By. : Moh. Homadi*.
Seperti kebiasaan pada umumnya akhir tahun identik pesta foya, letusan mercon dimana-mana, dan begadang sampai larut malam
Lalu bagaimana dengan tanggung jawab sebagai seorang hamba, sholat sunnah dan wajibnya? Tentu nyaris kesalip ayam, kata orang tua dahulu.
Lantas, bagaimana kita menyikapi pergantian tahun secara bijak?
kata Imam Al-Ghazali, seyogianya seorang Muslim harus melakukan muhasabah atau introspeksi diri. Sebab perbuatan tersebut dapat menjadi nutrisi bagi hati dan jiwa.
Hal ini bisa dilakukan pada pagi dan sore hari, awal dan akhir pekan, dan awal serta di pengujung tahun.
Al-Hafiz Kurniawan Penulis Muhasabah atau introspeksi merupakan sejenis saktah (diam sejenak) untuk menengok apa yang sudah kita lakukan.
Muhasabah atau introspeksi penting dilakukan untuk memeriksa kembali dan menilai apa yang sudah kita lakukan.
Muhasabah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai introspeksi atau mawas diri, yaitu peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri.
Waktu Muhasabah atau Introspeksi Diri Imam Al-Ghazali dalam karyanya, Ihya Ulumiddin, mengupas hakikat muhasabah atau introspeksi diri selain menyebutkan keutamaannya.
اعلم أن العبد كما يكون له وقت في أول النهار يشارط فيه نفسه على سبيل التوصية بالحق فينبغى أن يكون له في آخر النهار ساعة يطالب فيها النفس ويحاسبها على جميع حركاتها وسكناتها
Artinya, “Ketahuilah, seorang hamba sebagaimana menyediakan waktu pada awal hari untuk menentukan syarat yang berat bagi dirinya sebagai nasihat pada kebenaran seyogianya menyediakan waktu pada ujung hari untuk ‘menuntut’ dan ‘mengadili’ dirinya baik gerak maupun diamnya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/420).
Menjadi Arif Dan Bijak
Seseorang yang melakukan muhasabah atau intropeksi akan menyadarkan dirinya, agar selalu menjadi hamba yang arif dan bijak.
Cirinya, tidak mudah menyalahkan orang lain, sebelum bertindak syarat berfikir, menimbang antara maslahat dan mafsadat.
Hal ini sebagaimana anjuran Nabi Muhammad SAW tentang anjuran pentingnya melakukan intropeksi.
Artinya : “Hendaklah kalian menghisab (mengintrospeksi) diri kalian sebelum kalian dihisab (oleh Allah subhanahu wata'ala)” (H.R. At-Tirmidzi-Ahmad).
Aktivitas tersebut adalah perbuatan terpuji, karena dapat mendatangkan ketenangan jiwa.
Tentu hal ini juga mendatangkan kemudahan bagi dirinya agar lebih ringan memaafkan atau meminta maaf.
Jika apa yang dilakukan mendatangkan kemaslahatan, maka jiwanya akan memancarkan energi positif, dan selalu ingin berkontribusi.
Begitupula jika seseorang yang mendapati dirinya apa yang diperberbuat menyakiti orang lain, maka tentu dia menyegerakan untuk meminta maaf dan kedepan lebih hati-hati serta waspada agar tidak jatuh ke jurang yang sama.
Dan diantara manfa'at muhasabah atau intropeksi diri akan menyadarkan seseorang bahwa apa yang diperbuat akan dicatat dan kelak dipertanggungjawabkan.
Sebagaimana Allah subhanahu wata'ala berfirman:
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ ١٢
Artinya : “Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Yasin [36]: 12)
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar