By. : Moh. Homaidi*
Beberapa hari yang lalu saya kedatangan tamu, dipersilahkan masuk tapi tidak mau karena keburu-buru ada kegiatan lain. Tapi anehnya masih sempat - sempatnya mengeluhkan keluarganya, dalam hal yang ini sosok bapak yang katanya suka marah-marah, tidak mau bekerja, senangnya memperkeruh suasana keluarga.
Sesaat tamu ini mengagumi kelurga saya, karena terlihat cara bicaranya halus, santun ke anak, tapi sesekali menyinggung keluarganya yang terkesan tempramen. "Saya iri melihat Ustadz, karena saya belum pernah diperlakukan seperti itu oleh bapak", ngakunya.
Akhirnya membuat saya merenung, sekaligus memberi nasehat kepada tamu tersebut agar jangan mudah mengeluh, apalagi mengumbar aib keluarga.
Karena mengeluh itu pertanda iman lemah, dan dikhawatirkan mendapat murka Allah, sebab ridha Allah ada pada ridha keduanya. "Tapi saya sudah tidak kuat Ustadz, selalu mendengar omelannya", kilahnya.
Terakhir saya sampaikan, doakan beliau agar Allah berikan hidayah, "sudah Ustadz, bahkan dalam sholat, saya sempatkan doakan dia, tapi sekarang malah tambah menjadi," ngakunya.
Literasi
Banyak membaca adalah salah satu semangat literasi, kenapa kita kurang sabar, kurang menerima keadaan, bahkan mudah keluh kesah, karena jarangnya mencari referensi.
Padahal dengan memperbanyak baca, dapat memperluas pengetahuan, sehingga mudah mengerti bagaimana menghadapi berbagai macam karakter.
Kurangnya membaca ini juga memperlemah iman, kurang yakin bahwa setiap masalah yang ada merupakan ujian yang dapat meninggikan derajat dirinya.
Begitupula dengan memperbanyak baca, dapat menguatkan iman yang sedang rapuh dan lemah. Segera ces batre keimanan ini dengan membaca, baca Al-Qur'an, buku sirah, motivasi, dan berbagai bacaan yang membangkitkan spirit.
“Pada saat itu tidak bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengandung arti, pentingnya membaca, kerena bisa jadi keimanan itu tidak akan berguna bagi pemiliknya ketika belum mengetahui siapa saja orang yang merugi karena belum mengoptimalkan keimanannya, lalu bagaimana cara mengetahuinya ialah dengan membaca.
Bersyukut dan Sabar
Bersyukurlah karena kedua orang tua kita masih sehat, daripada seorang anak yang sudah ditinggal mati, atau cerai. Terlebih anak yang ditinggal tidak jelas siapa orang tuanya. Tidur di emperan toko, bahkan hidupnya di trotoar.
Bersabarlah atas sikap dan tutur katanya, karena yakin dan percaya itu akan mendatagkan kebaikan, baik untuk sekarang atau akan datang. Hal ini akan menjadi imun bagi keimanan.
Nabi Muhammad SAW bersabda, artinya : “Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur.” (HR. Al Baihaqi).
Dengan bersyukur dan bersabar dapat menamabah keimanan dan lembutnya hati. Hati yang lembut akan melahirkan sikap yang bijak dan tutur kata yang bermanfa'at.[]
* Aktivis Sosial Dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar