By. : Moh. Homaidi*
Terkadang kebiasaan sehari-hari berlalu dengan sendirinya, seakan tidak ada hal yang sepesial. Bagi sebagian orang hal itu cukup menjenuhkan.
Tapi ternyata, tanpa disadari saat orang lain tahu apa yang kita kerjakan dan hasilnya jelas untuk kemaslahatan, maka hal itu menjadi magnet tersendiri.
Tadi siang ketika aku bertemu dengan pensiunan salah satu BUMN menuju Masjid saat ingin melaksanakan sholat dhuhur, si bapak mendekati aku seraya berkata "aku iri mas ke sampean," aku pun menjawab, "emangnya kenapa pak?."
"Sebab sampean masih muda tapi punya karya dan daya untuk ummat, sementara aku waktu muda digunakan untuk mengabdi dan memperbanyak harta," jawabnya.
Aku menimpali, "jika apa yang kita lakukan karena Allah dan demi kemaslahatan keluarga serta orang lain, yakinlah semua itu berbalas pahala. Jika belum ada niat kesana, sebaiknya perbaiki sebelum terlambat.
Si bapak pun mengiyakan, seraya berterimkasih atas nasehat yang cukup singkat tersebut.
Perbaiki Niat
Tidak ada yang sia-sia jika sejak awal seseorang punya niat yang baik dan benar.
Niat baik, bekerja dan beramal untuk membantu dan kemaslahatan bersama, serta sesuai aturan sosial pada umumnya.
Niat yang benar, ialah beramal dan bekerja karena Allah SWT. Karena Nabi bersabda, "Betapa besar pekerjaan seseorang, tapi menjadi kecil sebab niat. Begitu pula sebaliknya betapa kecil perbuatan seseorang tapi menjadi besar karena sebab niat." (Kitab Tazkiyatunnufus)
Betapa pentingnya sebuah niat dalam beramal. Taruhlah, seorang yang berprofesi sebagai Guru, jika ia salah dalam niatnya, ia mengajar untuk meraih jabatan dan gaji saja maka pekerjaannya sia-sia. Sebab dia hanya mendapatkan kebaikan dunia.
Tapi jika niat utamanya karena Allah, dan selebihnya adalah efek sebuah profesi, pasti dia akan mendapatkan keberuntungan dunia dan akhirat.
Niat baik dan benar, pasti akan meraih empati dan prestasi. Karena pepatah mengatakan "usaha tidak akan menghianati hasil."[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar