Oleh. :
Moh. Homaidi *
"Maaf ustadz di rumah saya terjadi banjir, air sungai meluap, tolong jemput saya, saya mau kembali ke pondok", suara seorang santri, di balik hp berdering. Sontak si ustadz kaget seraya berucap, Innaalillaahi wainnaa ilaihi raji'uun, sekaligus ingat kalau pondok yang ia tempati jaraknya sangat dekat dengan sungai, pusat meluapnya air, dan terjadinya banjir bandang, jarak antara pondok dengan bibir sungai kurang lebih 50 meter.
Dengan sekejap si ustadz ini, lompat dan memantua bibir sungai, barangkali air bah tersebut menuju pesantren yang ia tempati dengan jumlah santri yang cukup banyak.
Lisan ustadz ini tanpa sengaja berdzikir dan berdo'a, berharap agar air bah ini hengkang dari hadapannya dan tidak mengenangi pondok yang ia tempati.
Alhasil, rasa syukur Alhamdulillah, terucap dari lisan seorang ustadz, karena melihat air bah yang cukup besar didepannya, nyaris tidak menyisakan sesuatu apapun yang ada di sekelilingnya, siap menghantam jika ada yang menghalanginya, berbelok dan mengambil arah lain. Ilustrasi di atas benar adanya, sebagaimana diceritakan oleh ustadz Ilham Sawal Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatullah Kabupaten Masamba.
Nyatanya banyak korban berjatuhan, mulai korban jiwa, rumah sampai hewan ternak jadi tumbal banjir bandang tersebut.
Fenomena ini terjadi pada hari senin, tgl. 13/07/20 di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, sebagaimana dikutip BBC News.Indonesia. dan banjir tersebut menyelimuti rumah dengan lumpur tebal 2.5 meter.
Di saat pesantren menjadi sorotan publik, sebagai tumbuh kembangnya teroris, pemahaman radikal dan sarang makar, serta sumber penyakit, berbagai asumsi ditujukan agar pesantren di jauhi ummat!.
Padahal sekarang, tempat yang paling aman untuk menjaga aqidah dari kemusyrikan/kebathilan dan keselamatan anak dari kerusakan moral, tempatnya adalah pesantren.
Dan di saat gencar-gencarnya publik mengansumsi Al Qur'an dengan membaca dan menghafalkannya, pemegang kebijakan pendidikan berasumsi, seraya menghimbau, Janganlah anak-anak di cekoki hafalan dan hafalan, karena itu akan mengganggu konsentrasi dan dapat menjenuhkan, berbagai alibi dilakukan, agar ummat ini jauh dari sumber pegangannya.
Untuk menjawab asumsi tersebut, Allah Swt. Cukup mengirimkan satu makhluknya berupa air, yang dengannya tidak ada satu makhlukpun yang bisa menghentikan, air besar mengalir deras dan menghantam benda apapun yang menghadangnya, dan ini sebagai bukti kuasa Allah Swt. terhadap mahklukn-Nya, bahwa Pesantren dan Al Qur'an, adalah satu kesatuan yang dapat membahagiakan dan menyelamatkan.
Kenapa pesantren tersebut jauh dari air bah?, dan nyaris tidak tersentuh air maut. Ada apa dengan pesantren?
Ia.., karena Pesantren adalah tempat ilmu dan 'amal, segenap insan yang ada di dalamnya, berpacu mendekatkan diri kepada Allah Swt. mulai ibadah sholat berjama'ah, tilawah Qur'ah, tahfidz dan kajian sumber ilmu lainnya. Kebetulan pesantren Hidayatullah yang ada di luwuk utara tersebut salah satu konsentrasinya adalah Tahfidz Al Qur'an.
Ini adalah bukti tidak akan rugi orang yang membaca Al Qur'an, menghafal dan mengamalkannya. Allah tegaskan dalam firman-Nya :
Dengan nikmat (Al Qur'an) tuhanmu, tidaklah kamu termasuk orang yang gila (celaka), dan kamu akan mendapatkan akhlak yang mulia. (Al Qolam : 2-3)
Alquran adalah kitab yang penuh dengan segala keajaiban dan kemukjizatan, semua makhluk terpengaruh oleh Alquran. Ya, semua makhluk. Mulai dari Malaikat sampaipun orang kafir, akan bisa terpengaruh oleh Alquran.
Al-Qur'an adalah sumber ilmu, akhlak, dan berbagai macam bentuk karakter ilmu, tidak akan rugi membaca, menghafal dan mengamalkannya. Al Qur'an juga sumber obat dari segala penyait.
Ketika para santri fokus membaca dan menghafal Al Qur'an, dengan suara yang sahdu dan merdu, semua makhluk akan mendengar dan menghentikan aktivitasnya karena mulianya kalam ilahi ini sebagaimana Nabai Bersabda :
Dalam salah satu riwayat dikisahkan, seorang sahabat nabi yang bernama Usaid bin Khudair, suatu malam membaca Alquran. Saat itu, kuda di depan rumahnya berputar putar dan meringkik, dan ketika usaid berhenti membaca, kuda tersebut diam kembali, ketika membaca kembali, berputar kembali, dan saat usaid keluar rumah, beliau melihat dari atas lamgit seperti ada awan putih bercahaya turun dari langit. Esok harinya, Usaid menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah saw. Dan Rasul saw menyampaikan bahwa “Yang tadi malam engkau lihat awan bercahaya turun dari langit, adalah Malaikat yang turun, hadir mendekat karena Alquran yang engkau baca”. Di manapun engkau membaca Alquran, malaikat akan selalu hadir, maka jika engkau ingin menghadirkan malaikat, bacalah selalu Alquran. Malaikat akan hadir dan senang mendengarkan bacaan Alquran, sebagaimana makhluk yang lain juga akan terpengaruh dengan bacaan Alquran. Seperti terlihat pada kuda, makhluk binatang yang juga terpengaruh dengan Al Qur'an.
Maka wajar keajaiban yang terjadi, saat banjir bandang menghantam, pesantren dan para santri selamat, tidak lain kerana mukjizat yang Allah berikan lewat Al Qur'anul karim.
Saatnya kita kembali ber Al Qur'an, mulai dari membaca, menghafal, memahami dan mengamalkannya. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Dan banyak di dalam literatur hadist, tentang keistimewaan belajar Al Qur'an dan menghafalkannya.
Diantaranya Nabi bersabda, Sebaik - baik kalian adalah orang yang belajar Al- Qur'an dan mengajarkannya. ( H.R Bukhori)
* Pendidik YPI Al Fattah Batu, Da'i Dan Ketua Pengkaderan Pemuda Hidayatullah Jatim.
Komentar
Posting Komentar