By. : Moh. Homaidi*
Tadi siang saya kedatangan tamu dari salah satu Ma’had yang kebetulan dia juga salah satu alumni di lembaga yang saya tekuni sekarang. Seakan baru kemaren dia masih aktif di sekolah ternyata sekarang sudah menjadi alumni. Hidup ini sangat cepat, pertumbuhannya pun melebihi saya tambah gemuk dan tinggi. Saya bergumam semoga ilmu yang Ustadz/ah berikan bermanfa’at.
Saya tidak menyiakan-nyiakan waktu yang ada untuk memberi nasehat kepadanya, dengar dan ikuti perintah kedua orang tua, sholatlah tepat waktu, dan patuhlah atas perintah Guru, janganlah kamu membuat mereka sedih dan kecewa. Hadapi ilmu dengan senang, apapun materinya, karena itu kunci manfa’atnya sebuah ilmu, tegas saya. Diapun mengiyakan.
Silih bergantinya waktu dan hari akan memberikan perubahan tersendiri bagi penggunanya, baik perubahan yang baik atau sebaliknya buruk, na’udzubilla. Tapi jangan sedih, apalagi putus asa. Teruslah berusaha menjadi yang terbaik karena itu merupakan roda kehidupan, bisa jadi hari ini belum beruntung, besok atau lusa pasti mendapatkan keberuntungan. Yang terpenting hadapi hidup dengan senang, tebar senyum dan salam.
Sebagaimana Allah kuatkan dalam firman-Nya :
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imron: 139).
Dalam tafsir As-Sa’di menyebutkan larangan untuk lemah semangat, lemah tubuh, dan bersedih hati ketika tertimpa musibah dan ujian. Pasalnya, kesedihan dalam hati dan kelemahan pada tubuh justru akan menambah musibah pada diri.
Bukan hanya itu, kesedihan juga akan menjadi faktor pembangkit (kemenangan) bagi musuh. Kuatkanlah hati dan tegarkan, lalu buanglah kesedihan darinya hingga kembali kuat dalam memerangi musuh.
Selanjutnya, kata الْأَعْلَوْنَ menjelaskan bahwa derajat mereka lebih tinggi daripada musuh dalam hal pertolongan dan kemenangan setelah kalah dari perang Uhud. Orang yang paling tinggi derajatnya termasuk orang yang beriman, seperti yang tercantum pada penggalan terakhir ayat ini.
Iman Sumber Kebahagiaan
Keimanan adalah kunci kebahagiaan dan keberuntungan, oleh karenanya jaga dan pelihara rasa tersebut dengan senantiasa menjaga ibadah sholat lima waktu secara berjama’ah dan senang memberi nasehat serta bangga menerimanya.
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
Artinya,"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha: 124)
Ayat tersebut memberi nasehat kepada kita betapa pentingnya memenuhi panggilan Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya, di sinilah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebaliknya bagi siapa saja yang berpaling dari perintah-Nya maka siksa layak sebagai imbalan baginya.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar