By. : Moh. Homaidi*
Sering kita temukan di lapisan masyarakat baik keluarga, lembaga, organisasi, maupun tingkat pemerintahan. Terjadi mis komunikasi, akhirnya yang ada saling menyalahkan dan mencari kambing hitam.
Masih hangat di telinga, beberapa hari kemaren terjadi mis komunikasi dahsyat. Salah satu partai besar yang ada di Negeri tercinta ini mengalami pola komunikasi yang tidak wajar, yang awalnya tidak ada kesan duit.
Disinyalir salah satu pasangan calon legeslatif (Caleg) di partai yang sama merebut nomor urut satu, yang awalanya nomor akhir bisa naik dengan syarat harus menyotorkan duit 3,5 mliliar.
Akhirnya terjadi pembaikotan anggota, yang bersangkutan bersama pendukungnya melepas kaos partai dan berjanji tidak akan kembali loyal.
Begitu pula dalam keluarga sering terjadi percekcokan, hingga terjadi perceraian. Yang semula urusan kecil hingga sampai menjadi perkara besar. Lagi-lagi karena komunikasi, ada yang hanya ingin di dengar tidak perlu komentar, dan ada pula yang memang butuh nasehat. Maka perlu memahami duduk persoalannya.
Tentu kejadian tersebut adalah cerminan yang kurang baik, dan siapapun yang berfikir positif dan membangun, akan menghindari pola komunikasi yang akan merugikan orang lain dan keluarga.
Empati
Orang yang menginginkan keharmonisan tidak akan merusak pola komunikasi yang baik. Apalagi merugikan orang lain, teman, saudara, apalagi keluarga.
Tumbuhkan rasa empati kepada orang lain, diri merasa bagaimana kalau ada di posisi yang sama, maka barang tentu tidak akan sudi membuat orang lain sedih. Yang ada, menjaga, mensupot, dan melindungi.
Melihat orang lain bekerja kurang optimal, jangan langsung disalahkan apalagi sampai menghardik. Temui, dan tanyakan, serta bimbinglah, sehingga nanti dia akan mendapat tempat dan posisi yang nyaman.
Sangat sulit menumbuhkan jiwa empati, kalau tidak di dasari iman. Jika dalam diri terpatrai iman yang kuat, maka tidak akan goyah dengan adanya fitnah.
Terlebih dalam diri ada rasa "eman", merasa sangat langka menemukan orang baik, maka pasti kita berusaha mempertahankan. Saat mereka melakukan kesalahan, tidak akan mudah dihujat dan disalahkan.
Mari kita tumbuhkan keimanan, dan rasa eman dalam diri, agar melahirkan jiwa simpati. Sehingga tumbuh dalam diri pribadi yang penuh Empati.[]
*Aktivis Sosial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar