Langsung ke konten utama

Dalih Keberagaman Untuk Kemerdekaan, Cedrai Muslimah

 


Oleh. Moh. Homaidi*

Beberapa hari terakhir media cetak maupun eletronik memuat berita pelarangan memakai jilbab bagi wanita Muslimah yang bertugas sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). 

Akhirnya aku terusik untuk mendalami makna Kemerdekaan yang sebenarnya, dengan timbul pertanyaan “masihkah Rakyat Indonesia merdeka?”

Aku mencari tahu apa alasan BPIP melakukan pelarangan tersebut, dan menemukan bahwa Kepala BPIP Yudian Wahyudi berdalih keputasan pelarangan tersebut diambil berdasarkan peraturan nomor 3 Tahun 2022 tentang tata pakaian dan sikap tampang Paskibraka, hal ini ditegaskan pada peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2022, dengan tujuan keberagaman, sumber berita AkuratJakarta.co, Rabu, (14/8).

Akibat pelarangan tersebut, muncullah berbagai protes, mulai dari unsur Ormas, seperti NU, dan Muhammadiyah, sampai para Tokoh, sebut saja K.H. M. Cholil Nafis. Sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, ia menegaskan “Justru kebijakan ini tidak Pancasilais”. Bagaimana Sila Ketuhanan yang Maha Esa menjamin hak melaksanakan ajaran Agama tidak dijalankan secara maksimal. Kutipan dari Minanews.net, Rabu (14/8).

Kiyai yang berdarah Madura tersebut juga mendesak Pemerintah agar segera menghapus peraturan larangan berjilbab bagi Paskibraka. “Ini bukan kebhinikaan, tapi pemaksaan untuk penyeragaman,” tutupnya.

Wajib, Muslimah Berhijab

Makna Kemerdekaan sayogyanya dapat dirasakan oleh semua pihak, menggunakan simbol keyakinannya masing-masing, bahagia adalah kunci kebersamaan dalam keberagaman. Tapi dengan adanya larangan berekspresi sesuai keyakinan tentu ini mencedrai keberagaman berbangsa dan bernegara.

Lebih fokus lagi pada penggunanaan hijab Muslimah, jilbab hukumnya wajib, sebagaimana Allah SWT tegaskan dalam firman-Nya.

Artinya : “Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada Istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS. Al-Ahzab).

Ayat tersebut menunjukkan keharusan seorang Muslimah menggunakan hijab, dan juga ancaman bagi yang melanggarnya. Ancaman yang dimaksud sebagaimana Nabi Muhammad SAW tegaskan dalam sabdanya tentang dosa yang akan diterima bagi yang membangkang.

Artinya : “Ada dua golongan neraka yang keduanya belum pernah aku lihat. Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang dan para wanita berpaiaan tapi telanjang, berlenggok-lenggok, dan kepala mereka bagaikan punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak dapat masuk surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak beini dan begini.” (HR. Muslim).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita Muslimah yang tidak memakai hijab akan mendapatkan dosa, azab, dan tidak masuk Surga.

Cerdas Bersikap

Sebagai Warga Negara yang baik, tentu harus mampu bersikap. Jika ada peraturan yang tidak sesuai dengan keyakinan Agama yang dianutnya, jauhi dan tinggalkan. Jangan masuk ke dalam lubang yang merusak harga diri dan keluarga. Sebab jika melanggar aturan Agama harga diri keluarga akan tercemar. 

Jadilah hamba yang punya sikap cerdas guna menebar kebaikan dengan konsisten menjaga keyakinan, dan berkometmen untuk menjaganya.

Inilah yang disebut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai sebaik-baik manusia.

خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya.” (HR. At-Tirmidziy no. 2263).

