Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Membaca, Kuatkan Keimanan

  By. :  Moh. Homaidi* Beberapa hari yang lalu saya kedatangan tamu, dipersilahkan masuk tapi tidak mau karena keburu-buru ada kegiatan lain. Tapi anehnya masih sempat - sempatnya mengeluhkan keluarganya, dalam hal yang ini sosok bapak yang katanya suka marah-marah, tidak mau bekerja, senangnya memperkeruh suasana keluarga. Sesaat tamu ini mengagumi kelurga saya, karena terlihat cara bicaranya halus, santun ke anak, tapi sesekali menyinggung keluarganya yang terkesan tempramen. "Saya iri melihat Ustadz, karena saya belum pernah diperlakukan seperti itu oleh bapak", ngakunya. Akhirnya membuat saya merenung, sekaligus memberi nasehat kepada tamu tersebut agar jangan mudah mengeluh, apalagi mengumbar aib keluarga.  Karena mengeluh itu pertanda iman lemah, dan dikhawatirkan mendapat murka Allah, sebab ridha Allah ada pada ridha keduanya. "Tapi saya sudah tidak kuat Ustadz, selalu mendengar omelannya", kilahnya. Terakhir saya sampaikan, doakan beliau agar Allah berikan h...

Buah Keikhlasan, Pendidikan Ala Nabi Ibrahim AS.

  By. : Moh. Homaidi* Mencintai anak tidak cukup, yang terpenting anak sadar kalau dirinya mendapat tempat kasih sayang kedua orang tua. Maka tugas orang tua selanjutnya adalah mendidik dan membimbing agar kelak menjadi anak yang ta'at. Sebagai orang tua kita dituntut lebih dalam memperhatikan buah hati, bukan hanya perhatian kepada sandang, pangan, dan papannya. Tapi juga pada keikhlasan kedua orang tua dalam mendidik, dan mengarahkan anaknya. Nabi Ibrahim adalah sosok ayah yang penuh perhatian terhadap pendidikan anaknya, dengan mengasingkan dari khalayak ramai yang akan merusak adab dan pola pikirnya. Dia pun ikhlas meninggalkan putra kesayangannya, berdua dengan istri tercinta. Ternyata buah keikhlasan tersebut menjadikan pribadi Isma'il AS menjadi anak yang mudah mengikuti perintah kedua orang tua dan ta'at terhadap seruan Allah SWT. Sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya, Artinya: Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berk...

Dua Nikmat, Sarana Keberuntungan

  By. : Moh. Homaidi* Setiap orang pasti mendapatkan dua nikmat ini, tapi betapa banyak orang yang gagal dalam memanfa'atkannya. Penyesalan pun datang bertubi-tubi, yang berakhir dengan berandai-andai. Jika kedua nikmat ini digunakan sebaik mungkin, keberuntungan ada di pihaknya, begitu pula sebaliknya, jika tidak, maka akan mengalami kerugian. Lalu apa kedua nikmat itu? Nabi Muhammad SAW bersabda, artinya : " Ada dua nikmat, di mana banyak orang yang tertipu dengan keduanya; nikmat sehat dan waktu luang " (HR. Bukhari-Musli.) Orang baru merasakan nikmat sehat ketika ia sakit, dia melalaikan waktu sehatnya dengan jarang olah raga, senang makan yang berminyak, dan sulit mengatur pola makan yang sehat. Begitu pula orang merasakan nikmat waktu di saat orang lain mengalami kesuksesan. Padahal waktu yang diberikan sama, hanya saja kurang pandai memanfaatkannya, sehingga hasilnya berbeda. Ketakwaan Mereka yang sukses tentu karena ada usaha dan kerja keras serta ada pertolongan ...

