Oleh : Moh. Homaidi*
Kota Batu, Siswa SMP menganiayaya temannya sendiri, hanya karena tidak mau ngeprint tugas kelompok. Anehnya sebelum kejadian na'as menimpa korban, ia dijemput oleh pelaku di rumahnya, yang ternyata ditempat kejadian perkara sudah ada teman-teman lain yang sudah menunggu.
Pemukulan pun tidak terelakkan, mulai dari satu lawan satu, hingga sampai pengeroyokan. Sekitar jam 07.00 (Jum'at,31/5/2024) korban mengeluh sakit lalu di bawah ke RS. Sekitar jam 10.00-an ia pun meninggal, hal ini sebagaimana dilansir Beritasatu.Com Kota Batu pada Sabtu (1/6/2024).
Pertanyaan yang kembali mengusik penulis, kenapa hal ini terjadi kembali? Tentu karena sulitnya generasi Z dalam mengendalikan diri.
Media yang memaksa jiwanya untuk berbuat arogan dan kekerasan, game yang mereka mainkan selalu pertikaian dan permusuhan.
Disamping itu banyaknya administrasi yang membebankan Guru, sehingga ketika di luar Sekolah mereka sulit berintraksi dengan para Siswa/inya.
Disamping itu, pendidikan Agama ditingkan Sekolah Negeri mulai terkikis, cukup sekedar pengetahuan tidak sampai pada pemahaman dan praktek.
Contoh saat penilaian, hanya hasil akhir sejauh mana siswa mampu menjawab, dan itu juga yang dimasukkan ke dalam rapot, padahal jauh lebih penting keseharian Siswa di Sekolah. Bagaiamana praktek Wudlu' yang benar, Sholat berjama'ah, dan dzikir. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian Guru daripada penilaian pengetatahuan.
Maka wajar Siswa mudah marah, dan gampang tersulut emosi, seakan setiap persoalan perlu diselesaikan dengan pertengkaran dan penganiayaan.
Inilah ketimpangan Pendidikan yang saat ini terjadi. Tentu pentingnya edukasi adab dan akhlak dalam jiwa anak, agar mereka tahu bersikap dan menghargai orang.
Ajari Anak Adab dan Akhlak
Ajari Anak adab, tidak mudah memotong pembicaraan orang lain. Diam mendengarkan kata demi kata yang disampaikan, tanpa ada rasa ingin mendahului lawan bicara.
Tidak lupa juga ajari mereka akhlak, minimal dengan cara mendengarkan orang yang berbicara. Tidak ada unsur rebutan, sehingga yang berbicara tidak tersinggung. Orang berbicara merasa dihormati karena apa yang disampaikan ternyata di dengarkan.
Belum lagi bagaimana cara bergaul yang baik, agar tidak menyinggung orang lain. Jika dirinya terpaksa tidak mampu melakukan apa yang disepakati di forum, sampaikan terus terang kendalanya. Sehingga tidak ada sesuatu yang disembunyikan, dan tentu melalui transpransi komunikasi orang lain akan mengetahui dan memahami.
Keterlibatan Orang Tua
Dunia Pendidikan erat kaitannya dengan orang tua, jika keduanya sudah tidak peduli dengan anaknya. Pasrah sepenuhnya kepada sekolah tanpa ada pendampingan dan pengawasan darinya. Tinggal menunggu waktu penyesalasan akan menimpa.
Sekolah merupakan sarana memperbaiki dan memahamkan ilmu kepada Anak didik, tapi pada tataran praktek dan kesehariannya kehadiran orang tua sangat berarti.
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata, bahwa: "Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu" (Tuhfah al Maudud, hal. 123).
Sebagai orang tua, yuk kita hadir dalam jiwa Anak, bukan hanya pada raganya. Tapi bagaimana kita disegani, dicontoh, dan berdampak positif keberadaannya. []
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu_
Komentar
Posting Komentar