda :
"Wahai 'Aisyah, sungguh Allah itu Maha lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan kepada sikap lemah lembut, sesuatu yang tidak Dia berikan kepada sikap kasar. Dan Allah juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap yang lain"
Beruntunglah orang yang membiasakan sikap lemah lembut, karena mereka mendapat kabar gembira berupa kebaikan. Disukai teman, kedatangannya ditunggu, ketiadaannya dirindu.
Sebaliknya sikap kasar dimusuhi dan dijauhi. Allah berfirman :
"Maka berkat rahmat Allah engakau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap kasar dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu" (QS. Ali Imran : 159)
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maknanya adalah keras dan kasar dalam berbicara. Ini adalah sikap yang secara fitrah dibenci oleh manusia.
Jika seseorang memiliki kata-kata kasar dan keras hati, manusia akan menjauhinya. Kalaupun ada yang mendekat, biasanya hanya karena takut dan terpaksa.
Waktu
Kapan sesorang bernilai lemah lembut terhadap orang lain? Ialah saat kita menemukan, mendengar orang lain bersikap salah tidak sesuai dengan aturan. Lalu bagaimana cara memulainya? Tarik nafas dalam-dalam, jika berdiri duduklah, jika duduk tidurlah. Jika masih emosi segera ambil wudhu. Karena seyogyanya api itu dipadamkan dengan air. Sementara amarah itu adalah api yang membara.
Dari Urwah As-Sa'di, Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu." (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Semoga kita senantiasa terliputi sikap lemah lembut, dan mendapat rahmat Allah SWT. Amin.
*Kepala Sekolah di SD Integral Al-Fattah dan Da'i
Komentar
Posting Komentar