By. Moh. Homaidi*
“Aku tidak kerasan di rumah, setiap kali pulang pasti terdengar teriakan, kalau tidak orang tua yang tengkar, aku pun kenak batunya, syarat perintah, larangan dan kesalahan.” Akunya anak perempuan muda yang masih usia SMP ke teman yang baru kenal di jalan.
“Aku senang berteman dengan kalian, bebas, tidak ada larangan, dan penuh rasa kebersamaan.” bisakah aku ikut, pinta seorang anak tersebut ke teman barunya. Dengan senang hati teman tersebut mengiyakan.
Ikutlah anak tersebut berjalan dengan beberapa temannya, berpindah-pindah dari Kota satu ke Kota yang lain. Meminta -minta di jalan, mulai pakai anting dan pakaiannya pun lusuh.
Sementara kedua orang tuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka merasa kehilangan karena sebentar lagi hari raya, khawatir keluarga besarnya menanyakan. Paniklah mereka, apalagi dapat kabar tetangganya pernah menemui bahwa putri bungsunya berada di jalan yang ada di luar kota.
Dengan segera kedua orang tuanya mencari, selama empat hari penelusuran akhirnya si Anak ditemukan terkeletak sementara disampingnya minuman keras. Anaknya mabuk berat. Dengan pikiran yang berkecamuk, orang tuanya segera membawa ke rumah sakit setempat. Si Ayah menyesali atas perbuatannya, mulailah ia merasa bersalah, dan takut menghubungi keluarga.
"Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh jua" itulah sekelumit pepatah berkata.
Sepandai apapun ia simpan informasi tentang anaknya, akhirnya terungkap juga. Keluarga besarnya pun tahu kejadian yang sebenarnya, bertambah malulah ia karena banyak hujatan dan cacian berdatangan.
Rumah, tempat yang ramah dan menyenangkan
Tentu tidak ada yang berkenan jika keluarganya menjadi berantakan dan kurang terurus. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki, kisah nyata di atas menjadi renungan agar keluarga kita utuh dan tentram.
Buatlah rumah kita hunian yang menyejukkan bagi anak-anak, tempat dan solusi baginya. Bagaimana caranya? Pertama, hindari pertengkaran di depan anak. Kedua, jangan mudah menyalahkan. Ketiga, jadilah teladan baginya. Keempat, dengar dan perhatikan keluhkesahnya agar ia merasa tenang. Kelima, berilah ia hadiah atas prestasi yang diraih. Keenam, berdo’alah.
Kita sebagai orang tua tidak punya daya dan upaya merubah nasib seorang anak, kecuali semua dikembalikan kepada Allah SWT tentu setelah berusaha. Apapun hasilnya insyaa Allah itu yang terbaik.
Jangan salahkan anak jika ia senang main di luar rumah, karena bisa jadi ia menemukan kenyamanan dan ketenangan di sana. Arahkan dan bimbinglah ia dengan adab yang baik.
Ibnu ‘Umar Rodhiyallohu ‘anhumaa berkata: “Didiklah anakmu dengan Pendidikan adab yang baik, karena sesungguhnya kelak kamu akan ditanya tentang anakmu, bagaimana kamu dahulu mendidiknya dan apa yang telah kamu ajarkan kepadanya? Begitu pula anakmu, kelak ia akan ditanya tentang bakti dan ketaatannya kepadamu”. (As Sunan Al Kubro karya Al Baihaqi, 5301).
Maka, adab dan kasih sayang adalah kunci utama dalam keteladanan, dan keberuntungan bagi orang tua yang memiliki sikap sabar dan ikhlas dalam membimbing, tentu kelak menjadi penyejuk bagi keduanya.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar