By. : Moh. Homaidi*
Kewajiban seorang yang lebih muda menghormati yang lebih tua, begitu pula yang tua menghargai yang lebih muda.
Jika dalam bermasyarkat hal tersebut terlaksana, maka barang tentu tatanan guyub rukun akan terasa. Ketentraman akan dirasakan berasama.
Lalu bagaimana dengan seorang pelajar?, mereka mengatasnamakan golongan orang yang sudah belajar, tapi pada saat kelulusan mereka berbondong-bondong naik sepeda motor, baju yang semula putih bersih menjadi warna- warni.
Bunyi kanalpot yang cukup menyita perhatian pengendara lain di gunakan, terdengar suara teriakan sebagai puncak kesenangan. Laki-laki dan perempuan campur aduk, duduk dalam satu kendaraan. Mereka sudah tidak mengerti arti halal dan haram.
Tentu jika dalam keaadaan seperti ini, mereka diingatkan pun sudah tidak peduli, bahkan orang yang berani mengingatkan, hanya dianggap angin berlalu.
Parahnya, pada yang sama tawuran pun tidak terelakkan. Merasa diri dan gengnya paling hebat. Kebut-kebutan pun dilakukan, hal ini sangat membahayakan dan mengganggu kendaran lain yang melintas.
Disinyalir rombongan anak SMA yang merakayakan kelulusan, sebgaimana di kabarkan TVOne pada kamis, (18/23). Konvoi tersebut sempat menyerempet seorang pengendara, seorang ibu. Si ibu itu jatuh, kendaraannya pun sulit dikendalikan karena terjadi kepanikan. Warga turun jalan menghalau konvoi yang meresahkan tersebut
Inilah potret prodak pendidikan kita hari ini. Kejadian ini terjadi, bukan hanya kali ini saja, tapi sudah berulang kali, dan di pastikan setiap tahun hal itu terjadi.
Jangankan mereka menghormati yang tua, menghardik, dan mengucilkan itu yang terjadi. Maka tidak salah jika anak yang berani kepada orang tua, bahkan menikam, hanya karena tidak dikasih uang.
Inilah yang membuat orang tua khawatir, mereka sekolah, belajar. Bukannya tambah hormat, tapi sebaliknya, mereka merasa pintar sehingga tidak segan-segan menghina, dan mengucilkan kedua orang tuanya.
Keteladanan
Dalam hal ini seorang Guru dituntut lebih untuk mengajarkan arti pendidikan kepada Anak didik. Di sekolah seorang Guru bukan hanya menyampaikan knowledge, tapi bagaimana di luar sekolah mampu membimbing dan mengarahkan.
Jika terjadi kekerasan pada orang tua yang disebabkan perbuatan anaknya, maka yang perlu di intropeksi adalah guru dan lingkungan yang dibangun.
Karena seyogyanya, orang tua menyekolahkan anak, agar mereka mendapatkan pegetahuan yang layak, berkarakter agamis, dan sosialis.
Tapi nyatanya, saat di rumah mereka mulai kurang menghargai orang tua, sebab sibuk dengan smartphonenya. Di ajak ngomong, jawabnya, iya. Itupun tidak menoleh, apalagi menatap. Jauh dari adab normal pada umumnya.
Maka dibutuhkan jiwa guru yang akuntabel, bukan hanya pandai di sisi akademik, tapi juga pandai secara sepiritual. Aktif sholat berjama'ah dan kuat akidahnya, in syaa Allah akan lahir anak didik yang berkualitas.
Qiyamul Lail
Seorang Guru harus mampu bangun malam, seraya menunaikan sholat tahajjud. Karena sebenarnya Guru itu adalah Da'i. Mengajak kepada yang hak, melarang terhadap kebatilan.
Maka dibutuhkan jiwa yang tenang, sementara ketenangan itu akan didapatkan saat dirinya mampu bertemu Allah di tengah malam, sholat lail.
Allah berfirman :
إنّاسنلقي عليك قولا ثقيلى
Artinya : "Sesungguhnya aku akan memberi kepadamu perkataan yang berbobot" (QS. Al -Muzammil : 5)
Potongan ayat ini menegaskan pentingnya seseorang, khususnya Guru melaksanakan qiyamul lail atau sholat tahajjud.
Karena di dalamnya mampu membangkitkan jiwa keberanian. Bertindak demi masa anak didik agar lebih baik. Anak didik hebat terkandung kualitas Guru yang bermartabat.
Do'a
Ketika seorang Guru sudah menunaikan qiyamul lail, di sinilah kesempatan untuk berdo'a. Berharap dan memohon kepada Allah agar anak didiknya menjadi anak yang sholeh/ah.
Disamping seorang Guru cakap dalam keilmuan dan berkomunikasi, serta keteladanan, dia juga perlu memasrahkan hasilnya kepada Allah. Dengan berharap agar ilmu yang di sampaikan bermanfa'at.
Karena seyogyanya Guru hanya menyampaikan dan mencontohkan, selebihnya Allah yang membimbing dan mengarahkan.
Pendidikan yang berkualitas, adalah pendidikan yang melahirkan peserta didik berkarakter akademis, agamis, dan sosialis.[]
*Aktivis Sosial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar