Oleh : Moh. Homaidi*
Kesendirian dalam ketaatan adalah mumen dimana seorang hamba berlezat-lezat dengan robnya. Nyaris disekitarnya tidak terfikirkan. Air mata berlinang mengingat akan kuasa-Nya, dan siksa yang siap siaga bagi hamba yang berpaling dari-Nya.
Akhir-akhir ini banyak orang menyendiri, bukan karena ketaatan tapi sebaliknya ia membangkitkan nafsu dan hayalan karena condong bermaksiat. Bahkan sengaja menyendiri menjauh dari keramayan agar puas dengan pegangannya, apa itu? Iya apalagi kalau bukan Hp handroidnya, tontonan yang melalaikan iman.
Orang bijak mampu menggunakan apa yang menjadi haknya. Menjauhi sesuatu yang melemahkan iman, dan memanfa'atkan kemampuan untuk memupuknya.
Hanya orang yang lemah imanlah pada kesendiriannya senang bermaksiat dan pada saat yang sama dikeramaian seakan - akan sopan dan ahli ibadah. Hati - hati, ini adalah perusak agama yang sesungguhnya.
Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut mengingatkan kita, agar senantiasa menjauhi kebiasaan yang kurang baik (baca; menyendiri untuk bermaksiat), karena khawir masuk pada kaum munafik, yang amal baik dan pahala ibadahnya sia-sia, na'udzubillah.
Taat pada perintah
Sebuah kenikmatan yang tidak terhingga, seseorang yang senantiasa berpegang teguh terhadap perintah. Ia akan mendapatkan nilai lebih daripada yang lain.
Sebagai hamba, taat terhadap perintah, antara diri dan rabnya. Membuat hati terasa tenang, pikiran tentram, dan jiwapun mapan.
Sebagai bawahan dalam pekerjaan, taat terhadap perintah atau aturan, membuat etos kerja semakin produktif dan meningkatkan keparcayaan diri lebih efektif dan enovatif.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita, istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya. Amin.[]
* Salah satu Guru di SD Integral Al-Fattah Fullday School- Kota Batu
Komentar
Posting Komentar