Pribadi Ulul Albab

  By. : Moh. Homaidi* Ini kali kedua menginjakkan kaki di Kampus 1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pertama kali sampai di Kampus ini tahun 2014 saat Hidayatullah mengadakan Seminar Nasional. Penulis bersama rombongan datang dari Hidayatullah Trenggalek sesuai wilayah, dan kegiatannya Jawa Timur saat itu terpusat di Kampus 1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kali ini, Selasa (27/23) datang kembali dalam rangka berbagi kebahagiaan, memenuhi undangan Wisuda salah satu Guru SD Integral Al Fattah, yang telah menyelesaikan Study Magester Bahasa Arab bersama Istri tercintanya. Selamat dan sukses, semoga ilmunya bermanfa'at. Kegiatan yang dihadiri 800 peserta Wisudawan/ti mulai dari Strata satu sampai Doktoral, membuat seisi ruangan penuh dan serasa padat. Tapi tetap terpoleskan senyum melihat keceriaan yang diraih oleh para Wisudawan/ti. Ulul Albab Di belakang panggung Wisuda sebelah atas terpampang tulisan putih besar, berhiaskan Arab yang bertuliskan Ulul Albab. Membuat penulis bertan...

Ibadah, Sebaiknya Disembunyikan

  By. :  Moh. Homaidi* Setiap Hari raya 'Idul Adha disebut juga hari besar, banyak orang berbondong-bondong melakukan Qurban, mulai dari orang biasa, artis sampai pejabat. Hewan yang dibeli pun tidak tanggung-tanggung sapi atau kerbau yang besar. Tapi ironisnya, Hewan Qurban yang sudah terbeli di posting di medsos. Ini milik artis fulan, atau milik bapak fulan. Datang pemiliknya seraya memberi makan dan tidak lupa foto bersama dengan hewan yang sudah dibeli. Yang punya merasa bangga, bahkan tidak jarang umbar kebesaran dan gemuknya, akhirnya netizen yang maha benar pun ikut koment, baru terjadi tuduh menuduh. Yang punya tidak terima, sementara netizen mengingatkan seraya gemes. Hati-hati khawatir hewan yang disiapkan untuk Qurban sia-sia pahalanya, sebab riya', ingin dilihat orang lain atau ujub, bangga diri. Ini adalah penyakit yang akan menggoroti keikhlasan. Padahal ibadah yang benar, ialah ibadah yang disembunyikan. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, Nabi shallallahu ‘alaihi wa s...

Mendengar, Itu Sudah Cukup Menenangkan

  By. : Moh. Homaidi * Seorang Ibu terus ngomel dengan nada tinggi, seakan sulit dibendung. Walau si anak sudah berusaha menjelaskan prihal tentang dirinya dan bagaimana Agama mengaturnya.  Si Ibu kurang percaya, seakan tidak peduli dengan penjelasan yang disampaikan. Setelah diusut, si Ibu mendapat hasutan dari calon tunangannya bahwa Anaknya menghindar saat diajak keluar berduaan, alasan capek baru pulang kerja dan lain sebagainya. Mendengar itu orang tua paruh baya ini seakan ada petir disaat hujan lebat, marah, "kamu ini kenak sihir, kenapa kok tidak mau menikah", orang tuanya khawatir anaknya tidak laku menikah. Padahal anak perempuan yang masih umur 23 th ini baru pisah dengan mantan suaminya dan umur cerainya masih 2 bulanan, jadi masih iddah. Masa di mana seorang perempuan menunggu, khawatir dirinya hamil sekaligus waktu menenangkan diri, sebagaimana diceritakan kepada penulis. Dengarkan Dan Tetap Hormat Dengarkan apa yang disampaikan orang tua, walau diri belum siap ...

Jasa Yang Tidak Akan Tertukar

By. : Moh. Homaidi.* Melihat pemandangan yang sejuk dan indah, membuat mata manja berlama-lama dengannya. Apalagi melihat buah hati dan anak didik, mampu melantunkan hafalan Al-Qur'an dengan irama dan tajwid yang benar, berat berkata-kata kecuali hanya rasa syukur dan bahagia. SD Integral Al-Fattah Fullday School menghantarkan Siswa/inya menjadi hafizh/ah Al Qur'an, dari juz 30,29,28, dan 1, melalui wisuda yang diselenggarakan pada sabtu (24/23), sejumlah 71 Anak sesuai capaian juz. Hal ini membuat orang tua berdebar  menyaksikan putra/inya tampil dan diuji secara terbuka. Terlebih saat ayah/bunda diminta untuk bertanya kepada Ananda, mulai melanjutkan ayat, sampai menyebutkan dan tebak surat.  Seru dan menebarkan, sebagaimana disampaikan oleh Ustadz Marzan selaku penguji pada ujian terbuka kali tersebut. Ustadz yang saat ini mendapat amanah sebagai Kepala Madrasatul Qur'an di Ma'had Arrahmah Tahfizh Malang, menegaskan, "betapa beruntungnya orang tua yang mempuanya...

Takaran Manfa'at

  By. : Moh. Homaidi* Seiring tumbuh dan berkembangnya lembaga sosial yang ada di Negeri ini, baik yang berstatus legal ataupun tidak sangat banyak. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian untuk tebar manfa'at kepada orang lain sangat tinggi. Tapi kenapa masih banyak angka kemiskinan yang diderita oleh rakyak, tentu hal ini menjadi kesempatan besar bagi partai politik untuk masuk dan berpura-pura menjadi lembaga sosial dadakan. Seraya memberi bantuan dengan harapan dapat suara lebih untuk kepentingan diri dan golongan. Apakah mungkin ini penyebab kenapa kemiskinan masih subur di Negeri ini? Bisa jadi, karena risywah (sogok menyogok) juga masih merajalela. Berdasarkan data BPS, (Kompas.com) peningkatan persentase kemiskinan mulai dirasakan sejak 2020 atau masa awal pandemi Covid-19, yang puncaknya mencapai 10,19 persen (September 2020). Selepas itu, terjadi tren penurunan. Secara beruntun, yakni 10,14 persen (Maret 2021); 9,71 persen (September 2021); dan 9,54 persen (Maret 2022). Namu...

Dilema Seorang Pemimpin

  By. Moh. Homaidi* Setiap pemimpin pasti mengalami dilema dalam menentukan kebijakan, antara bijak atau luka menguak. Tidak mudah menentukan keputusan, apalagi berkaitan hak dan martabat orang banyak. Hal ini pernah dialami oleh Khalifah Umar Bin Khatthab RA. Dalam buku Kuliah Tauhid karya Muhammad Imaduddin Abdulrahim dijelaskan, Khalid, yang dijuluki sebagai “Pedang Allah” adalah seorang panglima perang yang belum pernah terkalahkan di setiap pertempuran yang dipimpinnya.  Saat menghadapi Persia, Iraq, dan lain sebagainya, Khalid selalu ditakdirkan menang oleh Allah SWT, sehingga prajuritnya pun mulai memujinya dan menyanjungnya. Bahkan, orang-orang banyak membuat syair dan lagu untuk memuji kepahlawannya yang masyhur itu. Namun, saat Khalid sedang menyusun strategi untuk mengempur Byzantium atau Romawi Timur, datanglah surat perintah agar Khalid menyerahkan jabatannya kepada Abdullah bin Ubaid. Khalifah Umar menjelaskan prihal peralihan pemangku kebijakan kepada Khalid....

Bahagia Tak Terhingga

  By. :  Moh. Homaidi * Rasa bahagia tak terhingga saat menerima hadiah yang diberikan oleh Wanita pertama sebagai Wali Kota Batu, disaat bersamaan dua siswa/i SD Intergral Al Fattah mengikuti turnamen O2SN di cabang olahraga bulutangkis. Alhamdulillah keduanya sama-sama membawa nama harum dengan meraih juara ke 3, Rabu (21/23). Hadiah yang diberikan Bu Dewanti Rumpoko tidak kalah menarik karena beliau memberi vocer ke 37 Siswa/i lulusan pertama SD Intergral Al Fattah, dan 3 Ustadz/ah sebagai pendamping. Wanita yang bersahaja tersebut tidak tanggung-tanggung langsung menyiapkan hadiah spesial dengan mengunjungi ke-5 wahana yang ada di Jatim Park 3. Ini sangat menambah khidmatnya rangkaian Widawiyata kelas VI yang dilaksanakan satu pekan sebelumnya. Terimakasih Bunda atas hadiah yang telah diberikan, semoga Allah ganti dengan yang berlipat, amin. Bersyukur " Nikmat Tuhanmu yang manakah kamu dustakan ", ini adalah ayat yang ada di surat Ar-Rahman, kalimat inilah yang terus saya...

Raih Perubahan Dengan Pendidikan

  By. Moh. Homaidi * Bulan juni adalah bulan lulusan atau akhirussanah bagi sekolah tingkat KB-TK dan SD. Saya mendapat undangan menghadiri Purnawiyata di salah satu pendidikan di Kota Batu, selasa (20/23).  Yang menarik dan menggelitik bagi saya adalah tema yang diusung pada banner yang terpampang "Taburlah gagasan, petiklah perubahan, dan raihlah impian di masa depan".  Setelah anak di didik dan di bimbing selama 6 tahun, maka waktunya mereka menabur gagasan, memetik perubahan, dan  meraih impian. Dalam teori Maxwell, guru yg membangun impian murid adalah pemimpin level 5, yaitu fokus melahirkan pemimpin berikutnya. Selamat kepada para Guru yang menyiapkan generasi unggul untuk lahirnya perubahan yang lebih baik. Perubahan Tidak bisa dinafikan seseorang mengalami perubahan sejak masuk ke dunia pendidikan. Tentu berbeda anak yang sekolah dengan anak tidak sekolah. Baik dari segi keilmuan maupun sikap apalagi adab, tentu sangat terlihat karakter yang didapat. Terutam...

Impian Yang Terduakan

By. Moh. Homaidi * Selepas sholat dhuhur saya memanggil seorang guru plus teman, dulu pernah satu di Almamater, lalu bersama-sama menuju kantor untuk kordinasi.  Panjang kali lebar dia menyampaikan, ada satu yang menjadi renungan bagi saya, hingga tertuang jadi tulisan. Dia mengatakan " seorang Guru tidak sempat membangun impian diri, tapi sebenarnya dia membangun impian anak muridnya ". Saya pun balik tanyak, kok bisa? Iya Ustadz, bagaimana tidak?," jika Guru fokus membangun impian dirinya maka dia terpecah dalam mendidik dan mengarahkan murid ," jawabnya. " Maka guru yang sesungguhnya adalah orang yang fokus membangun impian murid ," tambahnya. " Tidak peduli seperti apa impian masa depan dirinya, yang dia pedulikan bagaimana mencetak genarasi unggul dan menyiapkan pemimpin masa depan ," tutupnya. Sesaat saya merenung, hati dan pikiran membenarkan. Akhirnya saya pun menyimpulkan, jika diri ini egois hanya menyusun impian diri dan keluarga, untu...

Kenangan Yang Berkesan

  By. : Moh. Homaidi* Pasca pelepasan angkatan 1 yang dilaksanakan oleh SD Integral Al-Fattah, sabtu (17/23). Ayah/bunda dan tamu undangan menuju ruang makan yang telah disediakan oleh panitia. Ada beberapa ananda peserta lulusan yang mencari-cari Ustadz/ah, termasuk saya sendiri dicari, setelah ketemu. Dengan nada sopan ananda menyapa yang diawali dengan salam, sambil menyambut tangan kanan, seraya dicium dan menyampaikan beberapa ucapan maaf dan terimakasih. Sebelum pamit undur, ananda perwakilan kelas 6 ini memberikan kenang-kenangan berupa bingkisan, yang isinya cangkir, didalamnya berisi bolpen berhiaskan bunga indah berwarna ungu, bersama itu juga dalam bingkisan tersebut ada buku catatan, lengkaplah makna "lieterasi".   Sejenak saya berfikir, apa maksud kenang-kenangan ini. Oh iya beberapa bulan terakhir saya gelisah saat berkunjung dan bersilaturrahim ke berbagai kolega. Mendapatkan kesan dan pesan, saat mau ditulis bingung apa yang tadi sudah didapatkan. Gayung b...