Semoga Muslimah Indonesia kedepan jauh dari fitnah yang akan mencedrai diri dan Agama. Tidak terdiskreditkan haknya dan merasakan kebebasan bersama, mampu berekspresi guna merayakan kemerdekaan di Negeri yang Kita cintai.[]

*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SD Integral Al-Fattah Meraih Penghargaan Dari Diknas Kota Batu 2024

  Kota Batu : Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Batu bekerjasama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Batu mengadakan puncak peringatan hari guru nasional ke 53 dan PGRI ke 79 di Hall Singhasari resort, Ahad (22/12/24). Perayaan tersebut dihadiri langsung Plt Wali Kota Batu, dan Ketua PGRI Jawa Timur dan tenaga pendidik (tendik) se-Kota Batu. Hal ini ditegaskan dalam laporan Kepalas Diknas bapak M. Chori, M.Si bahwa jumlah guru yang hadir kurang lebih 5000. Beliau melanjutkan, kegiatan ini di support langsung oleh pak Plt Wali Kota Batu Dr. Aris Agung Paewai. Terbukti kegiatan ini diselenggarakan di Hall Hotel bintang 5, tentu ini penghargaan yang luar biasa bagi semua guru, khususnya di lingkungan Kota Batu, disambut tepuk tangan meriah oleh peserta yang hadir. Pada acara yang cukup khidmat ini berbagai penghargaan diberikan, mulai peserta didik, guru, sampai sekolah yang berprestasi.  Tentu ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sekolah yang mendapatkannya. Sal...

Keseruan Kelas VI Angkatan 3 SD Integral Al-Fattah Go To Surabaya

  Batu : Merupakan momen tahunan yang ditunggu siswa/i kelas VI SD Integral Al-Fattah (SDIA) Kota Batu, yaitu study tour.  Rasa yang ditunggu siswa/i SDIA terbayar sudah. Karena kegiatan tersebut terlaksana pada Selasa (7/1/25).  Adapun peserta dari siswa/i SDIA kelas VI berjumlah 63 dan Ustadz/ah pendamping 15 orang cukup memenuhi dua bus, dari Batu menuju kota pahlawan Surabaya. Kenapa Surabaya menjadi jujukan study tour? Pertanyaan ini muncul, karena dua angkatan sebelumnya go to Jogja.  Surabaya merupakan Ibu Kota Provensi Jawa Timur, didalamnya terdapat wahana Kebun Binatang Surabaya (KBS), wisata  bahari, dan history (monumen kapal selam dan tugu pahlawan) tegas Bunda Issanu. Disamping itu lanjut ketua paguyuban kelas VI tersebut, bukan hanya itu anak-anak juga diajak bersenang-senang ke Trans Snow World (TSW), dan terkahir berlabuh ke Masjid Al -Akbar. Masjid terbesar se Jawa Timur tersebut juga sarat estetika timur tengah, tutupnya. Moment tersebut disem...

Mulia Dengan Berbakti Kepada Orang Tua

  Oleh : Moh. Homaidi * Seorang Ustadz yang santun dalam penyampaian nasehat dan senantiasa menyentuh hati. Suatu ketika beliau bercerita kepada jama'ah bahwa dua pekan sebelum ramadhan, ada seorang temannya datang dan bercerita. Bahwa ada salah satu anak buahnya di tingkat pemerintah, ia sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tiba-tiba mengajukan resign. Melihat dan mendengar surat pemunduran diri bawahannya si pemimpin kaget dan panik. Lantas si pemimpin bertanya kenapa mau mundur, apakah ada masalah pekerjaan atau gaji kurang? Pegawai yang bersangkutan diam tanpa mengeluarkan suara. Kalau begitu jangan dulu, pekerjaan kamu bagus dan tuntas. Apa yang menjadi dasar kamu mau memundurkan diri? Sanggahnya. Pengajuan surat resign ini bukan hanya sekali dua kali, tapi sudah berkali-kali, tapi ketika ditanya alasannya kenapa? Jawabanya sama, diam tanpa suara. Di bulan ke enam pemuda yang sederahana dan punya anak yang masih kecil-kecil tersebut kembali mengajukan resign. Sebagai pemimpin, d...