Langsung ke konten utama

Muliakan Diri Dengan Sikap

 


By. : Moh.Homaidi*

Suatu hari saya pernah mendengar ceramah salah seorang Ustadz yang cukup kondang dan menarik. Beliau berkisah saat di perjalanan akan menghadiri undangan ceramah di luar Kota. 

Kalau tidak salah beliau bersama empat temannya satu diantaranya pernah ketemu di Arab Saudi saat beliau menempuh pendidikan di sana. Kebetulan temannya ini satu kota tempat beliau akan ceramah.

Saat di dalam mobil senda gurau dilakukan, layaknya bertemu teman lama, dan tertawa ria, mengingat beberapa puluh tahun tidak ketemu,  tidak nyangka. Ngakunya.

Mobilpun melesat cukup cepat, tiba-tiba ada pengendara lain menghadang, seraya mau belok. Terpaksa supir melakukan rem dadak yang tentu membuat seisi mobil tersebut kaget setengah mati, si Ustadz segera terucap innaalillah, yang lain isighfar, sementara teman satu ini yang pernah ketemu di Arab tersebut, sumpah serapah, seisi kebun binatang keluar semua. 

Si Ustadz ini kaget mendengar sumpah serapah dan hujatan yang keluar dari lisannya.

Akhirnya si Ustadz kondang ini paham, kenapa temannya tersebut masih serba kekurangan, dan terkesan dijauhi orang lain. Mungkin karena belum bisa menjaga lisan, dan juga belum mampu menyikapi masalah dengan baik. Sehingga Allah masih merindukan lisannya berkeluh kesah kepada-Nya, terang Ustadz berkisah.

Imam Syafi'i dalam nasehatnya menyebutkan: "Marahnya orang yang mulia bisa terlihat dari sikapnya, dan marahnya seorang yang bodoh terlihat dari ucapan lisannya".

Dari sini pentingnya menjaga lisan, karena barang siapa yang mampu menjaganya akan mendapat jaminan Surga. Nabi bersabda : "Siapa yang menjamin (menjaga) di antara dua janggutnya (lisannya) dan di antara dua kakinya (kemaluannya), maka aku akan jaminkan baginya surga.” (HR. Bukhari

Jika dalam hidup kita mendapat masalah, sikapi dengan bijak, segera istirja' atau mengucap innaalillah wainnaa ilaihi roji'un jangan sumpah serapah. Jika itu pernah segeralah dirubah, hentikan dan beristighfarlah. Karena sesungguhnya kemuliaan itu tampak saat pertama kali kita menyikapi segala sesuatu.

Sekarang kita tahu, cara mendeteksi apakah kita termasuk orang yang mulia atau hanya butuh dimuliakan, naudzubillah.

Harga Diri

Setiap kita punya harga diri, tapi jika kita ingin dihargai, hargai dulu orang lain. Hargai mereka dengan cara memperbaiki ucapan dan sikap, berani mengatakan salah dan siap mengutarakanya.

Berikan apresiasi kepada orang lain walau itu hanya dengan ucapan terimakasih, syukur jika ada yang lebih.

Tapi pada dasarnya seseorang butuh kasih dan sayang. Sebab dengan mengasihi dan menyayangi timbul menghargai upaya orang lain. Inilah puncak kemuliaan yang sesungguhnya, hal ini pernah diajari baginda Nabi Muhammad SAW.

"Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami." (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad).[]

* Aktivis Sosial Dan Pendidik



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keseruan Kelas VI Angkatan 3 SD Integral Al-Fattah Go To Surabaya

  Batu : Merupakan momen tahunan yang ditunggu siswa/i kelas VI SD Integral Al-Fattah (SDIA) Kota Batu, yaitu study tour.  Rasa yang ditunggu siswa/i SDIA terbayar sudah. Karena kegiatan tersebut terlaksana pada Selasa (7/1/25).  Adapun peserta dari siswa/i SDIA kelas VI berjumlah 63 dan Ustadz/ah pendamping 15 orang cukup memenuhi dua bus, dari Batu menuju kota pahlawan Surabaya. Kenapa Surabaya menjadi jujukan study tour? Pertanyaan ini muncul, karena dua angkatan sebelumnya go to Jogja.  Surabaya merupakan Ibu Kota Provensi Jawa Timur, didalamnya terdapat wahana Kebun Binatang Surabaya (KBS), wisata  bahari, dan history (monumen kapal selam dan tugu pahlawan) tegas Bunda Issanu. Disamping itu lanjut ketua paguyuban kelas VI tersebut, bukan hanya itu anak-anak juga diajak bersenang-senang ke Trans Snow World (TSW), dan terkahir berlabuh ke Masjid Al -Akbar. Masjid terbesar se Jawa Timur tersebut juga sarat estetika timur tengah, tutupnya. Moment tersebut disem...

Mulia Dengan Berbakti Kepada Orang Tua

  Oleh : Moh. Homaidi * Seorang Ustadz yang santun dalam penyampaian nasehat dan senantiasa menyentuh hati. Suatu ketika beliau bercerita kepada jama'ah bahwa dua pekan sebelum ramadhan, ada seorang temannya datang dan bercerita. Bahwa ada salah satu anak buahnya di tingkat pemerintah, ia sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tiba-tiba mengajukan resign. Melihat dan mendengar surat pemunduran diri bawahannya si pemimpin kaget dan panik. Lantas si pemimpin bertanya kenapa mau mundur, apakah ada masalah pekerjaan atau gaji kurang? Pegawai yang bersangkutan diam tanpa mengeluarkan suara. Kalau begitu jangan dulu, pekerjaan kamu bagus dan tuntas. Apa yang menjadi dasar kamu mau memundurkan diri? Sanggahnya. Pengajuan surat resign ini bukan hanya sekali dua kali, tapi sudah berkali-kali, tapi ketika ditanya alasannya kenapa? Jawabanya sama, diam tanpa suara. Di bulan ke enam pemuda yang sederahana dan punya anak yang masih kecil-kecil tersebut kembali mengajukan resign. Sebagai pemimpin, d...

Isro' Mi'roj ; Sarana Kemuliaan

  Oleh. : Moh. Homaidi * Setiap tanggal 27 Rajab umat Islam diingatkan dengan peristiwa penting Isro' Mi'roj. Pristiwa yang mengangkat derajat seseorang untuk lebih baik dan bijak. Sebagaimana yang sudah dikenal tentang Isro' Miroj, di mana saat itu Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan waktu malam dari Kota Makkah menuju Masjid Aqso Palestina, setelah itu naik ke langit 1 sampai ke 7 menggunakan kendaraan Burok, dan ke Sidrotul Muntaha. Hal yang menarik pada perkara Isro' Mi'roj ini adalah pentingnya sholat, dan menjadi momen diwajibkan melaksanakannya. Kemuliaan Allah SWT merupakan dzat yang agung dan maha tinggi. Salah satu bentuk keagungan-Nya, ketika ia memanggil Nabi Muhammad SAW ke Sidrotul Muntaha karena perkara yang mulia, yaitu sholat. Ketika perintah sholat turun  berjumlah 50 waktu, Nabi yang mulia menerima dengan seksama. Hanya saja ketika turun ke langit ke 6 beliau bertemu dengan  Nabi Musa AS., beliau mendapat saran agar bernegosiasi dengan Allah SW...