Secercah Harapan

By. : Moh. Homaidi* Indahnya seorang Guru, sebab dia mendapatkan profesi yang membanggakan, karena mereka yang mengajarkan dan mendidik anak-anak bangsa, hingga mampu meraih apa yang dicita-citakan. Gurulah yang berhak mendapatkan secercah harapan hasil kesuksesan muridnya. Sebab dari tidak tahu menjadi tahu, sehingga mengerti akan kewajiban dirinya sebagai seorang khalifah fil ardh. Maka seorang Guru harus dihormati dan muliakan. Kenapa? agar ilmu yang didapatkan bermanfa'at hingga menghantarkan kemaslahatan.  Beberapa sekolah merayakan kegiatan akhirussanah, pelepasan, atau perhelatan wisuda. Hal ini sebagai bentuk syukur  dan tanda bahwa ananda selesai dari sebuah jenjang pendidikan, serta siap melanjutkan ke tingkat berikutnya. Tentu hal ini tidak menjadi jaminan seorang anak bagus dan pandai. Karena sesungguhnya anak akan menjadi bagus jika ada pendampingan lebih dari orang tua. Dan dianggap pandai, jika dia mampu dalam menyikapi persoalan dengan bijak. Dengan ciri; tidak...

Tak Seindah Apa Yang Diharapkan

  By. : Moh. Homaidi * Beberapa jam yang lalu saya menerima sumber daya manusia (SDM). Hampir ada sepuluh orang yang antri ikut tes masuk, dari sekian pelamar yang ada, salah satu calon  pindahan dari luar kota, pulang kampung ikut antri juga menjadi Guru. Setelah ikut tes ada waktu sesi bincang ringan, saya tanyak kenapa pindah kalau di tempat yang lama bagus, iya Ustadz saya pindah karena pulang kampung, baru cerai sama suami, jawabnya. Tersentak dalam hati, seraya berucap innaalillah wainnaa ilaihi roji'un. Siapa yang menginginkan perceraian, karena korbanya pasti anak-anak. Saya memberanikan bertanya, "kenapa kok sampai menuntut pisah?". Dia pun menjawab, bagaimana tidak menuntut pisah, senangnya main tangan dan sering terjadi kekerasan rumah tangga (KRT). Yang saya belum terima sampai saat ini, dia selingkuh dengan teman kantornya yang notabeni masih pegawai sukwan, tambahnya. Suaminya oknom pegawai, yang bertugas melindungi keamanan rakyat. Tentu secara  tidak langs...

Tidak Banyak Anak Yang Beruntung

  By. : Moh. Homaidi * Judul diatas diambil saat penulis melihat video yang di kirim oleh salah satu group WhatsAp. Yang menampilkan seorang anak memikul kayu hanya mengais rupiah.  Disinyalir anak itu, ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Dan sekarang tinggal bersama Kakek-Neneknya yang sedang sakit-sakitan. Kakek - Neneknya pun hidup menumpang dari hasil keringat anak tukang pikul kayu ini. Jangan tanyak soal belajarnya, tentu sekolahnya kurang optimal. Walau bekerja serabutan  dia tetap tidak mau meninggalkan sekolahnya. Pada umumnya  Pulang sekolah capek, tapi dia tetap pergi ke Hutan untuk kuli kayu. Tenyata di luar sana sangat keras kehidupannya, kalau tidak kerja, ya.. tidak makan. Maka bersyukur seorang anak yang kedua orang tuanya masih sehat. Kebutuhan materi tercukupi dan pendidikannya terjamin.  Beryukur Bersyukurlah atas nikmat yang telah Allah berikan, berupa kedua orang tua masih sehat, tidak broken home, kebutuhan tercukupi, bahkan berlimpah....

Pola Komunikasi

  By. : Moh. Homaidi* Sering kita temukan di lapisan masyarakat baik keluarga, lembaga, organisasi, maupun tingkat pemerintahan. Terjadi mis komunikasi, akhirnya yang ada saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Masih hangat di telinga, beberapa hari kemaren terjadi mis komunikasi dahsyat. Salah satu partai besar yang ada di Negeri tercinta ini mengalami pola komunikasi yang tidak wajar, yang awalnya tidak ada kesan duit. Disinyalir salah satu pasangan calon legeslatif (Caleg) di partai yang sama merebut nomor urut satu, yang awalanya nomor akhir bisa naik dengan syarat harus menyotorkan duit 3,5 mliliar. Akhirnya terjadi pembaikotan anggota, yang bersangkutan bersama pendukungnya melepas kaos partai dan berjanji tidak akan kembali loyal. Begitu pula dalam keluarga sering terjadi percekcokan, hingga terjadi perceraian. Yang semula urusan kecil hingga sampai menjadi perkara besar. Lagi-lagi karena komunikasi, ada yang hanya ingin di dengar tidak perlu komentar, dan ada pula yan...

Pelita Hati

  By. Moh. Homaidi * Bagi siapa saja yang melihatnya, membuat hati senang dan bahagia. Ia, dialah sosok anak kecil yang lucu dan menggemaskan. Tingkahnya yang membuat kangen, dan menjadi obat saat bertemu dengannya. Berbahagialah orang tua yang punya putra/i yang membanggakan. Dia adalah pelita kehidupan dan hati bagi kedua orang tuanya. Betapa bahagianya kedua orang tua jika melihat anaknya mampu melantunkan Al-Qur'an dan hafal beberapa juz.  Termasuk TK Yaa Bunayya Kota Batu di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al-Fattah, telah mampu menghantarkan 10 anak didiknya hafal juz 30. Hal ini dibuktikan pada acara haflah akhirussanah sesi uji publik di hadapan ayah/bunda dan tamu undangan, selasa (13/23). Prestasi yang membanggakan ini menjadi anugrah yang tidak terbilang. Karena sangat jarang usia PAUD mampu menyelesaikan juz 30 dengan nilai yang bagus.  Tentu ananda inilah pelita yang sesungguhnya, karena Nabi Muhammad SAW riwayat Abu Daud. Artinya : "Barang siapa yang mem...

Memahami, Butuh Waktu.!

  By. : Moh. Homaidi* Sering kita temukan orang-orang yang yang sulit memahami sesuatu, bahkan andaikan kita berikan arahan enggan menerima. Terlebih dirinya merasa sudah lama, dan lebih pengalaman. Abu lahab adalah salah satu sosok pemangku orang yang tidak mau mengambil dan menerima masukan. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW baru menerima Mukjizat Sholat, dan ini menjadi awal di wajibkannya Sholat. Pagi-pagi buta Nabi memberi kabar kepada seluruh Penduduk Qoraisy agar berkumpul di sebuah tempat, karena akan ada kabar dahsyat yang akan disampaikan. Sebagai seorang paman Abu Lahab, sudah bisa menebak seraya berkata "apalagi yang akan diperbuat Muhammad ini?, masak bualan terus, tidak ada henti-hentinya". Ketika Orang-orang Qurays berkumpul di tempat yang di maksud, kabar dahsyatpun di sampaikan. Tapi apa respon Abu Lahab, "sudah kuduga, itu hanya bualan dan tidak mungkin benar adanya. Parahnya dia juga mempengaruhi orang lain, agar tidak percaya terhadap apa yang di sampaik...

Bahaya Menghardik!

