Langsung ke konten utama

Guru Sejati Yang Dinanti

 


By. : Moh. Homaidi*

Pendidikan merupkan pilar peradaban, dan menjadi tolok ukur maju dan mundurnya sebuah Negara. Jika ingin memiliki kualitas yang unggul dari segala bidang, baik hukum, ekonomi, maupun sosialnya, perhatikan pendidikan. 

Jika Pendidikannya baik dan menjunjung tinggi harkat kejujuran maka segala bidang aktivitasnyapun baik, tapi sebaliknya jika yang terjadi kecurangan dan kebohongan maka tinggal menunggu waktu kehancuran Negerinya.

Berbicara Pendidikan, tentu tidak lepas dari sosok seorang Guru. Guru bagian variabel penting dalam menentukan sukses tidaknya moral anak bangsa. Karena pada dasarnya Anak ibarat kertas putih terserah mau dituang tinta warna apa? Hitam atau putih, garis lurus atau bengkok. 

Sebab dari tangan lembutnyalah akan lahir Hakim yang bijaksana, melalui keiskhlasanya akan tumbuh dan berkembang seorang Pengusaha yang Dermawan. Dan dari ketegasannyapun akan lahir seorang Jendral yang sigap, dan tangguh serta siap memimpin Bangsa.

Jasa, Tidak Bertepi

Betapa besar jasa seorang Guru, gaji tidak seberapa, tapi hasilnya bernilai dan berharga.

Hanya Guru sejati yang mampu memberikan kualitas lebih kepada Anak didiknya. Sebagaimana ditegaskan oleh Ustadz Suharsono, seorang Ideolog Hidayatullah saat memberikan sambutan di acara “Serap Aspirasi kader Malang Raya”. Beliau menegaskan perlu diketahui ada perbedaan antara Guru Sejati dan Sejatinya Guru.

Inilah sosok Guru yang dicari dan ditunggu kehadirannya, karena dalam jiwanya terdapat ketenangan dan ketentraman, ia tahu bahwa dirinya hanya berusaha, selebihnya Tuhan yang akan mengatur dan membimbing. 

Jasanya sangat berharga, luas dan tidak bertepi. Banyak serjana ia lahirkan hasil sentuhan kesabaran dan ketabahannya sesuai bakat dan minat Anak, termasuk penulis.

Ustadz yang memegang amanah anggota Majlis Syura (MS) Hidayatullah tersebut melanjutkan, Guru Sejati adalah Guru yang menyampaikan ilmu, dan ia mampu membimbing anak didiknya dengan baik. Bukan hanya di dalam kelas, di luar kelaspun ia lakukan. 

Ia berharap Anak didiknya mengedepankan adab dan akhlak, tidak peduli kapan dan dimana.

Sebaliknya Sejatinya Guru, ia hanya mengajar anak didik di bangku Sekolah, lalu pulang. Tidak peduli anak didiknya kelak jadi apa, akan dan sedang apa mereka “no comment.” Yang penting pembelajaran sudah selesai, urusan di luar kelas masalah masing-masing, tutup Ustadz yang mengaku mempunyai 12 anak.

Memuliakan Guru, Memuliakan Ilmu

Dalam sebuah riwayat yang mengisahkan bagaimana luar biasanya pendiri mazhab Syafi'i tersebut dalam memperlakukan gurunya. Ia pernah tiba-tiba mencium tangan dan memeluk hangat seorang lelaki tua yang kebetulan bertemu muka dengannya. 

Tindakan ini jelas mengundang tanya para sahabat dan murid-murid Imam asy-Syafi’i.

“Wahai Imam, mengapa engkau mau mencium tangan dan memeluk lelaki tua yang tak dikenal itu? Bukankah masih banyak ulama yang lebih pantas diperlakukan seperti itu daripada dia?” tanya salah seorang sahabatnya.

Dengan lugas, Imam asy-Syafi’i menjawab, “Ia adalah salah seorang guruku. Ia kumuliakan karena pernah suatu hari aku bertanya kepadanya, bagaimana mengetahui seekor anjing telah dewasa. Ia pun menjawab, untuk mengetahuinya dengan melihat apakah anjing itu mengangkat sebelah kakinya ketika hendak kencing. Jika iya, maka anjing itu telah berusia dewasa.”

Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.” Perkataan ini dengan gamblang menyatakan adab atau etika seseorang yang berguru. Jika kita ingin memperoleh keberkahan dari suatu ilmu, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghormati sosok yang mengajarkannya. 

