By. : Moh. Homaidi*
Sebagian orang tidak mengaku kalau dirinya salah, walau pun jelas ada bukti dan data. Ternyata itu adalah begian cara untuk menutupi dari dari kekurangan, khawatir harga dirinya jatuh.
"Setiap manusia sangat rentan bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang tekun bertaubat.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).” Demikian Anas bin Malik mengawali hadits yang pernah ia dengar langsung dari Nabi Muhammad SAW mengenai kesalahan.
Masalah yang terlihat biasa ini bagi kebanyakan orang, akan begitu terasa sukar jika yang mengalaminya adalah orang yang sudah terlanjur di-ulama-kan, dijunjung tinggi ketokohannya, atau barangkali menempati posisi-posisi penting di hati masyarakat. Ketika mereka bersalah, terkadang sulit mengakui kesalahan.
Imam Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra (V/321) menceritakan bahwa Makhlad bin Khufāf membeli budak kemudian dimanfaatkan.
Dalam perjalan waktu, dia menemukan aib pada Budak itu. Akhirnya masalah ini diadukan kepada Umar bin Abdul Aziz. Beliau pun memutuskan, Makhlad wajib mengembalikannya dan membayar biaya pemanfaatannya. Makhlad pun bertanya pada ‘Urwah mengenai masalah ini.
Ia pun menyebutkan riwayat ‘Aisyah mengenai kasus seperti ini bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memutuskan si penjuallah yang harus membayar jaminan. Saat Umar diingatkan Makhlad, beliau berkomentar, “Aku anulir keputusanku, dan akan kulaksanakan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Khalifah Umar saja mengakui kesalahannya dan siap memperbaiki, tanpa khawatir nama baiknya jatuh. Apalagi kita sebagai orang biasa yang tidak punya kepentingan lebih.
Imam Al-Gazali menegaskan dalam nasehatnya : "Berwibawalah tanpa jemawa, rendah hatilah tanpa (merasa) hina".
Dengan demikian untuk menjadi orang yang berwibawa, tidak harus malu mengakui dirinya salah. Segera minta maaf, tumbuhkan rasa berani, jujur dan tidak usah menutup-nutupi.
Berani Jujur, Mujur
Jangan khawatir dengan harga diri, jujurlah. Karena kejujuran akan selalu membawa kebaikan, tanla khawatir mendapat tudingan dan celaan.
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, Karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”.
Seorang yang berani jujur dalam hal kebenaran, dan tidak takut dengan harga dirinya, yakinlah kebahgiaan yang hakiki menunggunya, berupa jannah.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar