By. : Moh. Homaidi*
Bertemu dengan orang yang tercelup qolbunya, maka spiritnya menebar ke sekelilingnya. Kita yang mendengarnya merinding dan bulu kuduk pun berdiri. Sebab apa yang dikatakan dan apa yang dikerjakan penuh makna dan hikmah.
Tadi siang aku ketemu dengan salah satu putra pendiri Hidayatullah, Abangda Muntadziruzzaman Abdullah Said, beliau bercerita saat berada di Makkah.
Suatu ketika beliau ke kamar mandi, qodarullah tas yang berisi kebutuhan dan uangnya hilang.
Dalam keadaan bingung, tidak ada sanak family dan teman, akhirnya beliau segera ambil wudlu’ dan sholat dua raka’at, setelah itu diapun tidak lupa berdo’a, isi doanya “aku butuh uang ya Allah, dengan bahasa Indonesia”, ngakunya.
Setelah itu aku berbaring, selang beberapa menit tiba-tiba handphone berdiring, setelah aku cek ternyata dari syekh yang aku kenal saat di Madinah.
Beliau tanya posisi dimana? Aku di Makkah, oh iya kebetulan aku juga di Makkah, jawab syekh.
Tenyata ngajak ketemu, singkat cerita si syekh atas izin Allah ia memenuhi kebetuhan yang aku inginkan. He..he, tutupnya.
Masyaa Allah, rezeki tidak akan tertukar dengan wasilah kebaikan dan do’a akhirnya semua terkabul. Benar karunia Allah turun sesuai kebutuhan hamba-Nya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya : "Sesungguhnya rahmat Allâh amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". (Al-A'raf :56)
Dewasakan Diri Sejak Dini
Tidak ada alasan untuk tidak dewasa, terlebih dalam keadaan terbatas. Hal ini ditegaskan oleh pendiri Hidayatullah Allahuyarham KH. Abdullah Said dalam pandangannya tentang menyiapkan penerus, “kader menjadi dewasa bukan karena kemanjaan tapi karena keprihatinan. Dari hidup yang prihatin terasah perasaannya, tajam intuisinya, peka jiwanya, dan tanggap nuraninya. Pikirannya terlatih, keterampilannya terbina, pelan-pelan jiwa kepemimpinannya terbangun”.
Jika hari ini kita merasa kurang dewasa, tentu tidak harus memprihatinkan diri tapi bagaimana kita mengkuatkan iqro’ dan bermuhasabah, agar terhindar dari sifat munafiq dan fasik.
Sebab bisa jadi kedua krakter inilah yang menjadi penghalang antara hamba dengan rabnya, na’udzubillah.
Hasan Al Bashri berkata : "Menangislah di saat sepi, semoga Rabmu melihatmu. Sehingga diapun memberikan rahmat karena tangisanmu dan engkaupun termasuk orang yang beruntung".
Merendahkan diri dengan muhasabatunnafs, mampu melembutkan hati, sehingga kitapun merintih seraya berharap apa yang menjadi kebutuhan terkabul.
Yakinlah, Allah akan menurunkan karunia dan rahmat-Nya dengan indah.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu.
Komentar
Posting Komentar