By. : Moh. Homaidi*
Seorang Ibu adalah sosok panutan dalam melayani suami, di sisi lain harus menuntaskan urusan rumah tangga. Mulai mencuci pakaian, menjemur, menyapu, mengepel, masak, dan merawat anak.
Tidak ada yang menyamai sosok tangguh yang satu ini, walau sebenarnya tanggung jawab itu adalah milik seorang suami, tapi mereka rela melepaskan karirnya hanya untuk melayani dan membantu sang suami.
Maka wajar dalam banyak catatan hadits mudahnya seorang istri menggapai kenikmatan Surga dari berbagai pintu yang di suka.
Sebagai Nabi Muhammad SAW bersabda, artinya : “Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (HR. Ahmad).
Beruntunglah seorang istri yang memenuhi kriteria dan berperangai demikian.
Orang bijak berkata : "Kesuksesan seorang suami ada di dalam do'a istri yang sholehah". Lalu bagaimana agar nama suami selalu hadir di dalam do'anya? Sayangi dan cintailah ia.
Menghardik Merugikan
Kehidupan rumah tangga menjadi salah satu faktor tumbuh kembang anak dalam berkreasi maupun mengekspresikan diri, di samping itu orangtua juga harus mendidik dan mengajari apa yang seharusnya anak pahami.
Namun saat ini masih banyak yang masih menganggap remeh perilaku menghakimi atau judgemental kala berinteraksi dengan anak-anaknya.
Sebagai bagian dari parenting yang membawa pengaruh positif, ada baiknya untuk belajar dari pengalaman agar tidak salah.
Terkadang ketika suami pulang dari kerja merasa capek, melihat istri belum selesai beres-beres. Melihat anaknya sulit diatur dan terdengar berantem dengan adiknya.
Kontrol emosi ayah terkadang sulit terkendali, sehingga merugikan sang anak bahkan sang Istri. Seakan Istrinya tidak bisa ngatur dan mengarahkan.
Rasa kecewa istri mudah tersulut yang berakibat pertengkaran antar keduanya sehingga berakibat fatal yang dapat merugikan psikis anak.
Anak sering murung, dan mudah tersulut emosinya. Akhirnya temannya mudah menjudge yang kurang baik.
Redam pertikaian antar keduanya dengan cara saling memahami dan menyangi. Ingat, korban yang sesungguhnya adalah anak.
Jaga perasaan mereka dengan selalu menebar keharmonisan di depannya, memanggil dengan paggilan sopan dan santu.
Dengan demikian, masa depan mereka cerah, bahagia dan bebas dendam.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar