By. : Moh. Homaidi*
Untuk menjadi peribadi yang berjiwa besar tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena rata-rata ini adalah bagian orang-orang pilihan.
Sebagaiaman yang sampaikan Dijrjen badan keuangan daerah Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si. Saat ceramah di depan puluhan Kepala Sekolah SD dan SMP se Kota Batu.
Beliau menegaskan bahwa "saya sampai mendapatkan posisi dan gelar ini, karena melalui banyak ujian, mulai keluarga, sampai tempat kerja."
Tuntas fitnah yang satu, datang yang lain. Terus silih berganti bak nafsu ingin makan, kenyang, lapar, kenyang lagi. Terangnya.
Hanya orang yang berjiwa besar yang mampu membendung itu, melalui sabar, dan tabah. Jika ada problem, fokuslah pada solusi, jangan fokus pada masalah. Karena itu akan menumbuhkan keputusasaan. Tutupnya.
Netral
Agar hidup ini tidak sempit, berfikrlah netral, terlebih pada perkara politik. Netral tidak terlihat condong kepada kelompok tertentu. Sebab jika terlihat condong lebih mudah terlibat permusuhan.
Begitu pula dalam lingkungan kerja, sebaiknya fokus pada program dan tugas tanggung jawab. Tidak usah sibuk memikirkan urusan lain, apalagi terkesan menggurui.
Pujian
Jangan sibuk mencari pujian orang lain, karena itu akan menurunkan harga diri dan mendatangkan pandangan picik orang lain.
Imam Syafi'i menegaskan "Engkau takkan mampu menyenangkan semua orang. Karena itu, cukup bagimu memperbaiki hubunganmu dengan Allah, dan jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia".
Mari kita fokus pada penilaian Allah, daripada penilaian makhluk. Karena hal itu membangkitkan jiwa yang kuat dan besar.
Karena seyogyanya kita tidak butuh pujian manusia, yang kita butuhkan pujian Allah, sebab prestasi yang telah diraih.
Orang yang mencari ridha Allah, tidak akan mudah goncang, dan tergiur dengan urusan di luar dirinya. Apalagi jelas urusan dunia, dia akan menepis dengan keras.
Hal ini di contohkan oleh Imam Al Ghazali, disaat dirinya sibuk dengan urusan kemuliyaan, dia rela melepas dan menjauh dari hiruk pikuk tersebut. Seraya mendekat kepada Allah, mengoreksi hati dan pikirannya, sehingga mampu melahirkan karya fenomental berupa kitab, yang berjudul "Ihya' 'Ulumuddin".
Hal itu mampu membangkitkan jiwanya, menjadi jiwa yang besar, kuat, dan kokoh. Hingga karya fenomenalnya bertahan sampai saat ini.
Pemimpin
Seorang pemimpin yang berkarya dan menghasilkan kemaslahatan, tentu selalu dieluk-elukkan masyarakat.
Tidak senang nompleng terhadap kridibelitas lingkungan atau partainya. Apalagi mudah memojokkan lawan politiknya. Dia fokus berkarya lewat program yang di usungnya. Tidak sibuk mengoreksi orang lain.
Inilah tanda pemimpin yang berjiwa besar. Tidak gentar dengan kritikan, dan tidak silau dengan pujian. Dia selalu menegaskan, "itu hasil kita bersama".
Tidak sombong dengan hasil yang di peroleh, tapi selalu siap dengan masukan dan kritikan yang konstruktif.
Pilihlah pemimpin yang punya jiwa besar, dengan ciri; tidak terkendali oleh lingkungan, selalu fokus dengan kesejahteraan, dan berani dalam mengambil keputusan.[]
*Aktivis Sosial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar