Oleh : Moh. Homaidi* Profesi guru kurang begitu diminati, dikalangan aktifis mahasiswa kala itu, bahkan menjadi mumuk dan lelucon, “carilah pekerjaan, jika tertolak, jalan terakhir jadilah guru” sambil tersenyum sinis, itulah yang terjadi saat penulis masih menginjak semester 1 pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Tidak sampai di situ, pendapatan gurupun di persoalkan, gaji kecil dan penghormatanpun di kalangan masyarakat kepada guru sangat menurun. Beda dengan tampilan pengusaha, bisnismen, dengan mobil mewah dan rumah besar menjadi momok tumbuh kembangnya kemuliaan. Bahkan harta menjadi tolok ukur seseorang dikatakan sukses. Dan terkesan menjadi seorang guru itu kurang bahagia. Padahal jika Allah menaruh kebahagiaan itu pada harta, maka orang yang bahagia itu hanya orang kaya dan pengusaha. Jikalau bahagia itu Allah taruh pada rumah mewah dan mobil mewah maka orang yang bahagia itu hanya orang yang punya rumah mewah dan mobil mewah. Tapi nyatanya Allah taruh kebahagiaan i...