By. : Moh. Homaidi*
Merupakan sunnatullah manusia punya kecondongan berkelompok. Hanya saja terkadang wadah berkelompoknya tidak menjadi penyalamat masa depannya.
Sehingga tidak jarang kita temukan wadah kelompok tersebut, menjadi pusat kebencian Masyarakat. Bagaimana tidak? Eh ternyata kelompok tersebut masuk geng brutal yang senang merusak fasilitas umum, taruhlah geng motor.
Jangan salah bergabung dengan komunitas, apalagi bersifat sosial keagamaan, karena bisa jadi fatal. Mudah menyalahkan, apalagi senang dengan pertengkaran. Temukanlah komunitas yang menyelamatkan dan cinta kedamaian.
Disamping bergabung dengan komunitas yang baik, ternyata itu tidak cukup. Perlu diketahui siapa pemimpinnya? Baik yang level bawah maupun level atas, taruhlah ketua kerumah tanggaan (RT), sampai Negara.
Termasuk menentukan pilihan seorang pemimpin yang akuntabel, bertanggung jawab, dan mampu memberi kebijakan yang pro rakyat, bukan pro konglomrat.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
Artinya : “Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Hadits ini secara jelas memberikan gambaran betapa Islam sangat memandang penting persoalan memilih pemimpin.
Secara tersirat, seorang Muslim dilarang acuh tak acuh terhadap perkara pemimpin, apalagi level Negara. Pilihanmu menentukan kebijakan selama lima tehun kedepan.
Presiden
Pemimpin tertinggi Negara Indonesia adalah Presiden. Sebentar lagi Negeri ini akan mengadakan pesta demokrasi.
Yaitu penentuan pemimpin tertinggi Negara, lewat pemilu (pemilihan umum). Disinyalir pemilihan kali ini akan diadakan serentak, mulai pemimpin tingkat bawah Bupati/Wali Kota sampai Presiden.
Tentu ini menjadi persaingan ketat, antar partai, baik yang pro Pemerintah ataupun yang oposisi. Berbagai manuver mulai diluncurkan, yang penting bisa dapat suara. Mulai tebar pesona sampai harus kudeta KTP suara.
Sebagai rakyat yang cerdas, bisa mengukur siapa yang bisa diunggulkan. Bisa melalui kecerdasan dan kemampuannya sejak menjabat Pemerintah Daerah sebelumnya. Serta keberaniannya melawan mavia hukum.
Jangan tergiur dengan janji sesaat, apalagi uang yang biasanya silih berganti menawarkan. Yang penting dapat suara, berapa pun akan terbayar.
Tergiurlah dengan komitmen di masa lalunya. Pro rakyat yang mensejahterakan dan berkeadilan.
* Aktivis Sosial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar