Oleh : Moh. Homaidi*
Pagi yang cerah memaksa aku tuk melihat jejeran buku berbaris rapi di rak. Segelas kopi menemani, tambah bergairah mata melihat beberapa judul tuk menemukan motivasi diri.
Oh iya berhubung ini ada di penghujung tahun tepatnya Selasa (31/12/24), tanganku meraih buku sedang persegi empat bertema "Sepirit Perjuangan Ustadz Abdullah Said".
Buku ini merupakan ringkasan ceramah pendiri Hidayatullah, yang di susun oleh putra terakhir yaa Allah yarham Muntadziruzzaman Abdullah Said, KH. Abdullah Said. Didalamnya banyak quote yang tertuang guna memotivasi para pembaca.
Termasuk tema di atas "Muhasabah diri dan jangan menghakimi". Ini diambil dari judul terakhir dalam buku tersebut.
Apa yang telah aku perbuat selama satu tahun belakangan ini, dan perlu dievaluasi. Di benakku mulai mengingat-ingat hal-hal yang kurang baik, tanpa sengaja bibirpun mulai basah dengan istighfar "astaghfirullah".
Dan berharap di tahun berikutnya lebih baik, dan apa yang menjadi hajat Allah kabulkan, aamiin. Lisanku berucap.
Kesewenangan
Karena kenyataannya jika seorang sudah punya apa-apa sikap kesewenangannya akan muncul. Mudah menyuruh dan jika tidak mau, mudah menghakimi.
Saat belum punya apa-apa semua bisa dikerjakan sendiri, tapi ketika sudah punya jabatan dan harta, seolah-olah semua bisa dikendalikan.
Sikap sombong dan angkuh mulai mengusai dirinya, tidak elak istrinyapun jadi sumber kesalahan. Bunda buatkan kopy, nyahut istrinya buat sendiri kenapa? Tidak lihat apa ini lagi nyuci, sikap kuasanya mulai tumbuh. Akhirnya menghakimi, dasar istri durhaka.
Kesederhanaan
Belajarlah dari kesedarhaan Gus Baha, saat beliau menjawab pertanyaan dari jama'ah bagaimana sikap seseorang agar tetap wibawa di depan keluarga?
Beliau menjawab, seraya mengangkat derajar gurunya di depan jama'ah. Saya mengutip perkataan Prof Quraisy Sihab, beliau berkata, "Saya tidak mudah minta tolong, selama saya bisa, saya lakukan sendiri".
Terkadang orang ciut kepada kita, karena ia mudah minta bantuan tanpa melihat apa yang sedang orang lain kerjakan, tutupnya.
Rumus sederhananya, "jika bisa dipermudah jangan dipersulit". Sayogyanya kemudahan itu akan kembali kepada diri sendiri, bukan hanya kepada orang lain.
Marilah intropeksi diri, kenapa orang mulai menjauhi kita. Bisa jadi kita mudah menyuruh tidak peduli kelak ia mengeluh. Kita mudah menghakimi tanpa peduli itu menyakiti.
Sadarlah, kebahagiaan itu ada pada diri sendiri yang mengerti akan simpati dan empati.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar