By. : Moh. Homaidi*
Begini ustadz saya adalah seorang perempuan yang sudah pernah menikah. Pernikahan saya sebelumnya baik-baik saja, tidak pernah terjadi kekerasan, suami sangat sayang kepada saya.
Suami saya seorang tentara, demi karirnya yang cukup mensilaukan, dia harus melengkapi persyaratan pasangannya. Perlu diketahui saya adalah istri sirrinya.
Suami ingin mensahkan pernikahan yang baik ini. Akhirnya perlengkapan syarat pernikahan mulai di cari, termasuk data keluarga saya. Na'udzubillah, ternyata kakek saya termasuk garis merah atau Partai Komunis Indonesia (PKI), sehingga rencana pernikahan sah di batalkan. Suami sangat berat melepaskan saya, tapi khawatir karir suami terhambat.
Akhirnya sesuatu yang tidak diinginkan pun terjadi, saya di telak suami, dan di kembalikan ke jawa, karena sebelumnya saya ikut suami bertugas ke luar jawa.
Keluarga suami sangat berat melepaskan saya. Sampai keluarga suami ingin menjodohkan saya dengan orang lain, tapi saya belum siap dan belum klik dengan orangnya.
Orang tua saya sendiri yakin beliau orang baik, baik agama maupun finansialnya. Tapi kembali lagi dari kejadian sebelumnya saya masih belum siap untuk di jodohkan. Ini mungkin ketakutan dari orang tua saya, karena sebelum saya dikembalikan ke jawa, ada saudara saya yang lain, mau menjodohkan saya dengan anak temannya. Saya juga menolaknya dengan baik, karena orangnya mohon maaf, banyak tatonya dan bukan yang saya inginkan.
Disisi lain saya masih ingin menata hati, dan menenangkannya, serta memperbaiki diri. Orang tua yakin kalau saya terkena magic dari laki-laki yg bertato tadi, biar tidak laku nikah, sehingga beliau bersikeras menjodohkan saya sama orang lain. Dan ini yang menjadi kekhawatiran orang tua, saya tidak laku.
Padahal secara batin saya belum siap dan tidak srek dengan orangnya. Kalau di suruh menjalani ta'arruf pun saya belum siap, karena saya masih ingin menata hati dan bekerja dulu. Saya sudah menyampaikan ke orang tua, tapi endingnya bertengkar.
Komunikasi
Orang tua adalah tempat konsultasi dan komunikasi, mereka tidak ingin derita yang dialami anak-anaknya berlarut-larut.
Tidak rela anaknya sendirian, apalagi sedikit-sedikit mengingat masalalu yang membuat raut muka sedih, tanpa disengaja air mata pun mengalir.
Orang tua berharap dengan dia menikah lagi si anak menemukan ketenangan, tapi sebenarnya tidak semudah itu. Sebaiknya sebagai orang tua tetap menjaga komunikasi dengan anaknya, jangan memaksakan kehendak.
Apalagi kepada janda, karena dalam islam, hal ini cukup ditawari kepada yang bersangkutan. Jika belum siap tidak usah dipaksakan.
Sebagai anak, tetap harus menjaga kesopanan, halus dan lembut. Jangan sekali-kali membuat mereka sakit hati, karena ridha Allah, tergantung ridha kedua orang tua.
Jaga komunikasi yang positif, tanpa menyikiti keduanya, apalagi sampai menghardik. Memang cukup sulit, tapi perlu tahapan yang baik.
Semoga segera mendapat jalan keluar yang baik, yang sama-sama mendapat ridha ilahi, aamiin.[]
*Aktivis Sisial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar