Oleh : Moh. Homaidi*
Pertanyaan tersebut muncul karena hampir setiap hari, orang tua marah kepada anak, suara meninggi, terkadang tangan hinggap ke telinga, bahkan ke pipi. Walau hal itu demi kabaikannya, tapi ini yang membuat anak terkadang malas mendekat apalagi curhat! Jangankan minta pertimbangan, bertemu saja ogah. Maka jangan salahkan anak jika suatu saat nanti dia merasa senang jika tidak ada orang tua di rumah.
Akhir-akhir ini tidak jarang kita temukan, saat waktu maghrib tiba coffe yang biasa dijadikan tempat nungkrong anak muda, mulai terisi shofnya, seiring malam mulai gelap tambah ramailah pengunjung, tidak tahu dari mana asalnya. Seharusnya anak-anak ini sholat maghrib berjamaah di Masjid, setelah itu berkumpul bersama keluarga, tapi nyatanya; sebaliknya.!
Mereka lari dari rumah menuju diskotik, coffe, hanya untuk ngobrol, curhat, mencurahkan perasaan yang belum tertuang. Terpaksa dia lakukan agar apa yang ia rasakan dirasakan pula oleh saja teman-temannya.
Anak tersebut mulai menemukan ketenangan, kenyamanan, dan kecocokan antara satu dengan yang lain. Disaat berjumpa teman-temannya dia merasa telah menemukan jati dirinya. Mulailah dia membandingkan antara teman dan orang tuanya, jika saya pulang pasti kena marah, tapi kalau saya bersama teman hidup ini serasa bahagia, tenang dan nyaman. Inilah titik tolak anak benci kepada orang tua.
Marah
Jika isi rumah hanya terdengar bentakan, hardikan, dan pukulan. Tidak lepas dari kata-kata kasar dan tuduhan. Otak anak akan merekam semua yang terjadi, sehingga dia merasa jadi sumber kesalahan. Maka yang terjadi cadangan maaf di otak anak akan hilang.
Akibatnya, sedikit demi sedikit anak akan membenci orang tua, tidak tahan hidup bersama. Akhirnya anak tidak hormat kepada orang tua, dan anak tidak akan bermimpi hidup bersamanya.
Jangan salahkan anak jika dia mulai menghindar dan menjauh dari hadapannya. Lembutkanlah perkataan, sanjung, dan pujilah atas prestasi yang diraihnya, hal ini sebagai bentuk penghargaan. Karena penghargaan tidak harus berupa materi, pujian yang ikhlas akan sampai pada hati anak, tentu akan menentramkan hatinya.
Ridha
Wahai orang tua, mari kita rubah presepsi kemarahan menjadi keikhlasan. Yang biasa berkata kasar jadikan kata lembut. Yang biasa menghardik mulailah dengan kata maaf.
Orang tua yang membenci anaknya, Allah akan turut membecinya, begitupula sebaliknya, orang tua yang ridha atas perbuatan anaknya Allah pun ridha. Saat orang tua ikhlas dan ridha, inilah waktu istijabah, doakan dia.
Anak sulit diingatkan, selalu menghindar dan sering menjauh, boleh jadi karena hati orang tua masih membencinya. Ridhalah atas perbuatannya dan doakan yang terbaik, pasti dia akan menjadi anak yang berbakti.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
رضاللّٰه في رضالوالدين وسخط اللّٰه في سخط الوالدين
Artinya : Ridha Allah berada pada ridha orang tua, dan bencinya Allah berada pada bencinya orang tua.
Hadist tersebut memberi nasehat kepada orang tua agar lebih hati-hati dalam menegur dan mendokan anak. Sekali salah, maka penyesalan akan selalu menghantui, karena bisa jadi inilah sumber anak benci kepada orang tua.
Pribadi Qur'ani
Didiklah anak mencintai Al-Qur'an, hal ini telah diwasiatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada para orang tua dengan sabdanya, "Didiklah anakmu kepada 3 perkara yaitu mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan (mencintai) membaca Alquran, karena sesungguhnya pelaku Alquran akan berada di bawah naungan Arsy Allah saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya." (HR. Thabrani).
Hadits ini berpesan kepada orang tua syarat menjadi anak berpribadi Qur'ani ialah orang tua mendorong mereka cinta kepada Nabinya, keluarga, dan Al-Qur'an. Tiga perkara ini saling menguatkan, tidak boleh terputus.
Agar cinta ini bertahan dan bersemi dalam hati anak, doakanlah dia. Berharaplah hanya kepada Allah SWT. Dialah tempat bergantung, dzat yang membolak balikkan hati, mintalah dengan sungguh-sungguh pasti terkabul.
Semoga kita menjadi orang tua yang senantiasa ikhlas dan ridha terhadap perilaku anak, sehingga putra-putri kita senantiasa Allah jaga adab dan akhlaknya, taat dan patuh terhadap perintah-Nya.[]
* Guru di Salah Satu SD Integral Al-Fattah Fullday School-Kota Batu
Komentar
Posting Komentar