Penutupan Silaturrahim Nasional Hidayatullah dilaksanakan pada Ahad (26/11/23). Para kader dakwah berdatangan memadati sof pertama dan seterusnya.
Penutupan kali ini dihadiri oleh ketua Dewan Masjid (DKM) Indonsia bapak Jusuf Kalla.
Wakil presiden ke 10 dan ke 12 ini hadir guna menutup perhelatan besar 5 tahunan, yang diadakan oleh organisasi massa (ormas) Hidayatullah se-Indonesia.
Kegiatan yang berlangsung selama empat hari di Gunung Tembak Balikpapan tersebut, mengandung banyak inspirasi dan pengalaman.
Pertama, inspirasi yang dimaksud, kita dapat merasakan betapa berat para kader perintis dalam mendirikan pesantren tersebut, mulai membuka lahan, sampai mengisi santri. Hingga siap ditugaskan ke berbagai daerah.
Sehingga dipastikan semua kader yang berdatangan dari daerah, merasa belum berkarya dibanding ruh yang tertancap dalam dada, dan terukir berupa karya nyata para Ustadz senior.
Tentu kesabaran dan keikhlasan menjadi dasar dalam beribadah, beramal, dan berkarya.
Kedua, pengalaman silaturrahim memberikan jawaban atas kegelisahan yang terjadi di tempat kita bertugas. Kenapa demikian? Karena kekurangan dan keterbatasan saudara-saudara yang ada di daerah, memberikan suntikan semangat tersendiri.
Pantas dan layak kita bersyukur kepada Allah SWT karena ditempat kita berkarya masih jauh lebih bagus dan tertata dibanding yang lain.
Disinilah kesempatan kita berbagi pengalaman, mulai hal yang sulit hingga yang mudah. Dari yang sedih sampai yang bahagia.
Indahnya silaturrahim dalam bingkai keimanan karena dapat menemukan solusi dan kenyamanan.
Pertemuan menambah saudara, saling menyapa, senyum merekah. Dan perpisahan membuat gelisah, sehingga saling berdo'a dan menitip pesan indah.
Masjid Ar Riyad Mengandung Kesan
Dalam petemuan pasti mengandung keindahan dan kenyamanan. Selama silatnas Masjid Ar Riyad adalah pusat kegiatan, mulai Ibadah wajib sampai sunnah.
Bapak Jusuf Kalla meneyebutkan dalam sambutannya bahwa "Masjid seyogyanya 80% kegiatan, dan 20% ibadah. Maka Masjid yang besar ini sepertinya sudah melaksanakan itu semua." Kelakarnya.
Masjid Ar Riyad memberikan pesona yang indah karena view di lantai 3 sangat memanja mata, nampak empang yang luas membelah kampus putra dan putri.
Hal ini menjadi wadah untuk bertadabbur, membaca dan menulis, serta mengahafal. Rindangnya pepohonan yang berjejer rapi menambah kesan alami dan murni.
Apalagi di lantai 3 juga tersedia perpustakaan yang sangat luas, walau belum selesai, tapi setidaknya menggambarkan peradaban akan tumbuh dan berkembag di bumi Gunung Tembak Balikpapan.
Terbesit dalam hati, "nikmat apa lagi yang kita dustakan?" Maka, bersyukur dan berkarya adalah jawabannya.
Do'a
Selamat tinggal kampus induk Hidayatullah, jejaku kan kutinggal, inspirasi dan pengalamanku bercengkrama dengan para senior kan kubawa.
Semoga hal ini menambah spirit dalam berjuang dan berkarya dimanapun para kader berada, amin.[]
*Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar