Oleh. Moh. Homaidi*
Ketika mendengar kata cinta, maka yang tersirat adalah, cinta penuh dengan kasih dan sayang. Kasih, senantiasa memberikan apa yang diinginkan. Sementara sayang, dapat diartikan bicara lembut, halus, yang membuat lawan bicara senang.
Ternyata bentuk cinta tidak selamanya kasih dan sayang, perlu ada sisi dimana menurut orang lain melihat hal itu tidak baik, tapi bagi si pelaku itu baik, bahkan bagi korban merupakan efek jera.
Pada saat yang sama Ustadz Rully Cahyonufanto, M. Kpd menyampaikan kepada seluruh SDM Yayasan Al-Fattah, saat pembinaan berlangsung, bahwa pentingnya melakukan sesuatu yang diawali dengan rasa bahagia, jadilah handal, lalu idola, dan kaya. Dalam bahasannya Ustadz yang menjabat sebagai Derektur IBS (International Boarding School) Ar-Rohmah Putri 2 Malang ini, memberikan ilustrasi tentang kasih sayang orang tua kepada anak.
"Jika ada seorang Ibu melihat kamar anaknya terbakar, sementara di dalam ada anaknya yang sedang tidur. Kasur tempat tidurnya mulai dilalap api. Pertanyaannya, apa yang akan dilakukan si Ibu? Jawabnya, tentu dengan banting tulang si Ibu berusaha membangunkannya baik dengan cara menarik, menendang, sebisa mungkin agar anaknya selamat dari jilatan api. Atau bisa dengan mengambil dan merangkulnya. Semua itu dilakukan agar si anak selamat dari amukan bara api. Hal ini menjadi bukti rasa sayang orang tua kepada anak tidak berbanding. Hal yang sama juga dilakukan orang tua, saat melarang anaknya, jangan bergaul dengan teman yang suka minum, dan pecandu, tidak lain tujuannya, agar anak selamat dari cengkraman kehancuran. Si anak boleh jadi dalam hatinya bergemuruh, orang tua tidak tahu diri, mengekang kebebasan, sekali lagi hal itu dilakukan orang tua, tiada lain demi masa depan anaknya, agar menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab".
Begitupula seorang Guru ketika melihat anak didiknya melakukan hal yang dilarang, lalu Guru memberi hukuman supaya tidak melakukan kembali. Walau orang lain melihatnya iba, bahkan tidak sedikit Guru dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Kenapa dia lakukan seperti itu, karena Inilah bentuk kasih sayang Guru kepada Murid. Dia tidak peduli, tapi apa yang dia lakukan hari ini untuk masa depannya kelak.
Biarkan
Kata biarkan sangat bahaya dalam kehidupan sehari-hari, jika yang dibiarkan itu rumah, gedung, maka kumuh dan berantakan jadi pemandangannya. Begitu pula jika yang dibiarkan itu anak, baik anak biologis atau teologis, maka yang terjadi dia tidak tahu mana yang hak dan mana yang bathil, senang jail, suka barantem. Akhirnya sekolah tidak selesai, ibadah berantakan, na'udzubillah.
Maka perlu usaha melakukan sesuatu, baik dengan cara kasih dan sayang, atau dengan gertakan yang membangkitkan semangat. Jangan pedulikan orang lain yang melihat, fokuslah kepada apa yang menjadi titik capaian. Boleh jadi sekarang orang lain mencaci dan mencerca, tapi tunggu 5 - 10 tahun kedepan hasilnya kita akan tuai. Kerena seyogyanya semua butuh proses.
Dakwah orang tua kepada anak tidak terbatas, sampai anak menjadi mayat, atau orang tua menjadi mayat dakwah tetap terus dilakukan (baca ; seperti dakwahnya Nabi Nuh AS dan Nabi Ya'kub AS)
Bahagia
Kunci kesuksesan yang sesungguhnya ialah bahagia, betapa banyak orang yang punya mobil mewah, rumah besar, punya jabatan strategis, tapi dia kurang bahagia. Cicilan bulanan terus menghantui, anak- isti sulit diatur, tambah beratlah dia untuk bergerak. Maka yang perlu dia lakukan adalah, ikutilah hidup ini dengan rasa bahagia. Boleh jadi hari ini yang kita lakukan kurang begitu menuai makna, tapi menurut Allah SWT itu lebih baik. Inilah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Hal ini Allah tegaskan dalam Firman-Nya :
Artinya, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al-Baqoroh : 216)
Ayat tersebut memberi pemahaman kepada kita, bahwa apa yang kita lakukan sekarang dianggap kurang bermutu, boleh jadi itu lebih baik, begitu pula sebaliknya. Kerjakanlah..! karena Allah dan Rasul-Nya, serta orang Mukmin yang akan melihatnya (QS. At-Taubah : 105).
Berbahagialah, apabila rasa ini sudah tersebar dalam hati, maka semua unsur syaraf yang ada akan bergerak sesuai fungsi. Semua merasa tenang dan senang.[]
* Salah satu Guru SD Integral Al-Fattah Full Day School-Kota Batu
Komentar
Posting Komentar