By. : Moh. Homaidi*
Terkadang kita kurang bersyukur atas apa yang telah dimiliki, bukan hanya memiliki tapi juga meraskan.
Karena betapa banyak orang yang memiliki, tapi belum bisa merasakan. Taruhlah rumah, sudah lama di idam-idamkan. Sudah lama menabung, dan hasinya banyak.
Lalu yang bersangkutan beli tanah, terus bangun rumah. Setelah itu, yang bersangkutan sakit-sakitan, akhirnya innaalillah orangnya meninggal.
Tidak berselang lama, setelah sang istri melalui masa iddah, dia pun menikah lagi dengan laki-laki asing.
Tentu rumahnya beralih kepemilikan, siapa yang merasakan? Ternyata orang lain, orang asing yang sejak awal tidak tahu menahu dari mana sumber dana, usaha dan lain sebagainya.
Bukan berarti penulis melarang untuk menabung untuk hari esok. Penulis sangat mendukung itu, hanya saja bisa di kelola dengan hal yang lebih baik, bukan hanya untuk urusan dunia, tapi juga untuk urusan akhirat.
Bukan berarti penulis melarang untuk menabung kehidupan hari esok. Penulis sangat mendukung itu, hanya saja bisa di kelola dengan yang lebih baik.
Edialnya, tabungan tersebut, bukan hanya di peruntukkan urusan dunia, tapi juga urusan akhirat. Karena kampung akhirat adalah kehidupan yang lebih utama.
وللآخرة خير لك من الأولى
Apakah narasi di atas ada dalam kehidupan nyata? Jawabannya, iya ada. Penulis lihat juga rumahnya besar, berdiri tegak.
Penulis mendengar kisahnya dan juga lihat langsung rumah mewahnya. Merasa terenyuh, iya begitulah kehidupan.
Padahal Allah telah memberikan hadiah berharga berupa hati dan pikiran untuk digunakan agar bisa membedakan antara hak dan batil.
Syukuri apa yang ada, jangan terburu-buru. Betapa banyak orang yang potong kompas gara-gara tidak sabar, ingin kaya, segera banyak harta, tanpa menikmati proses.
Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya' : 37. "Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa".
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa manusia sejak awal tercipta untuk tergesa-gesa, ingin cepat dan segera merasakan, sehingga terkadang banyak hal yang terlupakan.
Melatih Diri
Beruntunglah orang yang sabar dalam menata diri. Karena memang perlu melatih diri agar lebih hati-hati dalam melangkah dan berbuat.
Hal ini menghindari penyelasalan yang tidak diinginkan. Betapa banyak orang yang menyesal karena perkara terburu-buru. Tanpa berfikir konsekwensi logis yang akan di dapat.
Berfikirlah sebelum bertindak dan pantaskan diri sebelum melakukan .[]
* Aktivis Sosial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar