By. : Moh. Homaidi*
Mencintai anak tidak cukup, yang terpenting anak sadar kalau dirinya mendapat tempat kasih sayang kedua orang tua. Maka tugas orang tua selanjutnya adalah mendidik dan membimbing agar kelak menjadi anak yang ta'at.
Sebagai orang tua kita dituntut lebih dalam memperhatikan buah hati, bukan hanya perhatian kepada sandang, pangan, dan papannya. Tapi juga pada keikhlasan kedua orang tua dalam mendidik, dan mengarahkan anaknya.
Nabi Ibrahim adalah sosok ayah yang penuh perhatian terhadap pendidikan anaknya, dengan mengasingkan dari khalayak ramai yang akan merusak adab dan pola pikirnya. Dia pun ikhlas meninggalkan putra kesayangannya, berdua dengan istri tercinta.
Ternyata buah keikhlasan tersebut menjadikan pribadi Isma'il AS menjadi anak yang mudah mengikuti perintah kedua orang tua dan ta'at terhadap seruan Allah SWT.
Sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya,
Artinya: Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." Kemudian, setelah membaringkan Ismail untuk disembelih, Allah memanggil Nabi Ibrahim dan menghentikannya. Allah SWT pun memberikan mukjizatnya dengan mengganti Ismail dengan sembelihan hewan (QS. Saffat : 107).
Buah keikhlasan dan kesabaran Nabi Ibrahim sebagai seorang ayah, mampu mencetak genarasi yang tangguh, dan unggul. Pantang menyerah dalam kebenaran, siap turun ke gelanggang walau nyawa taruhannya demi memenuhi seruan sang ilahi rabbi.
Kesabaran
Keikhlasan pun tidak cukup, karena harus melalui ujian yang ditempuh, maka kesabaran menjalankan ujian tersebut harus digalakkan.
Sayogyanya keikhlasan itu berjalan lurus dengan kesabaran, karena bisa dipastikan orang yang ikhlas dalam menjalankan ketaatan buah dari latihan sabar, yaitu proses menuju iklas.
Maka ketika diri menganugrahkan keikhlasan maka tabir kesabaran harus terpampang pada sikap dan tanduk kita, dengan cara tidak mudah mengeluh, terus berupaya mencari jalan keluar dari setiap persolan.
Yakin dan percaya, jika seorang Ayah punya kepribadian iklas dan sabar dalam mendidik seorang anak, baik beologis ataupun teologis maka akan terbentuk krakter dalam dririnya " abdun sholehun", hamba yang bagus peragainya.
Semoga kita menjadi seorang ayah yang mampu mendidik anak dengan penuh rasa ikhlas dan sabar, sehingga mampu menghantrkan kita kelak ke jannah.
Pesantren
Tempat yang menarik dan layak untuk kemudian menjadi perhatian orang tua dalam mendidik anak, adalah pesantren.
Tapi tidak banyak orang tua yang tega dalam menitipkan putra/inya untuk di didik, sering di besuk, apalagi yang cukup merepotkan pengasuhnya, tolong fotokan anak saya sekarang, lagi ngapain?.
Perbuatan ini sangat rentan, karena membuat anak kurang bertanggung jawab, dan tidak mandiri. Padahal jika orang tua sabar menahan permintaan untuk foto anaknya saat makan, dan mau berangkat sekolah, tentu lebih mendidik.
Jika prihal tersebut masih di lakukan, segera hentikan, karena putra/inya sedang menuntut ilmu bukan liburan, yang mana orang tua harus tahu segalanya. Percayakan sepenuhnya kepada pengasuh, ini bukti keikhlasan kedua orang tua dalam mendidik anak. Cukup doakan mereka agar sabar dalam menimba ilmu, dan dimudahkan dalam memahaminya.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar