By. : Moh. Homaidi*
Selepas sholat Isya' aku mendapat pesan dari abang senior khususnya dibidang tulis menulis, dia mengirimkan ulasan singkat tentang "Hobi dan Kewajiban".
Dia beragumen, kurang setuju dengan orang yang menulis tentang hobinya, "Hobi, senang membaca". Orang yang tidak hobi membaca berarti tidak mau membaca. Dia menyamakan hobi dengan masak, orang yang tidak hobi masak, bararti tidak makan.
Temanku berharap, agar kegelisahanya ini di kupas, berdasarkan analisis dan referensi yang representatif.
Aku pun mencoba menulis hal yang lain, dengan tema "membaca itu adalah warisan sunnah yang terlalaikan", dia pun kurang puas, berharap Hobi itu harus diangkat.
Akhirnya aku memcoba menganalisa serta mencari referensi, akhirnya aku buka tentang "Hobi". Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bahwa arti Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang. Artinya kegiatan ini bukan kegiatan inti dalam kehidupan sehari-hari.
Bisa diambil kesimpulan, sah-sah saja jika ada orang yang mencantumkan Hobi adalah membaca. Bukan berati orang yang tidak menaruh Hobi membaca, lalu tidak mau membaca?, bahkan bisa jadi lebih gemar membaca. Hobinya main bulu tangkis, tapi setiap kali duduk senang membaca dan menulis, termasuk penulis ini, he.. he.
Kemauan
Jadi membaca dan menulis itu adalah kemaun yang harus keluar dari diri sendiri. Bukan karena gemar saja, karena hanya gemar suatu saat akan redup.
Disamping itu, harus membangun komunitas yang memicu dirinya agar lebih produktif dan konstruktif.
Jika tidak bisa menemukan komunitas, minimal berteman dengan orang yang lebih senior, yang mampu memberi motivasi.
Motivasi harus di cari, agar kemauan ini terus tumbuh, dan berkembang. Beberapa mutivasi harus di baca, dan di dengar. Tapi pada saat yang sama kurang bertahan, futur pun tiba.
Teman yang baiklah, yang mampu membangkitkan kemaun itu. Termasuk aku sendiri, abang senior dari organisasi sering menggaungkan firman Allah SWT. Bekerjalah kamu, Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang Mukmin akan melihat apa yang kamu kerjaan itu. (QS. At-Taubah : 105).
Alhamdulillah, atas izin Allah kemauan pun bersambut dan menjadi keinginan kuat, sehingga menjadi kometmen diri dalam bersikap dan beraktivitas.
Hal ini sudah di tegaskan dalam sebuah hadits, pentingnya sebuah pertemanan dan memilihnya :
Artinya : “Perumpamaan teman yang baik dan yang jahat adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Yang membawa minyak wangi, boleh jadi dia memberimu, atau kamu membeli daripadanya, atau paling tidak kamu mendapatkan harum semerbak daripadanya. Adapun tukang pandai besi, boleh jadi bajumu terbakar karenanya, atau kamu mendapatkan bau busuk daripadanya."(HR Al-Bukhari dan Muslim).
Hadist tersebut menjelaskan bagaimana kita harus selektif dalam memilih teman. Apa yang menjadi hobi sesuaikan dengan komunitas dan kuatkan dengan kemauan.
*Aktivis Sosial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar