Langsung ke konten utama

Tundukkan Pandangan

 



Oleh : Moh. Homaidi*

Kemampuan melihat adalah nikmat yang tidak terhingga. Betapa banyak orang yang ingin melihat keindahan dan isinya tapi tidak bisa, karena terhalang.

Merenungkan keindahan melalui sarana mata adalah salah satu bentuk syukur seorang hamba kepada Tuhannya. Karena dengan melihat, dia lebih mudah belajar, baik membaca, menulis, ataupun menghitung.  Tapi, beda dengan kata mengumbar pandangan. Alih-alih mensyukuri nikmat, yang ada mengkufurinya.

Pandangan mata yang diumbar dan tidak dikendalikan akan merusak hati. Ia ibarat panah beracun yang dilesakkan Iblis ke arah hati kita. 

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits Nabi dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Pandangan mata adalah panah beracun yang dilesakkan oleh Iblis. Barangsiapa memejamkan matanya (dari yang haram) karena Allah, maka Allah akan memberikan pada hatinya lezatnya iman, yang akan ia dapat sampai ia berjumpa dengan-Nya.”

Akhirnya, pandangan yang kurang terkendali akan berakibat, makan tidak nikmat, tidur tidak nyenyak, dan ibadahnya hambar. Apa yang terjadi? Racun Iblis sudah masuk dan mulai menjalar ke sendi keimanan dan pengetahuan, na'udzubillah.

Sedih

Kesedihan akan selalu mengahantui jika seseorang enggan berhenti dari mengumbar pandangan. Dia akan tersiksa karena apa yang dilihat seakan menjadi nyata, segera didapat dan dimiliki.

Dia akan merasa kurang dan selalu tidak puas terhadap apa yang dimiliki, ingin sesuatu yang lebih, pikiran terganggu, kualitas kerja menurun. 

Contohnya, melihat tetangga ganti motor, bingung tidak bisa tidur, dada mulai sesak. Suami mulai dituntut banyak, gelisah dan resah sedikit tersirat. Padahal motor yang selama ini menemani sudah cukup berjasa. 

Melihat wanita/laki-laki yang lebih daripada apa yang dipunya, merasa apa yang ada kurang nikmat. Mulai berangan-angan, dan berharap sesuatu yang tidak pasti. Tersiksalah hatinya, ketemu pasangan tidak terasa indah. Semua terkesan beban dan harus dihindari. 

Nikmat yang ada di depan mata sudah mulai sirna. Orang lain yang jauh nan sana terasa indah, inilah yang disebut kenikmatan fatamurgana. Kenikmatan yang tidak pasti bahkan mustahil terjadi.  

Jauhilah perbuatan tersebut, kasihinilah diri, tundukkan pandangan agar hati dan pikiran tenang. Nikmatilah apa yang sudah ada, halal dan jelas pahalanya. 

Tenang, dan Terselamatkan

Hati dan pikiran menjadi tenang, keluarga akan saling menyayang, manakala seorang mampu mengendalikan pandangan. Dia tidak akan tertipu akan muslihat Iblis yang terus mengincar keharmonisan.

Dengan menundukkan pandangan inilah semua akan menjadi tentram, aman dan damai. Terhindar dari gesekan antar pasangan. Keluarga selamat dari kehancuran, dan surga menjadi tempat kembali yang dijanjikan.

Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya :  "Jaminlah aku dengan enam perkara, dan aku akan menjamin kalian dengan surga: jujurlah (jangan berdusta) jika kalian berbicara; tepatilah jika kalian berjanji; tunaikanlah jika kalian dipercaya (jangan berkhianat); peliharalah kemaluan kalian; tahanlah pandangan kalian; dan tahanlah kedua tangan kalian.” (HR. Ahmad no. 22757.

Ketenangan jiwa dan terjaganya keharmonisan, tidak lain salah satunya ialah dikarenakan kemampuan sesorang dalam mengendalikan pandangan.

Lalu bagaimana agar seorang mampu mengendalikan pandangan? Diantaranya ialah dengan iman dan menikah. Karena keduanya adalah kunci seseorang mampu mengendalikan pandangan. Pertama, dengan iman seorang akan tumbuh rasa takut dan tahu bahayanya. Kedua, dengan menikah syahwat akan tersalurkan, sehingga terhindar dari rasa penasaran.