  By. Moh. Homaidi* Suatu hari saat saya naik bus, seperti biasa sebelum bus berangkat, silih berganti para pengamin memberi hiburan, senandung yang menghibur dan menghanyutkan. Ketika supir mulai masuk ke posisinya, pengamin terakhir yang masuk menyegerakan nadanya, ternyata justru merusak not yang ada, membuat para penumpang sinis mendengarnya. Di penghujung irama si pengamin minta maaf jika ada khilaf dan salah, seperti biasa kantong ajaib di keluarkan, satu persatu para penumpang di tarik, bagi yang mau, bagi yang ogah pura-pura tidur, atau menggerakkan tangan, seraya menghadapkan telapak tangannya. Tapi tanpa di duga, ada penumpang yang menghina dan menghardik, seraya menyahut "sudah tidak enak, minta uang lagi, pergi sana, awas nanti kalau kembali lagi!". Ini membuat wajah si anak pengamin merah karena malu dan menahan amarah karena terancam. Melihat kajadian itu, hati ini bergumam, baguslah anak itu sudah punya karya walau belum optimal. Sudah mau berusaha untuk menghi...

Libatkan Allah Sebelum Terlambat

  By. Moh. Homaidi* Salah satu bentuk kesombongan seseorang, dia enggan melibatkan Allah dalam segala aktivitasnya, terlepas di sengaja atau tidak. Seyogyanya agar sebuah pekerjaan itu penuh manfaat dan arti, maka niat adalah modal utama. Jika seseorang mengerjakan sesuatu, diiringi dengan niat maka pasti akan menuai hasil yang memuaskan, apalagi perkara ibadah.  Senang menasehati orang lain, sholat lima waktu, rajin baca Qur'an, dan senang bantu orang yang susah. Tapi kenapa masih melakukan maksiat? Orang bilang "ibadah rajin, maksiatpun jalan terus". Tentu kita tidak mau dibilang ahli ibadah tapi juga ahli maksiat. Percaya atau tidak jiwa yang demikian masuk pada jebakan iblis. Seakan ini sindirian, tapi nyatanya ada. Kenapa ini terjadi? Ialah bisa jadi karena salah niat, ibadah yang dilakukan masih ingin di lihat dan mengharap pujian. Di samping itu, terkadang masih ada sifat sombong, menganggap apa yang di dapatkan adalah hasil dari ilmu dan karya sendiri, lupa akan k...

Berprinsiplah Sebelum Menyesal

  By. : Moh. Homaidi* Saat bertemu teman lama, rasa bangga dan bahagia masa-masa kuliah teringat kembali, nostalgia dengan masa lalu. Terucaplah sebuah nama yang dulu pernah sama-sama satu kampus, bersama senda gurau. Sebutlah inisial D, di ujung percakapan, teman ini menjelaskan bahwa si D itu sudah bercerai sama istrinya. Punya anak satu, disamping itu, info burung yang beredar  pihak istrinya yang minta fasakh (istri yang menuntut pisah). Setelah di usut, ternyata gaya hidup si istri dan pihak keluarganya cukup hidonis, sementara si D ini belum bisa mengikuti irama keluarga istrinya yang semuanya sarba ada. Akhirnya si D ini harus rela menelan ludah, karena sang istri menuntut pasakh, lewat hakim pengadilan. Terima atau tidak, surat cerai sudah di tangan, na'udzubillah.  Sedari awal Nabi sudah mengingatkan kita agar mencari calon ibu yang sholehah bagi anak-anaknya kelak, tersebutlah utamakan agamanya. Bukan harta, tahta, dan nasab. Jika agamanya kuat, nasab, tahta, da...

Bahaya Menyepelekan

  By. : Moh. Homaidi* Masih sering kita temukan orang yang mudah menyepelekan hal yang kecil. Padahal untuk menjadi besar harus di mulai dari hal yang kecil. Untuk menjadi perbukitan, terdiri dari kumpulan kerikil-kerikil kecil, tertumpuklah sehingga menjadi gumpalan besar. Begitu pula dalam hal maksiat, mulai melihat foto lewan jenis. Menganggap itu hanya foto, karena keseringan lalu ada rasa ingin nonton videonya. Ternyata tidak puas sampai disitu, ada dorongan ingin mencoba seperti apa rasa dan seterusnya.  Sama halnya dalam sebuah pekerjaan, seolah pekerjaan orang lain kurang, dan tidak berarti apa-apa. Serta mengganggap pekerjaan diri dan golongannya paling bagus. Hati-hati hal itu bisa menjadi jebakan diri masuk ke jurang kesombongan. Serta mudah mencari alasan untuk mencari kambing hitam. Hal ini sepele, tapi cukup merusak dan melalaikan pekerjaan. Karena mudah puas dan mudah menyalahkan. Jangan mudah menyepelekan orang lain baik dalam hal ibadah, mu'malah, dan sosial. ...

