By. : Moh. Homaidi*
Akhir-akhir ini beberapa daerah terjadi banjir, banyak rumah yang ikut terendam. Juga sebagian terkena longsor, bahkan penghuni dan seisi rumahnya ikut tertimbun. Begitupula ada rumah porak-poranda karena tersapu angin puting beliung, seakan antara ujian, dan cobaan, serta azab silih berganti, innalillah wainnaa ilaihi raji'un.
Apakah hal tersebut ujian, cobaan, atau azab? Tergantung kita cara menyikapinya, karena dipastikan kejadian serupa akan terus terjadi, seakan tinggal menunggu giliran.
Allah mempunyai cara untuk mengangkat derajat seseorang, jika Allah kehendaki seorang itu mulia, maka dia akan mulia, begitu pula sebaliknya jika Allah kehendaki dia hina maka Allah, dan Rasul-Nya, serta orang mukmin akan menghinkannya.
Jadi seseorang tidak butuh menjatuhkan derajat orang lain untuk mengangkat derajat sendiri, tapi cukup memperbaiki sikap dan tutur kata yang baik. Orang lain akan menilai kita seperti apa dan bagaimana?.
Maka seharusnya yang perlu kita lakukan adalah, bagaimana menyikapi ujian dan cobaan, serta azab yang diterima baik itu ringan atau berat. Karena edialnya seorang hamba pasti mengalami ujian dan cobaan.
Jangan mengira kita mengaku orang baik dan pasti masuk surga, sementara diri belum mendapat ujian, baik lapang atau pun sempit.
Allah SWT berfirman, artinya : "Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat". (QS. Al-Baqoroh : 214)
Jika kita mampu menyikapi musibah dengan sabar dan tabah, serta segera bertaubat, seraya mengembalikan semuanya kepada Allah, in syaa Allah kelapangan dan kebahagiaan akan segera didapat.
Sudut Pandang
Sudut pandang menentukan sesorang meraih prestasi berupa pahala, atau sebaliknya menjadi azab. Sesorang menyikapi musibah dianggap kejadian tahunan dan alami, maka tidak akan berdampak kepada orang yang terkena musibah. Sehingga kalau dirinya senang bermaksiat, maka dia akan bisa kembali, sementara meratapi, setelah itu berulah lagi.
Tapi jika sudut pandang yang dipakai adalah keimanan, maka sebuah musibah menjadi peringatan, atau ujian, sehingga membuat dirinya segera bertaubat dan kembali ke jalan yang baik.
Karena kimanan bagi pelakunya adalah kenikmatan, terbukti di saat mendapat musibah mereka sabar dan segera kembalikan urusannya kepada Allah, dan saat lapang mereka bersyukur.
Maka tiada yang sempit dan menyakitkan jika dikembalikan kepada sudut pandang keimanan. Hati tenang, hidup pun riang.
Sebagaimana Nabi Muhammad terangkan dalam sabdanya : "Perkara setiap mukmin itu menakjubkan. Sesungguhnya setiap urusan mereka adalah kebaikan. Hal ini tidak terjadi kepada seorang pun kecuali bagi orang mukmin. Apabila ia mendapat kebahagiaan, maka ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan apabila ia mendapatkan keburukan, maka ia bersabar, dan itu pun baik " (HR. Muslim).[]
* Aktivis Sosial Dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar