Oleh : Moh. Homaidi*
Seorang Ustadz yang santun dalam penyampaian nasehat dan senantiasa menyentuh hati. Suatu ketika beliau bercerita kepada jama'ah bahwa dua pekan sebelum ramadhan, ada seorang temannya datang dan bercerita.
Bahwa ada salah satu anak buahnya di tingkat pemerintah, ia sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tiba-tiba mengajukan resign. Melihat dan mendengar surat pemunduran diri bawahannya si pemimpin kaget dan panik.
Lantas si pemimpin bertanya kenapa mau mundur, apakah ada masalah pekerjaan atau gaji kurang? Pegawai yang bersangkutan diam tanpa mengeluarkan suara. Kalau begitu jangan dulu, pekerjaan kamu bagus dan tuntas. Apa yang menjadi dasar kamu mau memundurkan diri? Sanggahnya.
Pengajuan surat resign ini bukan hanya sekali dua kali, tapi sudah berkali-kali, tapi ketika ditanya alasannya kenapa? Jawabanya sama, diam tanpa suara.
Di bulan ke enam pemuda yang sederahana dan punya anak yang masih kecil-kecil tersebut kembali mengajukan resign.
Sebagai pemimpin, dia perlu tahu apa sih sebenarnya yang melatarbelakangi anak buahnya mau mundur. Akhirnya si pemimpin datang ke rumah anak buahnya dan langsung bertemu dengan keluarga.
Anak buahnya pun mengaku kalau dirinya mau mundur disebabkan ingin merawat ibunya yang sudah usia lanjut dan sakit-sakitan.
Mendengar pengakuan tersebut, si pemimpin tidak bisa menjawab, hanya satu kalimat "kalau itu alasannya saya tidak bisa menolak". Surat resignnya langsung diurus.
Demikian cerita seorang Ustadz di depan jama'ahnya, seraya beliau berpesan betapa hari ini banyak orang yang berbondong-bondong melamar PNS itupun belum tentu diterima.
Ini sebaliknya mau resign, padahal tidak ada masalah baik dalam pekerjaan maupun pergaulan. Ternyata satu alasannya ingin mengabdi kepada sang ibu.
Betapa pentingnya seorang anak merawat dan menjaga orang tua, karena mereka miftahul jannah. Seraya Ustadz menutup ceramahnya.
Istijabahnya Do'a
Salah satu tabi'in yang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW sebab belum pernah ketemu beliaunya, salah satu sebab kenapa tidak bisa ketemu karena merawat ibunya yang sudah usia lanjut.
Rasa ingin berjumpa dengan kekasih yang mulia berkecamuk dahsyat, satu sisi kasian kepada sang ibu, disisi yang lain ingin menghadap sang baginda, kekasih tercinta, sang idola.
Uwais Al-Qorni panggilan akrabnya, ia memberanikan izin kepada sang ibu seraya menyampaikan ingin bertemu Nabi dang ikut rombongan kafilah dagang dari Yaman ke Madinah, saya hanya sebentar bertemu beliau setelah itu kembali pulang, pintanya.
Ibu yang mendengar permintaan anak si mata wayang terharu serta diliputi rasa was-was, melihat harapan seorang anak yang begitu kuat, si ibu pun mengizinkan.
Singkat cerita, sesampainya kafilah dagang dari Yaman di Madinah. Uwais yang telah rindu berat kepada sang baginda ia pun segera pergi menuju Masjid Nabawi seraya mencari dan bertanya di mana Nabi berada?
Sayyidah 'Aisyah yang ada di kediaman Nabi menjawab, bahwa Nabi sedang pergi jihad (perang).
Tampak rawut wajah Uwais kecewa, tapi dia titip kepada sayyidah 'Aisyah sampaikan salam saya kepada baginda "bahwa telah datang seorang pemuda dari Yaman yang rindu berjumpa dengan Nabi, di Madinah tidak bisa tinggal lama sebab saya meninggalkan ibu yang sudah usia lanjut. Saya harus merawat beliau dan sebentar lagi kembali ke Yaman." Pesanya.
Mendengar pesan tersebut istri Nabi tercinta mengiyakan. Uwais kembali pulang dengan berjalan kaki dari Madinah ke Yaman.
Setelah Nabi pulang dari peperangan, pesan tersebut disampaikan kepadanya, seraya Nabi tersenyum dan menjawab salamnya.
Selang beberapa waktu Nabi bertemu Umar bin khattab dan menyampaikan, "wahai Umar ada orang ahli surga dari Yaman namanya Uwais Al Qorni dengan tanda tertentu, jika kamu bertemu denganya sampaikan salam dari saya dan mintalah doa kepadanya niscaya terkabul." Tegas Nabi.
Disaat Umar bin khatthab menjadi khalifah dan berangkat haji, ia bertemu dengan Uwais dan menyampaikan salam Nabi kepadanya dan khalifah pun tidak lupa minta doa agar diampuni oleh Allah SWT dari segala khilaf dan dosa-dosanya.
Semula Uwais menolak dengan bijak, tapi karena desakan sang khalifah bahwa ini salah satu pesan Nabi sang kekasih, ia pun mendoakannya.
Dahsyatnya berbakti dan menjadi anak yang sholeh untuk kedua orang tua, terkhusus ibu. Jaga dan rawatlah, kelak pintu surga menanti.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Ridha Allah bergantung kepada ridha kedua orang tua, dan murka Allah bergantung kepada murka kedua orang tua."[]
* Aktivis Sosial Dan Pendidik_Kota Batu
Komentar
Posting Komentar