Dibalik Musibah

  By. Moh. Homaidi* Innaalillaahi wainnaa ilaihi raji'un, bibir ini berucap seolah tanpa ada halangan. Karena ini bentuk rasa kaget, dan tidak percaya. Tanpa ada kabar kalau yang bersangkutan punya riwayat sakit.  Baru saja saya mendapatkan berita duka, bahwa salah satu wali murid telah meninggal, belum tahu apa penyebab yang merenggut keindahan hidupnya. Info terakhir jenazah baru pulang dari rumah sakit.  Saya kepikiran putranya yang masih duduk sekolah dasar, kasian, terkesan masih butuh sosok seorang ayah untuk menghantarkan jiwa ketegasan sebagai seorang anak laki-laki. Tapi saya yakin, di balik musibah yang menimpa keluarga ini, ada sesuatu yang indah dan solusi terbaik dari Allah SWT. Akhirnya saya diingatkan dengan apa yang menimpa Nabi Muhammad SAW saat kecil. Beliau hadir di dunia dalam keadaan yatim, tentu hal ini secara sosial sangat memprihatinkan. Tapi ketahuilah, di sini sesungguhnya Allah mengahantarkan Muhammad kecil menjadi seorang sosok yang tangguh dan...

Waspadalah Dengan Penghargaan

  By. : Moh. Homaidi* Kurang lebih empat hari NU Ma'arif pusat melaksanakan gelaran besar, yaitu program organisasi penggerak (POP). Program ini di gagas oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Hanya saja pada program organisasi penggerak, pelaksanaannya di alihkan ke NU Ma'arif pusat. Berdasarkan data NU merupakan organiasasi terbesar di Indonesia.  SD Integral Al-Fattah Fullday School salah satu kontestan yang ikut mewakili provensi Jawa Timur. Disinyalir ada 400 peserta yang hadir, mereka membanjiri Hotel Syahid Jakarta. Mereka sama-sama berjuang untuk membawa nama harum sekolah masing-masing, baik tingkat Kota/Kabupaten, maupun tingkat provensi. Kegiatan berlangsung cukup padat, mulai dari pameran prodak literasi sampai nomerasi. Di lanjutkan dengan demonstrasi di depan seluruh hadirin, dewan juri dan peserta se Indonsia. Atas izin Allah Guru dan Kepala Sekolah SD Integral Al-Fattah Fullday School ditunjuk sebagai salah satu terbaik tingkat Jawa Timur. Atas hasi...

Kekuasaan Menggelapkan Mata

  By. : Moh. Homaidi* Merasa sedih dan sinis, melihat kekuasaan saat ini masih menggelapkan mata. Berbagai cara dan gaya di lakukan demi meraih kekuasaan. Apakah mungkin benar, kata seorang tokoh politik, teman jadi musuh, dan musuh jadi teman.  Baru saja aku buka Samartphone, di group Alumni Pondok, berserakan foto dan video menunjukkan telah terjadi pengeroyokan antara 3 orang versus 13 orang.  Bisa dibayangkan hasilnya, tentu yang berjumlah sedikit mengalami luka parah, sebagian korban sudah di bawa ke puskesmas setempat. Kabar burung itu belum jelas kasus yang meletarbelakangi. Tapi ada voicenote yang menegaskan bahwa yang melatarbelakangi carok tersebut adalah pemilihan Kepala Desa (pilkades). Kasian, seakan kekuasaan menjadi tolok ukur orang baik dan bisa berbahagia. Padahal jika mau bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, sangat berat dan butuh konsentrasi penuh. Imam Al-Ghazalia menyebutkan bahwa kekuasaan adalah merupakan mandat dari Allah yang diberikan kep...