‘’Orang yang sudah menikah lebih terpelihara matanya, idealnya tidak lagi penasaran sama yang lain.’’ (Sadam Al-Ghifari/Nashih)

Semoga kita di selamatkan dari fitnah mata, dan diberi kekuatan untuk mengendalikannya,  aamin.[]

*Pendidik dan Dai (SD Integral Al-Fattah Fullday School) - Kota Batu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SD Integral Al-Fattah Meraih Penghargaan Dari Diknas Kota Batu 2024

  Kota Batu : Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Batu bekerjasama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Batu mengadakan puncak peringatan hari guru nasional ke 53 dan PGRI ke 79 di Hall Singhasari resort, Ahad (22/12/24). Perayaan tersebut dihadiri langsung Plt Wali Kota Batu, dan Ketua PGRI Jawa Timur dan tenaga pendidik (tendik) se-Kota Batu. Hal ini ditegaskan dalam laporan Kepalas Diknas bapak M. Chori, M.Si bahwa jumlah guru yang hadir kurang lebih 5000. Beliau melanjutkan, kegiatan ini di support langsung oleh pak Plt Wali Kota Batu Dr. Aris Agung Paewai. Terbukti kegiatan ini diselenggarakan di Hall Hotel bintang 5, tentu ini penghargaan yang luar biasa bagi semua guru, khususnya di lingkungan Kota Batu, disambut tepuk tangan meriah oleh peserta yang hadir. Pada acara yang cukup khidmat ini berbagai penghargaan diberikan, mulai peserta didik, guru, sampai sekolah yang berprestasi.  Tentu ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sekolah yang mendapatkannya. Sal...

Keseruan Kelas VI Angkatan 3 SD Integral Al-Fattah Go To Surabaya

  Batu : Merupakan momen tahunan yang ditunggu siswa/i kelas VI SD Integral Al-Fattah (SDIA) Kota Batu, yaitu study tour.  Rasa yang ditunggu siswa/i SDIA terbayar sudah. Karena kegiatan tersebut terlaksana pada Selasa (7/1/25).  Adapun peserta dari siswa/i SDIA kelas VI berjumlah 63 dan Ustadz/ah pendamping 15 orang cukup memenuhi dua bus, dari Batu menuju kota pahlawan Surabaya. Kenapa Surabaya menjadi jujukan study tour? Pertanyaan ini muncul, karena dua angkatan sebelumnya go to Jogja.  Surabaya merupakan Ibu Kota Provensi Jawa Timur, didalamnya terdapat wahana Kebun Binatang Surabaya (KBS), wisata  bahari, dan history (monumen kapal selam dan tugu pahlawan) tegas Bunda Issanu. Disamping itu lanjut ketua paguyuban kelas VI tersebut, bukan hanya itu anak-anak juga diajak bersenang-senang ke Trans Snow World (TSW), dan terkahir berlabuh ke Masjid Al -Akbar. Masjid terbesar se Jawa Timur tersebut juga sarat estetika timur tengah, tutupnya. Moment tersebut disem...

Mulia Dengan Berbakti Kepada Orang Tua

  Oleh : Moh. Homaidi * Seorang Ustadz yang santun dalam penyampaian nasehat dan senantiasa menyentuh hati. Suatu ketika beliau bercerita kepada jama'ah bahwa dua pekan sebelum ramadhan, ada seorang temannya datang dan bercerita. Bahwa ada salah satu anak buahnya di tingkat pemerintah, ia sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tiba-tiba mengajukan resign. Melihat dan mendengar surat pemunduran diri bawahannya si pemimpin kaget dan panik. Lantas si pemimpin bertanya kenapa mau mundur, apakah ada masalah pekerjaan atau gaji kurang? Pegawai yang bersangkutan diam tanpa mengeluarkan suara. Kalau begitu jangan dulu, pekerjaan kamu bagus dan tuntas. Apa yang menjadi dasar kamu mau memundurkan diri? Sanggahnya. Pengajuan surat resign ini bukan hanya sekali dua kali, tapi sudah berkali-kali, tapi ketika ditanya alasannya kenapa? Jawabanya sama, diam tanpa suara. Di bulan ke enam pemuda yang sederahana dan punya anak yang masih kecil-kecil tersebut kembali mengajukan resign. Sebagai pemimpin, d...