Tanpa penghormatan terhadap guru, maka sebanyak apa pun ilmu yang dipelajari seorang murid, semuanya akan sia-sia.  

Yuk hormati Guru..! Dialah yang mengajari dengan sabar,  menyisihkan waktu untuk mendo’akan Anak didiknya. Tidak bosan mengingatkan,  agar Anak didiknya terus  mendirikan sholat, dan  membimbing agar hormat kepada kedua orang tua. 

Sebagai balas jasa, walau tidak seberapa,  do’akan meraka dalam sujud dan selesai sholat.[] 

*Aktivis Sosial Dan Pendidik-Kota Batu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SD Integral Al-Fattah Meraih Penghargaan Dari Diknas Kota Batu 2024

  Kota Batu : Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Batu bekerjasama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Batu mengadakan puncak peringatan hari guru nasional ke 53 dan PGRI ke 79 di Hall Singhasari resort, Ahad (22/12/24). Perayaan tersebut dihadiri langsung Plt Wali Kota Batu, dan Ketua PGRI Jawa Timur dan tenaga pendidik (tendik) se-Kota Batu. Hal ini ditegaskan dalam laporan Kepalas Diknas bapak M. Chori, M.Si bahwa jumlah guru yang hadir kurang lebih 5000. Beliau melanjutkan, kegiatan ini di support langsung oleh pak Plt Wali Kota Batu Dr. Aris Agung Paewai. Terbukti kegiatan ini diselenggarakan di Hall Hotel bintang 5, tentu ini penghargaan yang luar biasa bagi semua guru, khususnya di lingkungan Kota Batu, disambut tepuk tangan meriah oleh peserta yang hadir. Pada acara yang cukup khidmat ini berbagai penghargaan diberikan, mulai peserta didik, guru, sampai sekolah yang berprestasi.  Tentu ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sekolah yang mendapatkannya. Sal...

Keseruan Kelas VI Angkatan 3 SD Integral Al-Fattah Go To Surabaya

  Batu : Merupakan momen tahunan yang ditunggu siswa/i kelas VI SD Integral Al-Fattah (SDIA) Kota Batu, yaitu study tour.  Rasa yang ditunggu siswa/i SDIA terbayar sudah. Karena kegiatan tersebut terlaksana pada Selasa (7/1/25).  Adapun peserta dari siswa/i SDIA kelas VI berjumlah 63 dan Ustadz/ah pendamping 15 orang cukup memenuhi dua bus, dari Batu menuju kota pahlawan Surabaya. Kenapa Surabaya menjadi jujukan study tour? Pertanyaan ini muncul, karena dua angkatan sebelumnya go to Jogja.  Surabaya merupakan Ibu Kota Provensi Jawa Timur, didalamnya terdapat wahana Kebun Binatang Surabaya (KBS), wisata  bahari, dan history (monumen kapal selam dan tugu pahlawan) tegas Bunda Issanu. Disamping itu lanjut ketua paguyuban kelas VI tersebut, bukan hanya itu anak-anak juga diajak bersenang-senang ke Trans Snow World (TSW), dan terkahir berlabuh ke Masjid Al -Akbar. Masjid terbesar se Jawa Timur tersebut juga sarat estetika timur tengah, tutupnya. Moment tersebut disem...

Mulia Dengan Berbakti Kepada Orang Tua

  Oleh : Moh. Homaidi * Seorang Ustadz yang santun dalam penyampaian nasehat dan senantiasa menyentuh hati. Suatu ketika beliau bercerita kepada jama'ah bahwa dua pekan sebelum ramadhan, ada seorang temannya datang dan bercerita. Bahwa ada salah satu anak buahnya di tingkat pemerintah, ia sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tiba-tiba mengajukan resign. Melihat dan mendengar surat pemunduran diri bawahannya si pemimpin kaget dan panik. Lantas si pemimpin bertanya kenapa mau mundur, apakah ada masalah pekerjaan atau gaji kurang? Pegawai yang bersangkutan diam tanpa mengeluarkan suara. Kalau begitu jangan dulu, pekerjaan kamu bagus dan tuntas. Apa yang menjadi dasar kamu mau memundurkan diri? Sanggahnya. Pengajuan surat resign ini bukan hanya sekali dua kali, tapi sudah berkali-kali, tapi ketika ditanya alasannya kenapa? Jawabanya sama, diam tanpa suara. Di bulan ke enam pemuda yang sederahana dan punya anak yang masih kecil-kecil tersebut kembali mengajukan resign. Sebagai pemimpin, d...