By. : Moh. Homaidi*
Tadi siang saya kedatangan orang tua yang putrinya alumni di lembaga tempat saya berjuang.
Kebetulan hari ini Sabtu (23/23) adalah waktu pengambilan Ijazah, tanda bahwa ananda resmi sebagai Alumni angkatan pertama, karena telah menerima surat tanda kelulusan.
Seperti biasa orang tua silih berganti bedatangan serah terima berkas, sebelum beranjak pamitan mereka bercerita tentang kesan selama ananda di SD Integral Al Fattah.
Tapi orang tua yang satu ini luar biasa sabar, seraya terus menyampaikan ucapan terimkasih kepada lembaga karena apa yang telah di tanamkan selama 6 tahun benar-benar meresap.
Diantara yang sangat terasa oleh beliau semangat berprestasi diberbagai event, hafal Al Qur'an dan Adab, termasuk diantaranya menjaga hubungan lawan jenis, antara mahram dan bukan mahram, tegasnya.
Kebetulan tempat lanjut sekolah ananda yang bersangkutan di SMP yang berbasis Islam, termasuk salah satu SMP favorit di kota tersebut, tapi sayang ada guru yang memakai jilbab tidak menutup dada, mengajar memakai celana. Bahkan parahnya antar Bapak Guru ke Siswinya masih jabat tangan, keluhnya.
Dipastikan anaknya setiap pulang sekolah pasti mengeluhkan akan sikap dan kebiasaan yang ada di lingkungan barunya tersebut. Sesekali beliau menghela nafas seraya berkata "terimakasih ustadz atas didikannya sehingga krakter Anak saya bisa seperti itu", akunya.
Tapi si Ibu ini selalu berusaha menjawab semampunya saat mendapat pertanyaan dari putrinya, contoh : "Kenapa ya ma, kok di sana sholat dhuhanya seminggu sekali"? padahal dulu saat aku di SD setiap hari. "Iya karena di sana 'SMP' sepatu masuk kelas, sementara dulu saat di SD sepatu taruh di rak". Kilahnya.
Yang saya khawatirkan Ustadz eman didikan selama 6 tahun di SD Integral Al Fattah, masak hilang gara-gara 3 tahun di SMP, kemaren saya taruh di sana karena notabeni Islam, tutupnya.
Kebaikan akan selalu berdampak
Apa yang telah dilakuan oleh seorang Guru semua akan tertuai, iya sekarang belum terasa. Tapi saat mereka lulus mereka akan merasakan suasana sejuk yang dulu pernah dikerjakan, sholat berjama'ah dan ngaji bersama.
Terlebih ketika seseorang keluar dari jalur syari'ah maka akan terasa gersangnya jiwa. Hausnya akan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.
Imam Hasan Al Bashri berkata :"Lakukanlah kebaikan sekecil apapun, karena engkau tidak akan pernah tahu kebaikan yang mana yang akan membawamu ke Surga".
Beruntunglah kita yang berada di jalur kebaikan ini, apa yang kita pikirkan, perbuat, dan hasilnya semua baik. Mari istiqomahkan dengan selalu saling menguatkan antara satu dengan yang lain.
Dalam sebuah hadîts, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Janganlah sama sekali kamu menganggap enteng kebaikan seberapa pun jua, walaupun dalam bentuk bertemunya kamu dengan saudaramu dengan wajah yang manis”.
Hadits tersebut menggambarkan agar kita selalu senang berbuat baik, terlebih sebagai seorang Guru yang sudah jelas membawa risalah kenabian, mari sucikan hati dan pikiran serta perkataan dari hal-hal yang menodai akan keberkahan ilmu.
Teruslah berkarya dan fokus pada satu tujuan tegaknya miniatur Peradaban Islam. Sebagai potret manivestasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari.[]
* Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar