Oleh. Moh. Homaidi*
Setiap akhir tahun sebagian besar orang membuat perayaan, mengapresikan kebanggaan akan berakhirnya tahun. Barmacam perayaan dilakukan, mulai bakar jagung bersama, dan ikan. Langit yang gelap ikut tersinar seiring meletusnya mercon, suara terompet di mana-mana, suara soud saling saut-sautan tak luput dari warna-warni menyambut pergantian tahun. Dan ada pula yang menyambut dengan lebih positif berkumpul dengan masyarakat diisi ceramah dan ramah tamah.
Hal ini menjadi kegiatan rutin yang tidak bisa dihilangkan, walau terkadang menuai pro kontra, ada yang melarang, karena lebih menitikberatkan kepada tasabbuh/ menyerupai kaum tertentu. Berbagai poster larangan agar tidak ikut merayakan terpampang di Media.
Ada pula yang membolehkan selama tidak menyimpang, dengan dalih menumbuhkan kebersamaan. Saling menguatkan dan mengingatkan dalam hal kebaikan walau bersamaan dengan akhir tahun. Dengan syarat tidak ada niat untuk menyerupai kaum tertentu/menyimpang dari sesi aqidah, bahkan mampu memberi kesan ukhuwah. Nabi Muhammad SAW bersabda, bahwa : Tuhanmu tidak senang kepada pemuda yang menyimpang dari kebenaran. (HR. Ahmad)
Kebersamaan yang baik sangat dianjurkan dalam hal aqidah, tidak pada hal yang menjerumuskan, tapi pada persepektif saling mengingatkan.
Karena pada saat yang sama, akhir tahun semua instansi libur serentak. Kesempatan antar kampung, antar keluarga bertemu bersama, memanfa'atkan kebersamaan dengan hal positif.
Reflesksi
Sadar atau tidak dengan berakhirnya tahun yang dilalui, berkhir pula satu tahun umur kita dan akan bertambah lagi umur. Banyak yang harus diingat, betapa banyak dosa yang telah dikerjakan, waku yang dilalaikan, dan sedikit sekali ketaatan yang dilakukan. Mari kita perbanyak istighfar, mohon ampun dan perbanyak kebaikan, serta berharap agar menjadi pribadi yang ta'at.
Beruntunglah orang mengakui kesalahannya dan segera kembali kepada tuhannya, dan hal ini termasuk ciri orang yang bertaqwa. Allah Swt berfirman dalam potongan ayat-Nya.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya: "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran: 135)
Tafsir surat Ali-'Imran pada kitan Al-Muyassar ialah : "Dan orang-orang yang melakukan perbuatan dosa yang besar atau mereka menzolimi diri-diri mereka dengan melakukan sesuatu yang selainnya, mereka mengingat janji dan dan ancaman Allah maka mereka kembali menuju tuhan mereka dalam keadaan bertauat, mereka meminta dari Nya pengampunan atas dosa-dosa mereka, dan mereka meyakini bahwa tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Allah, maka mereka oleh sebab itu tidak terus berada dalam kemaksiatan, dan mereka mengetahi bahwasanya mereka jika bertaubat maka Allah akan menerima taubat mereka."
Orang yang mengakui atas kesalahan, dan berkometmen tidak melakukan kembali, serta menambah perbuatan baiknya, dia akan mendapatkan ampunan dari Tuhannya, dan Jannah menjadi balasannya.
Semoga di tahun yang baru ini, Allah menjadikan kita pribadi yang lebih arif dan bijak, serta beradab dan bertanggung jawab.[]
* Salah satu Guru SD Integral Al-Fattah Kota Batu
Komentar
Posting Komentar