By. : Moh. Homaidi*
Sebuah keberuntungan bagi siapa yang membuka diri untuk orang lain. Mau mendengar, melihat, dan merubah apa yang kurang baik.
Dengan ciri tidak menutup diri, mau berbagi, dan siap membantu orang lain.
Termasuk diantaranya tidak mudah marah, selalu tebar senyum. Dan menjauhi orang yang menyukai permusuhan demi harta duniawi. Menghindari sikap privasi, yang menyebabkan hati tidak peduli.
Kenapa hidup ini serasa sempit, hidup selalu terpenuhi masalah, ujian, cobaan silih berganti. Seakan tidak bertepi, dan kemana kita harus menepi? Menepilah kepada kebenaran, dan kejujuran.!
Taruhlah, baru-baru ini viral. Seorang jaksa yang kebetulan seorang perempuan. Dia memeras orang tua, yang anaknya tersangkut kasus Narkoba. Mulai dari harga 100 jt, sampai turun menjadi 80 jt, dan kesepakatannya boleh di cicil.
Orang tua korban tetap merasa tidak sanggup. Negosiasi terus di lakukan, mulailah bukti pemerasan tersebar. Pihak kejagung pun langsung bergarak untuk menonaktifkan tersangka.
Kejadian tersebut, sebenarnya sudah menjadi rahasia umum, hanya saja karena terkesan ada pembiaran. Sehingga mayarakat mengambil tindakan, dengan mengunggah video yang sebenarnya menggambarkan kurang sehatnya keadailan di Negeri ini.
Kurang terbukanya sistem pengadilan di Negeri ini, mempersempit keadilan bagi siapa yang berhak mendapatkannya.
Sehingga bisa dipastikan, uang banyak semua bisa dikendalikan, dan bisa tertangani dengan baik. Tidak ada uang, walau benar, harus siap berlama-lama dalam sidang, dan ujungnya tertahan.
Jangan cederai keadilan ini, hanya karena ukuran duniawi. Fokuslah pada sistem dan hati nurani sesuai kasus yang di hadapi, tidak usah ada tawar menawar dalam hal kebatilan.
Kebenaran
Kebenaran akan selalu berpihak kepada kebaikan, dan kebatilan akan menemukan jalan buntu, yang berujung pada pemusnahan.
Padahal perbuatan itu semua akan kembali kepada dirinya, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Isra’ : 7
Artinya: “Jika kalian berbuat baik maka kalian berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kalian berbuat buruk maka itu juga untuk diri kalian sendiri.”
Ayat ini menjelaskan, bahwa segala perbuatan akan kembali kepada diri kita sendiri. Karena setiap perbuatan akan memberi pengaruh kepada orang lain.
Dan perbuatan itu adalah cerminan dari diri kita. Tapi tetap terus hati-hati, jangan terlena dengan kebajikan orang lain, apalagi atas nama hukum.
Seakan intruksi atasan semua benar, padahal bisa jadi jebakan agar ada pengalihan.
Imam Syafi’ mengatakan : “Berapa banyak orang yang telah berbuat kebajikan kepadamu, yang membuatmu terbelenggu dengannya, dan berapa banyak orang yang memperlakukanmu dengan kasar dan ia memberi kebebasan kepadamu”.
Kalimat tersebut dapat ditarik hikmah, “jangan terlena terhadap pujian, tetap sabar dalam menghadapi perlakuan kasar".
Fokuslah pada apa yang menjadi pijakan, walau orang lain memaki, tapi sebenarnya itulah bentuk keterbukaan dalam kebaikan.
*Aktivis Sosial dan Pendidik
Akhir zaman...
BalasHapus