By. : Moh. Homaidi*
Merupakan kebahagiaan jika kita termasuk orang yang menjadi subyek kebaikan, kehadirannya menjadi solutif dan produktif. Menjadi kepercayaan semua pihak, dan ringan tangan.
Seharusnya kita tidak alergi dengan bantuan, disaat orang lain butuh bantuan maka kita sambut dengan sumbaringah, tanpa ada pikiran jasa dan lain sebagainya. Karena pada dasarnya kebaikan itu akan kembali kepada dirinya.
Dalam kitab Nashaihul Ibad Lukman Al Hakim berkata kepada Anaknya : "Wahai anakku sesungguhnya manusia terbagi menjadi tiga bagian, sepertiga milik Allah, sepertiga milik diri sendiri, dan sepertiga milik Cacing".
Pertama, sepertiga milik Allah adalah kemampuan seseorang menjaga kemaluannya, sebab itu menjadi tolok ukur seseorang terjaga dari perkara maksiat.
Kedua, sepertiga milik dirinya adalah perbuatan yang dilakukan seseorang menjadi pribadi yang mampu melahirkan jiwa yang berbudi luhur dan bijak.
Seseorang yang mudah menerima bantuan dan memudahkan urusan orang lain, maka pasti dirinya berjiwa mulia dan agung.
Ketiga, sepertiga milik cacing adalah badan yang di bawa akan menjadi santapan cacing tanah. Percuma berbadan kekar dan sehat kalau ujungnya menjadi santapan cacing tanah.
Maka bagaimana agar tubuh yang sehat dan kekar ini membawa keberkahan ialah gunakan untuk ibadah, thalibul ilmi dan manfa'at bagi orang lain.
Kebahagiaan
Seseorang yang mudah berbagi dan senang membantu menjadi kebahagiaan tersendiri. Senyumnya orang yang menerima bantuan menjadikan hati tenang, apalagi sampai mengucapkan terimakasih.
Begitupula sebaliknya orang yang enggan memberikan bantuan dan mempersulit urusan orang lain. Bisa jadi hatinya merasa puas, tapi pada dasarnya dirinya mengalami rasa sakit. Sakit yang sulit disembuhkan karena yang sakit adalah hatinya. Maka tentu hal ini menghalangi datangnya rahmat Allah SWT.
Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda :
Artinya: “Barangsiapa yang memberi kemudharatan kepada seorang muslim, maka Allah akan memberi kemudharatan kepadanya, barangsiapa yang merepotkan (menyusahkan) seorang muslim maka Allah akan menyusahkan dia.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Hadits di atas mengandung dua perkara penting dalam syariat yang perlu diperhatikan umat Muslim. Pertama, Allah senantiasa memberikan balasan sesuai dengan apa yang dilakukan hamba-Nya. Jika melakukan kebaikan, ia akan diberkahi. Jika melakukan keburukan, ia akan mendapat murka-Nya.
Jadilah pribadi yang berbudi luhut dengan mudah memberikan bantuan dan senantiasa meringankan urasan orang lain.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Masya Allah...keren .. ustadz
BalasHapus