Kebersamaan di Demak "peduli terhadap tamu" U Nur Imam (17/8)
Oleh : Moh. Homaidi*
Terkadang kita abai dengan urusan orang lain, terhkusus kaitannya dengan Agama. Tidak peduli apakah orang lain bisa ngaji atau tidak sholat, padahal itu menjadi kewajiban tatkala kita punya ilmu yang bisa disampaikan.
Kepedulian sosial yang dimaksud bukanlah untuk mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan masalah yang di hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan perdamaian.
Peduli sosial juga merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dr. Fahruddin Faiz dalam kajian Filsafatnya mengatakan, orang yang berilmu tapi tidak tersampaikan maka seyogyanya dialah yang “bodoh.” Sebenarnya ia hanya menyandarkan pengetahuannya pada akal (untuk diri sendiri), tidak pada pengetahuan ilahiyah (Al-Qur’an).
Dari Jarir bin Abdullah r.a diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
Artinya : "Barang siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang kepada manusia, maka Allah tidak akan sayang kepadanya‟ (HR. Bukhari)
Dengan demikian orang yang tidak menyayangi makhluk, tidak akan mendapat rahmat dan kasih sayang sang pencipta.
Puncak Kebahagiaan
Nasihat Ustadz Abdullah Said kepada para Kader Hidayatulla , “Pahamilah orang dan jangan minta dipahami.” Ungkapan ini menganjurkan kepada kita, agar jangan menunggu orang lain peduli kepada kita, tapi bagaimana kita peduli kepadanya.
Sehingga inilah yang mengundang rahmat Tuhan, kehadiran kita diharapkan banyak orang, dan orang yang dekat dengannya akan selalu merasa aman dan nyaman. Inilah yang disebut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai sebaik-baik manusia.
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya.” (HR. At-Tirmidziy no. 2263).
Maka, puncak bahagia yang sesungguhnya ialah, tatkala kita mampu memahami dan peduli kepada orang lain.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar