By. : Moh. Homaidi*
Sebagaimana manusia pada umumnya bekerja, berangkat pagi pulang sore. Hal ini menjadi rutinitas sehari-hari tiada henti.
Kecuali sakit dan hari libur, itupun masih dipaksakan kalau ada pekerjaan lembur.
Saat di tanya untuk apa bekerja, berangkat pagi sampai sore, hingga larut?.
Kebanyakan orang berkata "Aku lakukan ini untuk menumpuk kekayaan, agar kelak anak dan cucu-cucuku tidak kelaparan, serta hidup layak", tidak pelak atas nama kekayaan mereka rela mencuri hingga korupsi.
Padahal makna kekayaan dalam Islam menurut para shahabat dan fuqoha' adalah mudah, tapi sulit untuk di cerna kecuali orang yang mendapatkan keberuntungan.
Ali bin Husein berkata "Orang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (takdir) dari Allah dengan senang hati".
Dari penjelasan tersebut sungguh rugi seseorang yang rela pergi pagi pulang sore hanya menumpuk kekayaan tapi tidak mau menerima keadaan yang Allah berikan.
Ketenangan Fatamurgana
Mudah mengeluh, kurang bertanggung jawab, dan banyak menuntut. Tipikal yang demikian membuat hati dan jiwanya merasa gelisah dan gundah.
Sehingga ketenanganpun sulit didapatkan, berharap dengan punya mobil jiwanya tenang, tapi saat melihat tetangganya punya lebih dari 1 tumbuh kegelisahan yang serupa.
Begitu pula seterusnya, karena sesungguhnya kehidupan dunia adalah fatamurgana, menyilaukan dan menghancurkan.
Kalau tidak hati-hati dalam menyikapi dan selalu menyandarkan diri kepada Allah SWT pasti akan terjerumus ke jurang kehancuran.
Cukuplah kisah Fir'un dan Qorun menjadi pelajaran berharga bagi kita, agar terhindar dari sikap angkuh dan sombong.
Hanya dengan sikap sabar dan menerima, serta tetap berupaya ke arah yang lebih baik, kekayaan yang sesungguhnya insyaa Allah kita akan raih.
Ikhlas bagian inti kekayaan
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ، ﻋَﻦِ اﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ: «ﻟَﻴْﺲَ اﻟﻐﻨﻰ ﻋَﻦْ ﻛَﺜْﺮَﺓِ اﻟﻌَﺮَﺽِ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ اﻟﻐِﻨَﻰ ﻏِﻨَﻰ اﻟﻨَّﻔْﺲِ»
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Hakikat kaya bukan dari banyaknya harta. Namun kekayaan hati." (HR Bukhari).
Menerima dengan ikhlas pemberian dari Allah SWT setelah berusaha:
ﻭاﺭﺽ ﺑِﻤَﺎ ﻗَﺴَﻢَ اﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻚَ ﺗَﻜُﻦْ ﺃَﻏْﻨَﻰ اﻟﻨَّﺎﺱِ
"Ridha Allah dengan pemberian Allah, maka kamu adalah hamba yang paling kaya." (HR Tirmidzi).
Kuatkan hati dengan senantiasa sabar dan ikhlas dalam menyikapi kondisi, tentu kekayaan dapat dinikmati.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar