By. : Moh. Homaidi*
Seakan diri tidak puas dengan apa yang sudah di raih. Ingin lagi yang lebih dan seterusnya.
Beberapa hari yang lalu aku pergi ke rumah teman, dulu pernah seperjuangan. Sudah lama tidak ketemu. Itupun berkunjung karena sambang bayinya.
Aku lihat dia kontrak tempat di dekat jalan raya sekaligus buka toko kelontong. Bincang-bincang ringan dimulai, hingga perbincangan berat. Omset kurang lebih per hari 4-5 jt.
Membuat telinga yang mendengar seakan tidak percaya. Setelah diusut ternyata sehari-semalam non stop buka terus atau 24 jam. Bahkan ada temannya yang menimpali ini dikenal dengan tetangganya Indomadu, apa itu? Tanyaku.
Indomaret Madura, jawabnya. Aku yang mendengarnya tertawa, kok bisa? Iya, karena ini buka siang malam, tidak kalah dengan Indomaret, sambungnya.
Tersulut
Siapa yang tidak tersulut, tergugah mendengarnya, ada rasa ingin yang menggebu, bahkan besok langsung buka toko, harapnya.
Tapi ingat kembali yang namanya rezeki sudah ada takarannya, jangan khawatir dan takut.
Seolah mau pindah profesi, ya begitulah manusia. Jika mengukur dari sudut pandang nafsu, sekan-akan kurang terus. Bahkan nyaris tidak bersyukur.
Tidak ada jaminan, jikalau besok buka toko yang sama, omsetnya besar. Bisa jadi jauh dari harapan Karena memang bukan rezekinya. Aku mendengar teman- temannya sempat juga buka toko, tapi tidak sedikit yang gulung tikar.
Bahkan aku berfikir, apakah aku kuat tidak tidur hanya jaga toko, hidup terkesan hanya untuk dunia, padahal ada kehidupan yang lebih kekal, yaitu akhirat.
Sementra rezeki itu tidak terbatas hanya harta. Kesehatan, pasangan sholeh/ah, anak-anak mudah diatur, tempat tinggal, dan punya hubungan baik dengan tetangga, itu semua adalah rezeki yang tidak terhingga.
Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan tidak ada satupun yang berjalan di muka bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezeki." (QS. Hud : 6)
Keterangan tersebut mengingatkan kita, bahwa Allah telah menetapkan takaran rezeki, hanya saja sejauhmana usaha yang telah di lakukan.
Tetap tumbuhkan semangat bekerja dan usaha tanpa menghilangkan keterlibatan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Iman
Jika dalam hidup ini yang kita gunakan sudut pandang iman, maka semua akan berjalan baik-baik saja.
Rasa syukur terus terucap dari lisan, dan perbuatan saling tolong menolong selalu dilakukan. Tidak mungkin terjadi pengambilan hak orang lain apalagi sampai mendhalimi.
Semoga kita senantiasa dijauhkan dari perbuatan yang tidak terpuji, dan selalu terpatrai keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.[]
* Aktivis Sosial dan Pendidik
Komentar
Posting Komentar