Oleh : Moh. Homaidi*
Dalam berintraksi pasti akan menemukan krakter yang berbeda, nah waktunya bersikap, disinilah seseorang menjadi tolok ukur kedewasaan dan ketinggian ilmu, terlebih ketika ia mendapat saran atau teguran. Apakah ia bertahan dan siap memperbaiki, atau mudah tersinggung dan mencari pembenaran diri.
Bertahan dalam kesalahan atau ingin berubah menjadi sifat yang akan menentukan keberlangsungan di mana dia bekerja, maka janganlah salah dalam bersikap.
Dalam sebuah kajian rutin pada hari Senin, (1/9/25) sebut saja Ustadz Ubay, beliau menyampaikan betapa pentingnya bersikap bijaksana.
Bijak yang dimaksud ialah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan, serta tidak mudah tersinggung atau baperan (bawa perasaan).
Beliau melanjutkan, adapun ciri orang yang punya sikap bijaksana diantaranya sbb. :
Pertama, menyayangi orang yang tidak tahu, hal ini sangat melekat kepada pimpinan ke bawahan, guru ke murid atau orang tua ke anak.
Kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan menjadi kunci utama sukses tidaknya pesan yang tersampaikan.
Kedua, tidak mudah mencacimaki dan mencela. Orang yang mudah mencaci dan mencela berarti dia menghina, sehingga orang yang ada disekitarnya menjauhi bahkan memusuhi.
Mudah meremehkan saja sudah masuk pada katagori tercela, apalagi sampai menghina melalui sikap dan ucapan. Tutupnya.
Beruntunglah yang bersikap bijaksana, ia akan selamat dan terhindar dari kefasikan. Maka milikilah sikap tersebut dengan cara rendah hati, sabar, dan tidak mudah marah.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سِبَابُ المٌسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْر
Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Mencela seorang muslim merupakan kefasikan dan memeranginya merupakan kekufuran’.”[]
*Penggiat Sosial Dan Pendidik_Kota Batu

Komentar
Posting Komentar