By. : Moh. Homaidi*
Mendengar kata militan, pikiran dan hati seakan menggemuruh. Tergambar jenggot panjang, jidat hitam, dan celana cingkrang, serta berkifikir kaku.
Kenapa gambaran negatif yang muncul di tengah Masyarakat? Karena sebagian orang menuduh golongan tersebut sulit bergaul, dan pilih-pilih teman.
Padahal jenggot panjang, jidat hitam, dan celana cingkrang, bagian dari sunnah. Hanya saja terkadang ada oknum yang kurang bertanggung jawab, sehingga syari'ah menjadi kambing hitam.
Salah satu contohnya, mudah mentandzir atau menyalahkan orang lain. Sehingga wajar terjadi saling tuduh antar orang atau golongan. Sehingga tersebar fitnah, terjadilah tidak suka antar satu dengan yang lain.
Padahal Ustadz Abdurrahman, menyampaikan saat mengisi Silaturrahim Rayon (Silat) Tapalkuda pada Sabtu, (27/23), beliau menegaskan pentingnya seseorang mempunyai jiwa militan. Karena militan itu adalah, pertama, responsif. Cepat tanggap, segera bersikap, dan tidak menunda waktu. Kedua, mempunyai tekad yang kuat. Jika seseorang tidak punya tekad melakukan sesuatu, maka pekerjaan itu tidak akan bertahan lama.
Pengurus Majlis pertimbangan pusat Hidayatullah tersebut menambahkan, bahwa ciri seseorang mempunyai jiwa militan yang ketiga adalah bekerja dengan ulet. Jika mengalami kendala dalam pekerjaan, dia tidak mudah putus asa. Sigap dalam mencari jalan keluar, tambahnya.
Selaku Murabbi Wilayah Jawa Timur, beliau mensupot agar semua kader tumbuh jiwa militansinya. Sehingga ciri orang yang punya militan keempat adalah, mampu menggerakkan seluruh potensi, yaitu tidak mudah menyerah, apalagi mencari alasan agar menghentikan kegiatan.
Inilah gambaran seseorang yang mempunyai jiwa militan yang sesungguhnya, bukan hanya mengambarkan pakaian dan pandangan luar. Tapi tumbuh dalam jiwa untuk melakukan yang terbaik dan berharap ridha Allah semata.
Semoga kita senantiasa mempunyai jiwa militansi, yang tumbuh dari dalam. Agar pekerjaan yang dilakukan penuh spirit dan sungguh-sungguh.[]
*Aktivisa Sosial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar